Sebelum
Islam masuk ke spanyol, sekitar abad ke -5 Masehi, bangsa Jerman
mendatangi Semenanjung Iberia. Theodoric, Raja Ostogoth, mendirikan istananya
di Toledo sekitar tahun 513 M. Kemudian, pada tahun 569 M, Leovigildo, seorang
raja Visigoth, menjadikan Toledo sebagai ibukota kerajaan Visigoth Spanyol. Sejak itulah, Toledo mengalami
kejayaan yang pertama. Pada tahun 689 M. Raja Recaredo menjadikan Katholik
sebagai agama resmi di Spanyol. Pada awal
abad ke -8 Masehi, para pendatang baru berdatangan kedaratan Eropa (Spanyol).
Pendatang tersebut adalah bangsa Arab yang menyebar kan agama
Islam. Sejak ekspansi Bani Umayah Spanyol pada tahun 711 M. yang di pimpin
Tariq ibn Ziyad, Spanyol menjadi bagian wilayah kekuasaan Islam.[1]
Islam
pernah berkuasa selama 781 tahun (711-1492 M) di Andalusia[2]
(Spanyol).
Dalam kurun waktu ini, Islam pernah membawa Andalusia ke puncak peradaban, yang tidak saja menerangi bumi Andalusia, tetapi juga
sempat menyinari kawasan Eropa lainnya. Kemajuan bangsa Eropa pada masa klasik
misalnya, tidak terlepas dari peran pemerintahan Islam di Spanyol. Spanyol
merupakan negara Eropa pertama yang di masuki pengaruh Islam, bahkan kemajuan
bangsa Barat pada mulanya adalah
bersumber dari peradaban Islam di Eropa yang masuk melalui Spanyol. Akan tetapi
dalam periode sepanjang ini, Daulah Umayah II
hanyalah memerintah 320 tahun Masehi di
Andalusia (711-1031 M). Sisanya 461 tahun masehi di sebut Islam Pasca Bani
Umaiyah II di Andalusia. Meliputi Muluk al-Thawaif (1031-1086), Dinasti
Murabithun ( 1086 – 1143 M), Dinasti Muwahhidun (1146 – 1235 M) dan Bani Ahmar
( 1248 – 1492 M).
Sebelum
Islam memasuki kawasan Spanyol, keadaan masyarakatnya berada dalam situasi yang sangat memprihatinkan dan
mengkhawatirkan. Hal itu terjadi akibat perpecahan dalam bidang politik, dan
ekonomi serta krisis kepercayaan lainya.[3]
Islam
masuk ke Spanyol /Andalusia ini
melalui proses perjalan yang sangat panjang, berbagai macam problematika yang terjadi mewarnai proses perkembangan Islam, mulai
awal Tariq Bin Ziyad ke bumi Andalusia
sampai pada saat kemundurannya.
Untuk
itu , penulis akan memaparkan dalam makalah
ini mengenai peradaban Islam di Andalusia ( Spanyol ) Masa Bani Umaiyah II,
yang meliputi : Latar belakang masuknya
Islam ke Andalusia, pemerintahan Islam di Andalusia Masa Bani Umaiyah II, kemajuan peradaban Islam di Andalusia masa Bani Umaiyah II, dan Faktor kemunduran
dan kehancuran Daulah Bani Umaiyah II di Andalusia.
B.
Latar Belakang Masuknya Islam ke Andalusia
Sebelum
kedatangan Islam di Spanyol, masyarakat Spanyol mengalami kemunduran diberbagai
bidang, baik dari segi politik, ekonomi, maupun kepercayaan. Jika dilihat dari
segi politik, wilayah Andalusia terpecah kepada negara kecil. Di samping itu, Raja
Gothic memaksakan kepercayaan yang di anut kepada masyarakat, yakni aliran
Monofisit bahkan orang-orang Yahudi dipaksa untuk di babtis menurut agama
Kristen. Bagi yang tidak bersedia, dipaksa, disiksa dan dibunuh secara kejam.
Rakyat terpecah-pecah kepada sistem klas,
sehingga keadaan rakyat menjadi melarat, tertindas dan hak azazi mereka tertekan. Penduduk di
satu pihak
adalah sejumlah kecil pemilik tanah yang kaya raya, dipihak lain adalah massa
yang banyak dan menyedihkan yang
terdiri dari sejumlah budak belian dan budak-budak biasa serta kelas menengah
yang sudah rusak dan merosot mental dan perilakunya; golongan
Clarissimi dengan hak-hak istimewa sementara kelompok minoritas Yahudi yang
selalu mendapat tekanan politik akibat
berbeda paham dengan agama penguasa telah menambah kompleksnya persoalan social
di wilayah ini. [4]
Sementara itu terjadi konflik antara raja Roderik, sebagai penguasa kerajaan
gothic di Spanyol dengan penguasa kota Toledo, Witiza. Raja Roderick
memindahkan ibu kota kerajaannya dari Seville ke Toledo. Pemindahan ini mengakibatkan penguasa Toledo, Witiza tersingkir. Kakak dari Witiza Oppas dan
anaknya Achila mengungsi ke Afrika Utara dan bergabung dengan orang-orang Islam
disana. Hal yang sama juga dirasakan oleh pangeran Yulian, penguasa wilayah
Septah. Pangeran Yulian lari ke Ceuta, Afrika Utara dan bergabung dengan
orang-orang Islam di sana.[5]
Masa
pemerintahan Al-Walid ibn Abdul Malik adalah
masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia.
Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang
lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu
ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, benua Eropa,
yaitu pada tahun 711 M.
Penaklukan
semenanjung ini diawali dengan pengiriman 500 orang tentara muslim di bawah
pimpinan Tharif bin Malik pada tahun 91 H/710 M. Pertempuran
pecah di didekat muara sungai Salado pada bulan
Ramadhan, pertempuran ini mengawali kemenangan Tharif dalam pertempuran
–pertempuran berikutnya sampai akhirnya Tholedo, ibu kota Ghotia Barat dapat direbut
bulan September tahun itu juga.
Didorong
oleh keberhasilan Tharif ibn Malik ini serta adanya kemelut yang terjadi dalam
tubuh kerajaan Visigoth yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar
untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirimkan lagi pasukan ke Andalusia sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad.
Setalah
Aljazair dan Maroko dapat ditundukkan, Tariq bin Ziyad, memimpin pasukan Islam,
dengan pasukannya menyebarangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan benua
Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan Gilbraltar (
Jabal Tariq ).[6]
Tariq
bin Ziyad lebih banyak dikenal
sebagai penakluk Spanyol karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari
sebagian besar suku Moor yang didukung oleh Musa
bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah Al-Walid
bin Abdul-Malik. Pasukan ini kemudian
menyeberangi selat di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad, dan menguasai sebuah
gunung dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq), kemudian di daerah ini membuat pertahanan serta tempat menyiapkan
pasukan untuk memulai penaklukan. Dalam pertempuran yang dikenal dengan pertempuran
Guadalete, Raja Roderic dapat dikalahkan. Dari situ Thariq bin Ziyad dan
pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota Visigoth saat itu).[7]
Sebelumnya Tariq bin Ziyad menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan
kepada Musa
bin Nushair di Afrika
Utara, yang kemudian
mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan
Tariq bin Ziyad seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan
pasukan Goth yang jauh lebih besar, 100.000 orang[8].
Kemenangan
pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuat jalan untuk
penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan
diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq.
Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu
persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa berhasil
menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre[9]. Setelah Spanyol dapat dikuasai sepenuhnya, maka Spanyol dijadikan
salah satu propinsi dari Dinasti Bani Umayyah, Gubernur yang pertama kali di
angkat adalah Abdul Aziz, putra Musa bin Nushair pada tahun 716 M.[10]
Hal
yang memudahkan kaum muslimin masuk Spanyol adalah keadaan Spanyol yang sangat
kacau sebelum kedatangan kaum Muslimin di sana. Ini disebabkan adanya
pertikaian-pertikaian antar sesama umat Nasrani, belum lagi pertentangan antar
penguasa untuk memperebutkan kekuasaan di Spanyol itu sendiri.[11]
Ada
berepa faktor yang mendukung proses penguasaan umat Islam atas Spanyol.[12]
Pertama, Kondisi sosial, politik
dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang sangat menyedihkan, secara
politik juga Spanyol terbagi dalam beberapa Negara kecil, bersamaan sikap
gothic yang tidak toleran terhadap aliran agama yang berkembang saat itu.
Penguasaan Visighotie memaksakan aliran agamanya kepada masyarakat. Penganut
agama Yahudi yang merupakan komunitas terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa
dibabtis menurut agama kristen, dan mereka yang tidak bersedia akan disiksa dan
di bunuh. Dalam kondisi tertindas secara teologis, kaum tertindas menanti
kedatangan juru pembebas. Dan juru pembebas tersebut mereka temukan dari
orang-orang Islam. Demi kepentingan mempertahankan keyakinan, mereka bersekutu dengan tentara Islam melawan
penguasa.
Kedua, perselisihan
antara Raja Roderick dengan Witiza (Walikota Toledo) disatu pihak dan Ratu
Julian di pihak lain. Oppas dan Achila, kakek dan anak Witiza, menghimpun
kekuatan untuk memerangi Roderick,
bahkan berkoalisi dengan kaum Muslimin di Afrika Utara. Demikian pula, Ratu
Julian, ia bahkan memberikan pinjaman 4 buah kapal yang dipakai oleh Tharif,
Thariq, dan Musa.
Ketiga, faktor lain yang tak kalah
pentingnya adalah bahwa tentara Roderick tidak mempunyai semangat perang.
Faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh
penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh
yang kuat, tentara yang kompak, bersatu, dan
penuh kepercayaandiri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam mengahadapi
setiap persoalan. Yang takkalah penting
adalah ajaran Islam yang di tunjukakan para tentara Islam , yaitu
toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong, itu yang menyebabkan penduduk
Spanyol menyambut kehadiran Islam.
Dilihat dari sejarah, dalam proses penaklukan Spanyol ini ada tiga
pahlawan muslim yang bisa dikatakan paling berjasa yaitu, Musa bin Nushair,
Tharif bin Malik dan Thariq bin Ziyad, yang mana Musa menjabat sebagai Gubernur
Afrika Utara, lalu ia mengirim Tharif bin Malik sebagai perintis ke Spanyol.
Pada tahun 91 H.Dalam merintis dan menyelidiki Tharif bin Malik tidak
mendapatkan perlawan yang berarti, sehingga memperoleh kemenangan dan kembali
ke Afrika membawa harta rampasan yang banyak, melihat keberhasilan Tharif, Musa
semakin berambisi untuk menaklukan Spanyol, sehingga ia mengirim pasukan di
bawah Thariq bin Ziyad, dan hasilnya pun tidak sia-sia, Spanyol berhasil
menjadi wilayah Islam.
C.
Pemerintahan Islam di Andalusia Masa Bani Umaiyah II
Pada masa ini pemerintahan Islam di Andalusia ada tiga
masa, yaitu masa Wali, Amir, dan Kekhalifahan. Masa Wali berkisar antara tahun
711-755 M, masa Amir dari 756 sampai 912 M, dan masa Kekhalifahan tahun
912-1013 M.
1.
Masa Wali
Andalusia
di bawah pimpinan Wali antara tahun 711-755 M yang di angkat oleh khalifah Bani
Umaiyah yang berpusat di Damaskus. Dengan masa jabatan biasanya 3 tahun. Pada masa ini Andalusia secara politis belum stabil, masih terjadi
perebutan antar elit penguasa, atau masih adanya ancaman dari dalam dan dari
luar yaitu, musuh Islam dari penguasa setempat. Di samping itu, terdapat
perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang
berpusat di Kairawan. Masing- masing mengaku
bahwa, merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini.[13]
Gangguan
dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertepat tinggal di
daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintah
Islam.[14]
Periode
konsolidasi penduduk oleh paraWali ini
kelak berakhir dengan datangnya Abdurrahman I[16] ke Spanyol tahun 755 M.[17]Sejak
756 M dimulailah masa pengakuan dan kemenangan Al-Dakhil atas wali-wali di
sebagian Spanyol. Gerakan maju pasukan
ad-Dakhil kemudian diteruskan ke kota-kota Sevilla, Archidon, Sidonia, dan
Moron de la Frontura. Sebagian besar wali secra resmi menyatakan setia pada
Ad-Dakhil. Pada tanggal 15 mei 756 M, Abdurramn al-Dakhil akhirnya
memproklamirkan berdirinya Imarah Umayyah II di Andalusia.[18]
2.
Masa Ke’Amiran
Pada periode ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir
(panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah
Abbasiyah di Baghdad. Ada 7 (tujuh) orang amir yang memerintah di Spanyol.[19] Amir
pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani
Umayyah yang berhasil lolos dari
kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasil menaklukkan Bani
Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani
Umayyah di Spanyol.[20]
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang
politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman
al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam I dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam I dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran.
Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman
al-Ausath dikenal sebagai penguasa
yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama
di zaman Abdurrahman
al-Aushath. Ia mengundang para ahli
dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.[21]
Amir-Amir yang
berkuasa di Spanyol adalah sebagai
berikut :[22]
1.
Abd. Rahman al-Dakhil ( Abd. Rahman I)
(138 H/756 M)
2.
Hisyam I bin Abd. Rahman
(172 H /788 M)
3.
Hakam I Ibn Hisyam
(180 H/ 796 M )
4.
Abd. Rahman II ibn Hisyam
(206 H/822 M)
5.
Muhammad bin Abd. Rahman
(238 h/ 852 M)
6.
Al-Munzir ibn Muhammad
(273 H/886 M)
7.
Abdullah bin Muhammad
(275-300
H/888-912 M)
3. Masa
Kekhalifahan
Periode ini berlangsung mulai dari
pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir sampai munculnya "raja- raja
kelompok" yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaij. Pada
periode ini Spanyol
diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang
sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh
pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa
suasana pemerintahan Abbasiyah sedang
berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling
tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama
150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M.
Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman al-Nashir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009
M).[23]
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan
daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman
al-Nashir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki
koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan.
Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.
Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran khilafah Bani
Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan
aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang
yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah
kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya.
Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur
Billah. Ia wafat pada tahun 1002
M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan.
Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang
tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, Negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya
kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk
menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada
tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang
berpusat di kota-kota tertentu.
D.
Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia Masa Bani Umaiyah II
Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak prestasi
yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks,
terutama dalam hal kemajuan intelektual.
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang
mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih
kompleks.
Dalam
sejarah peradaban dunia , Islam memiliki andil besar dalam khazanah kaum cendekiawan.
Cordova (kota yang berada di kawasan Andalusia) menyumbang besar sekali , pada
saat itu Cordova merupakan pusat Intelektual di daratan Eropa dalam bentuk
perguruan-perguruan yang amat terkenal dalam bidang kesusatraan, kedokteran,
filsafat, maupun music serta menerjemahkan naskah- naskah Yunani dam Latin
secara luas. Dari pusat-pusat pendidikan lahir sejumlah ilmuawan dan
filusuf-filusuf besar.[24]
Selama
Islam berada di Spanyol telah memainkan peranan yang besar, baik dalam bidang
kemajuan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban. Ilmu-ilmu agama,
filsafat, sains, music, kesenian, bahasa dan sastra mengalami kemajuan dan
perkembangan yang pesat di Spanyol. Demikian pula bangunan fisik, seperti
istana-istana raja, gedung-gedung pusat pemerintahan, taman-taman yang indah,
jembatan, pusat-pusat kegiatan pendidikan, penelitian, kesenian, dan lainya mengalami kemajuan pesat.[25]
1.
Politik dan Pemerintahan
Pada
masa ini pemerintahan Islam di Spanyol terbagi kepada tiga masa, yaitu masa
Wali, Amir dan Kekhalifahan. Masa Wali berkisar antara tahun 711 -755 M, masa
Amir dari 756 sampai 912 M, dan masa Kekhalifahan tahun 912 sampai 1013 M.
Islam
sebagai kekuatan politik telah memperlihatkan kemampuan yang luar biasa,
sehingga dapat menguasai daerah Spanyol walaupun rintangan dan halangan dari
orang Kristen dan para penguasa Spanyol. Hal ini dapat terlihat pada waktu
al-Salamah bin Malik menjadi panglima pada tahun 719 M.[26]
2.
Ekonomi dan Perdagangan
Aspek-aspek
pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. Dalam
perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian
juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak
mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan
jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga
mendapat jatah air.[27]
Di Andalusia
kemajuan ekonomi terlihat pada kemakmuran rakyat, kegiatan pertanian tidak
kalah majunya dengan masa Abdurrahman ad-Dakhil, tak sejengkalpun tanah yang
tidak dipergunakan untuk kegiatan produksi, khususnya dalam bidang pertanian.
Disini , aktifitas perindustrianpun lebih maju lagi, hasil industri kulit dari
Andalusia dibawa ke Maroko, lalu diangkut ke Inggris dan Prancis, sehingga pada
masa ini ekonomi perdagangan pun berkembang antara daerah-daerah penghasilan
pertanian dan perindustrian. Kota-kota dagang pun bermunculan di Andalusia,
seperti Sivilla, Cordova, Malaga, dan sebagainya.[28]
Dunia Islam Timur telah banyak mengambil manfaat dari hasil-hasil
pertanian, serta industry hasil-hasil pertanian seperti kapas, padi, gula, dan
sebagainya serta wol dari hasil peternakan. Termasuk bahan-bahan tambang dan
pengolahan industri bahan-bahan bangunan yang sampai sekarang bisa terlihat
masih utuh.[29]
3.
Sosial Kemasyarakatan
Penduduk
Andalusia pasca Bani Umayyah II, sangat Pluralistik dari segi etnik, ada etnis
asli Spanyol, etnis Ghotia (Jerman), etnis Yahudi, etnis Arab, dan etnis
Barbar, dari segi agama ada pemeluk
Kristen Nestor (bertuhan satu) Kristen Visigoth (bertuhan trinitas) , ada
penganut Yahudi dan penganut Islam. Karena itu pemerintahan Islam Pasca Bani
Umayyah II, memberlakukan politik toleransi beragama. Siapapun bebas memeluk
agama mereka, selama mereka patuh membayar pajak kepada pemerintah Islam.[30]
Politik
kebebasan beragama ini menyebabkan sebagian penduduk Spanyol tertarik masuk
Islam, bahkan sebagian mereka melakukan perkawinan dengan umat Islam sehingga
keturunan mereka disebut Moor (
Spanyol keturunan Islam) sebagian lagi tetap beragama Kristen, mereka di sebut al-Zhimmi( pemeluk kristen
dibawah pemerintahan Islam).[31]
Sementara sebagian lainnya, meskipun
tetap penganut agama Kristen, namun
mereka melakukan assimilasi dengan cara
hidup orang Islam, mulai
dari memakai bahasa Arab, pakaian, dan kebudayaan Arab lainya mereka
disebut golongan Mozarebs.[32]
4.
Pendidikan dan Iptek
Membicarakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di Spanyol, tidak bisa lepas dari kerja besar pembangunan peradaban yang
dilakukan para pembawa risalah Islam ke kawasan Eropa itu. Tak bisa juga
dipisahkan dari kajian etika serta syari’at Islam yang didakwahkan para da’i.
Itulah yang mendorong semangat para ilmuwan Muslim Spanyol: Pengetahuan itu
satu karena dunia juga satu, dunia satu karena Allah juga satu. Prinsip
“tauhid” semacam ini yang menjadi koridor berpikir para ilmuwan muslim dalam
mengembangkan sains dan teknologi.
Tidak mengherankan jika
temuan-temuan para ilmuwan muslim pada zaman ini sangat revolusioner. Jauh
sebelum Wilbur Wright dan Oliver Wright menemukan pesawat terbang pada abad 20,
usaha menemukan alat transportasi penerbangan sudah dilakukan oleh Abu Abbas
Al-Fernass. Bahkan ia sudah mencoba terbang, meski kendaraan yang ditemukannya
tak sempurna. Sayangnya, sejarah peradaban dunia Islam yang berbasis di
Andalusi, Spanyol itu, tak terekam oleh Barat. Sementara catatan-catatan
sejarah Islam, ditutup rapat untuk tidak dijadikan referensi.
Demikian halnya dalam pengembangan ilmu kedokteran oleh
para pakar muslim. Selain Ibnu Rusyd, adalah Az-Zahrawi yang dikenal sebagai
orang pertama yang memperkenalkan teknik pembedahan manusia. Az-Zahrawi yang
lahir dekat Cordova pada 936 Masehi, dikenal sebagai penyusun ensiklopedi
pembedahan yang karya ilmiahnya itu dijadikan referensi dasar bedah kedokteran
selama ratusan tahun. Sejumlah universitas, termasuk yang ada di Barat,
menjadikannya sebagai acuan.
Demikian halnya kontribusi ilmuwan Islam di bidang
astronomi. Adalah Az-Zarqalli, astronom muslim kelahiran Cordova yang pertama
kali memperkenalkan astrolabe. Yaitu suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur jarak sebuah bintang dari horison bumi. Penemuan ini menjadi
revolusioner karena sangat membantu navigasi laut. Dengan demikian,
transportasi pelayaran berkembang pesat selepas penemuan astrolabe. Sementara
pakar geografi, Al-Idrisi, yang lahir di Ceuta pada 1099 Masehi, setelah
menuntut ilmu di Cordova juga menemukan dan memperkenalkan teknik pemetaan
dengan metode proyeksi. Suatu metode yang sama dengan yang dikembangkan Mercator,
empat abad kemudian.
Eropa Berhutang Budi Temuan sains dan teknologi, serta
kajian filsafat Muslim Spanyol, mengalir ke seluruh kawasan ibarat mengairi
kekeringan kehidupan intelektual Eropa. Para pelajar dari Eropa Barat memenuhi
perpustakaan-perpustakaan serta kampus-kampus perguruan tinggi yang dibangun
oleh ilmuwan muