Umat Islam melalui para pemimpin
Islam, ulama, dan cendekiawan muslim pada masa awal Islam, sekitar abad ke 8 M,
sampai abad pertengahan mengalami masa kejayaan, dimana perkembangan kehidupan
masyarakat begitu maju dan menjadi kiblat serta peradaban utama di dunia.
Kehidupan begitu gemilang, termasuk
sains dan teknologi. Ilmu pengetahuan berkembang pesat. Banyak
Ilmuwan Muslim menjadi pioner dalam berbagai macam penemuan dan pemimpin di
bidang sains, antara lain bidang kedokteran, Ilmu Bumi, Matematika, Kimia,
Astronomi, Etika, dan Sastra.
Sebagai gambaran betapa powerfullnya
Islam dalam berbagai segi kehidupan manusia, termasuk ilmu pengetahuan dan
teknologi pada masa awal Islam sampai menjelang abad 14, terlihat dari berbagai
macam teknologi, penelitian, karya ilmiah, penemuan-penemuan baru dalam
berbagai bidang. Berbagai kemajuan yang tercapai tersebut terdokumentasikan
dalam berbagai buku sejarah dan karya ilmiah yang masih tersimpan sampai
saat ini.
Peran Wahyu dalam Pengembangan Ilmu dalam Islam
Sejak kelahirannya, Islam
sudah menunjukkan wajahnya yang sangat menghargai akal pikiran dan menganjurkan
agar digunakan dengan seoptimal mungkin untuk mengetahui dan memahami ciptaan-Nya.
Wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW
dimulai dengan kata iqra (bacalah) yang merupakan kata kunci dari
ayat-ayat berikutnya, yakni membaca bukan hanya berkenaan dengan makna yang ada
dalam setiap ayat melainkan juga membaca perihal alam semesta, memikirkan
segala sesuatu ciptaan Tuhan. Lebih dari 1200 ayat tersebar dalam Alquran yang
memakai kata ilm serta derivasinya. Sebuah angka yang fantastis dalam
sebuah kitab agama, dimana pentingnya peran ilmu pengetahuan dalam beragama.
Selaras dengan ayat-ayat
Alquran, ribuan hadis Muhammad SAW juga mengandung semangat untuk mendalami
ilmu pengetahuan. Di antaranya adalah hadis yang menyuruh umat Islam untuk
mencari dan mendalami ilmu dari ayunan hingga liang lahat, long life
education.
Sejarah Perkembangan Ilmu dalam Islam
Sejak masa nabi Muhammad SAW sampai dengan masa khulafaurasyidin,
ilmu pengetahuan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Salah satu hal
mengenai perkembangan ilmu dalam Islam adalah peristiwa Fitna al-Kubra,
yang tidak hanya membawa konsekuensi logis dari segi politis, tetapi ternyata
juga membawa perubahan besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu di dunia
Islam.
Pasca terjadinaya Fitna
al-Kubra muncul berbagai golongan yang memiliki aliran teologis tersendiri
yang pada dasarnya berkembang karena alasan-alasan politis. Pada saat itu
muncul aliran Syiah yang membela Ali bin Abi Thalib, aliran Khawarij, dan
kelompok Muawiyah.
Adanya pertentangan dan
perbedaan aliran dalam teologis tersebut, menumbuhkan kegiatan kajian tentang
teologi Islam lebih sistematis, misalnya tentang masalah hukum, masalah kebebasan
manusia, dan peranan akal.
Hal ini, mengakibatkan
terjadinya perkembangan pemikiran mengenai berbagai hal tentang teologi Islam
dan ilmu pengetahuan. Pemikiran tentang keilmuan pihak luar yang berpengaruh ke
dalam dunia Islam ialah unsur pemikiran dari Yahudi dan Kristen serta budaya
Hellenisme. Hellenisme mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran Islam ibarat
pisau bermata dua. Satu sisi ia mendukung Jabariah, sedang di sisi lain ia
mendukung Qadariah, tokoh dan pendiri Mu’tazilah.
Filsafat Yunani paling dominan
masuk ke dunia Islam dengan adanya penerjemahan buku-buku filsafat seperti
disebutkan di atas. Upaya penerjemahan ini telah melahirkan filsuf Islam
seperti Alkindi, Ibnu Rusyd, Alfarabi, dan Ibnu Sina.
Perkembangan kemajuan sains dan teknologi pada zaman
khilafah islamiyah yang dicapai kaum muslimin dimulai dengan pengalihan
pengetahuan yang ada pada filsafat Yunani ke lingkungan dunia Islam. Pengalihan
tersebut dilakukan dengan cara mempelajari pemikiran-pemikiran yang dihasilkan
oleh Plato dan Aristoteles yang sudah berkembang terlebih dahulu. Pengetahuan
dan filsafat Yunani dipelajari dengan cara menerjemahkan karya-karya filsuf
Yunani ke dalam bahasa Arab agar dapat dibaca oleh masyarakat, baik untuk
kepentingan pengetahuan semata maupun untuk pengkajian lebih lanjut.
Dalam sejarahnya, kegiatan penerjemahan buku-buku
Yunani di negeri Arab dimulai saat Suriah telah menjadi pusat pertemuan
kekuasaan Romawi dan Persia, sehingga Suriah dipandang sebagai pemeran penting
penyebaran kebudayaan Yunani ke Timur dan juga ke Barat.
Oleh umat Kristen Suriah
terutama kaum Nestorian, ilmu pengetahuan Yunani dipelajari dan disebarluaskan
melalui sekolah-sekolah mereka. Walaupun tujuan utama sekolah-sekolah tersebut
menyebarluaskan pengetahuan Injil, namun pengetahuan ilmiah, seperti kedokteran
banyak diminati oleh para pelajar. Sayangnya, pihak gereja memandang ilmu
kedokteran itu sebagai ilmu sekuler dan dengan demikian posisinya lebih rendah
daripada ilmu pengobatan spiritual yang merupakan hak istimewa para pendeta.
Penerjemahan buku-buku karya filsuf Yunani yang
dilakukan oleh umat Kristen ini berkembang dengan menembus kekuasaan Islam
tanpa terjadi penolakan terhadap pemikiran-pemikiran yang dating dari luar. Hal ini
menunjukkan bahwa Islam tidak menghalang-halangi kebebasan intelektual dan juga
sekaligus menunjukkan kecintaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan.
Pemikiran mengenai logika,
matematika, dan metafisika misalnya, yang berawal dari pemikiran Aristoteles
telah membuat kagum dan mempengaruhi pemikir Islam. Namun para pemikir Islam
tidak memungut begitu saja pemikiran para filsuf tersebut, melainkan
mengolahnya kembali sesuai dengan ajaran Islam.
Jika Aristoteles mengatakan
bahwa benda berdiri dari hule dan bentuk (form), pemikir Islam seperti
Muamar (tokoh Mutazilah) mengatakan bahwa benda itu adalah sesuatu yang
mempunyai sifat panjang, lebar, dan kedalaman. Unsur-unsur benda bukanlah hule
dan bentuk, tetapi dari bagian-bagian yang tak terbagi. Di sinilah kita
memasuki inti teori atom di kalangan ahli-ahli piker umat Islam.
Perkembangan pemikiran ini telah turut membangun
kebudayaan Islam dalam kerangka ajaran Islam itu sendiri, bahwa pengembangan
ilmu merupakan kewajiban setiap muslim tanpa melupakan ajaran pokok yang ada
dalam Alquran.
Pada masa pemerintahan dinasti Umayyah dan dinasti
Abasiyah, ilmu berkembang dengan cepat dan mencapai kejayaan bila dibandingkan
dengan wilayah-wilayah yang jauh dari kekuasaan Islam, yang pada masa itu masih
mengalami masa kegelapan.
Memang pada awalnya Islam dimulai sebagai peristiwa
local, tidak pasti dalam pencapaiannya, tetapi setelah Muhammad SAW menaklukan
kota Mekah pada tahun 630 M, Islam mengambil daerah selatan bagaikan angin
kencang. Kemudian, dalam ratusan tahun Islam menaklukkan
Alexandria, membangun kota dengan belajar dari Bagdad dan selanjutnya sampai ke
timur di Persia.
Pada tahun 730 M, kekuasaan
Islam mencapai Spanyol dan Prancis Selatan, dan ke bagian timur mencapai
pinggiran Cina dan India. Ini adalah sebuah kekuasaan dari kekuatan yang
spektakuler, sementara Eropapada waktu itu masih dalam zaman kegelapan.
Lahirnya Ilmuwan Islam sebagai Jawaban atas
Pengaruh Spirit Pengembangan Ilmu
Di awal era pertumbuhan Islam, dunia
pengetahuan mengalami zaman keemasan dengan bermunculannya ilmuwan–ilmuwan
muslim yang sampai sekarang penemuannya masih digunakan dan menjadi rujukan
sebagai dasar dari perkembangan pengetahuan modern, berikut 10 ilmuwan muslim
yang sangat berjasa bagi dunia ilmu pengetahuan:
Ibnu Rusyd (Averroes)
Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir
di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi). Dia mendalami banyak
ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami
filsafat dari Abu Ja’far Harun dan Ibnu Baja.
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi
bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan
resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak
ada.
Ibnu Sina (Avicenna)
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga
sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter
kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Beliau juga
seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang
filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan
Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan
dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal
adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama
berabad-abad.
Karya Ibnu Sina, fisikawan terbesar
Persia abad pertengahan , memainkan peranan penting pada Pembangunan kembali
Eropa. Dia adalah pengarang dari 450 buku
pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya memusatkan pada filosofi
dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai “bapak kedokteran
modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling terkenal dari Islam
dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu.”
pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of
Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At
Tibb).
Al-Biruni
Merupakan matematikawan Persia,
astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf, pengembara,
sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada bidang
matematika, filsafat, obat-obatan.Abu Raihan Al-Biruni dilahirkan di Khawarazm di
Asia Tengah yang pada masa itu terletak dalam kekaisaran Persia.
Dia belajar matematika dan
pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur.Abu Raihan Al-Biruni merupakan teman
filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina/Ibnu Sina,
sejarawan, filsuf, dan pakar etik Ibnu Miskawaih, di universitas dan pusat
sains yang didirikan oleh putera Abu Al Abbas Ma’mun Khawarazmshah.
Abu Raihan Al-Biruni juga mengembara
ke India dengan Mahmud dari Ghazni dan menemani beliau dalam ketenteraannya di sana,
mempelajari bahasa, falsafah dan agama mereka dan menulis buku mengenainya. Dia
juga mengetahui bahasa Yunani, bahasa Suriah, dan bahasa Berber. Dia menulis
bukunya dalam bahasa Persia (bahasa ibunya) dan bahasa Arab.
Al-Khawarizmi
Nama Asli dari al-Khawarizmi ialah
Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu
Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Al-Khawarizmi dikenal di Barat sebagai
al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi
dan beberapa cara ejaan lagi. Beliau dilahirkan di Bukhara.Tahun 780-850M
adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi. al-Khawarizmi telah wafat antara tahun
220 dan 230M. Ada yang mengatakan al-Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan
abad ke-9M. Sumber lain menegaskan beliau hidup di Khawarism, Usbekistan pada
tahun 194H/780M dan meninggal tahun 266H/850M di Baghdad.
Dalam pendidikan telah dibuktikan
bahawa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan luas.
Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalam
bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah
Islam dan kimia.
Jabir Ibnu Hayyan / Ibnu Geber
Lahir di kota peradaban Islam
klasik, Kuffah (Irak), ilmuwan Muslim ini lebih dikenal dengan nama Ibnu
Hayyan. Sementara di Barat ia dikenal dengan nama Ibnu Geber. Ayahnya, seorang
penjual obat, meninggal sebagai ‘syuhada’ demi penyebaran ajaran Syi’ah. Jabir
kecil menerima pendidikannya dari raja bani Umayyah, Khalid Ibnu Yazid Ibnu
Muawiyah, dan imam terkenal, Jakfar Sadiq. Ia juga pernah berguru pada Barmaki
Vizier pada masa kekhalifahan Abbasiyah pimpinan Harun Al Rasyid.
Ditemukannya kimia oleh Jabir ini
membuktikan, bahwa ulama di masa lalu tidak melulu lihai dalam ilmu-ilmu agama,
tapi sekaligus juga menguasai ilmu-ilmu umum. “Sesudah ilmu kedokteran,
astronomi, dan matematika, bangsa Arab memberikan sumbangannya yang terbesar di
bidang kimia,” tulis sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam History of The
Arabs. Berkat penemuannya ini pula, Jabir dijuluki sebagai Bapak Kimia Modern.
Ibnu Ismail Al Jazari
Al Jazari mengembangkan prinsip
hidrolik untuk menggerakkan mesin yang kemudian hari dikenal sebagai mesin
robot. Al Jazari merupakan seorang tokoh
besar di bidang mekanik dan industri. Lahir dai Al Jazira, yang terletak
diantara sisi utara Irak dan timur laut Syiria, tepatnya antara Sungai tigris
dan Efrat.Al-Jazari merupakan ahli teknik yang luar biasa pada masanya.
Nama lengkapnya adalah Badi Al-Zaman
Abullezz Ibn Alrazz Al-Jazari. Dia tinggal di Diyar Bakir, Turki, selama abad
kedua belas. Ibnu Ismail Ibnu Al-Razzaz al-Jazari mendapat julukan sebagai
Bapak Modern Engineering berkat temuan-temuannya yang banyak mempengaruhi
rancangan mesin-mesin modern saat ini, diantaranya combustion engine, crankshaft,
suction pump, programmable automation, dan banyak lagi.
Abu Al-Zahrawi (Albucasis)
Abu Al-Zahrawi
merupakan seorang dokter, ahli bedah, maupun ilmuan yang berasal dari
Andalusia. Dia merupakan penemu asli dari teknik pengobatan patah tulang dengan
menggunakan gips sebagaimana yang dilakukan pada era modern ini. Sebagai
seorang dokter era kekalifahan, dia sangat berjasa dalam mewariskan ilmu
kedokteran yang penting bagi era modern ini.
Al Zahrawi lahir pada tahun 936 di
kota Al Zahra yaitu sebuah kota yang terletak di dekat Kordoba di Andalusia
yang sekarang dikenal dengan negara modern Spanyol di Eropa. Kota Al Zahra
sendiri dibangun pada tahun 936 Masehi oleh Khalifah Abd Al rahman Al Nasir III
yang berkuasa antara tahun 912 hingga 961 Masehi. Ayah Al Zahrawi merupakan
seorang penguasa kedelapan dari Bani Umayyah di Andalusia yang bernama Abbas.
Menurut catatan sejarah keluarga ayah Al Zahrawi aslinya dari Madinah yang
pindah ke Andalusia.
Al Zahrawi selain termasyhur sebagai
dokter yang hebat juga termasyhur karena sebagai seorang Muslim yang taat.
Dalam buku Historigrafi Islam Kontemporer, seorang penulis dari perpustakaan
Viliyuddin Istanbul Turki menyatakan Al Zahrawi hidup bagaikan seorang sufi.
Kebanyakan dia melakukan pengobatan kepada para pasiennya secara cuma-cuma. Dia
sering kali tidak meminta bayaran kepada para pasiennya. Sebab dia menganggap
melakukan pengobatan kepada para pasiennya merupakan bagian dari amal atau
sedekah. Dia merupakan orang yang begitu pemurah serta baik budi pekertinya.
Ibnu Haitham (Al Hazen)
Nama lengkapnya Abu Al Muhammad
al-Hassan ibnu al-Haitham. Dunia Barat mengenalnya dengan nama Alhazen. Ia
lahir di Basrah tahun 965 M. Di kota kelahirannya itu ia sempat menjadi pegawai
pemerintahan. Tetapi segera keluar karena tidak suka dengan kehidupan birokrat.
Sejak itu, mulailah perantauannya
untuk belajar ilmu pengetahuan. Kota pertama yang dituju adalah Ahwaz kemudian
Baghdad. Kecintaannya kepada ilmu pengetahuan membawanya berhijrah ke Mesir.
Untuk membiayai hidupnya, ia menyalin buku-buku tentang matematika dan ilmu
falak.
Belajar yang dilakukan secara
otodidak membuatnya mahir dalam bidang ilmu pengetahuan, ilmu falak,
matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Tulisannya mengenai mata telah
menjadi salah satu rujukan penting dalam bidang penelitian sains di Barat.
Kajiannya mengenai pengobatan mata menjadi dasar pengobatan mata modern.
Ibnu Haitham juga turut melakukan
percobaan terhadap kaca yang dibakar dan dari situ tercetuslah teori lensa
pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para saintis di Itali untuk
menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia. Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu
Haitham telah menemukan prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan bernama
Tricella mengetahui hal tersebut 500 tahun kemudian.
Beberapa buah buku mengenai cahaya
yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, salah satunya
adalah Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai
senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang
dan gerhana.
Ibnu Haitham membuktikan dirinya
begitu bergairah mencari dan mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya.
Banyak buku yang dihasilkannya dan masih menjadi rujukan hingga saat ini. Di
antara buku-bukunya itu adalah Al’Jami’ fi Usul al’Hisab yang mengandung
teori-teori ilmu matemetika dan matematika penganalisaan; Kitab al-Tahlil wa
al’Tarkib mengenai ilmu geometri; Kitab Tahlil ai’masa’il al ‘Adadiyah tentang
aljabar; Maqalah fi Istikhraj Simat al’Qiblah yang mengupas tentang arah
kiblat; Maqalah fima Tad’u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan
hukum syarak; dan Risalah fi Sina’at al-Syi’r mengenai teknik penulisan puisi.
Al-Jahiz
Al-Jahiz lahir di Basra, Irak pada
781 M. Abu Uthman Amr ibn Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri, nama aslinya.
Ahli zoologi terkemuka dari Basra, Irak ini merupakan ilmuwan Muslim pertama
yang mencetuskan teori evolusi. Pengaruhnya begitu luas di kalangan ahli
zoologi Muslim dan Barat. Jhon William Draper, ahli biologi Barat yang sezaman dengan
Charles Darwin pernah berujar, ”Teori evolusi yang dikembangkan umat Islam
lebih jauh dari yang seharusnya kita lakukan. Para ahli biologi Muslim sampai
meneliti berbagai hal tentang anorganik serta mineral.” Al-Jahiz lah ahli
biologi Muslim yang pertama kali mengembangkan sebuah teori evolusi.
Ilmuwan dari abad ke-9 M itu
mengungkapkan dampak lingkungan terhadap kemungkinan seekor binatang untuk
tetap bertahan hidup. Sejarah peradaban Islam mencatat, Al-Jahiz sebagai ahli
biologi pertama yang mengungkapkan teori berjuang untuk tetap hidup (struggle
for existence).
Untuk dapat bertahan hidup, papar
dia, makhluk hidup harus berjuang, seperti yang pernah dialaminya semasa hidup.
Beliau dilahirkan dan dibesarkan di keluarga miskin. Meskipun harus berjuang
membantu perekonomian keluarga yang morat-marit dengan menjual ikan, ia tidak
putus sekolah dan rajin berdiskusi di masjid tentang sains. Beliau bersekolah
hingga usia 25 tahun. Di sekolah, Al-Jahiz mempelajari banyak hal, seperti
puisi Arab, filsafat Arab, sejarah Arab dan Persia sebelum Islam, serta Alquran
dan hadis.
Ar-Razi (Razhes)
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria
ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang
pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 – 930. Ia lahir di Rayy, Teheran
pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat,
kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada
Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin
sebuah rumah sakit di Rayy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar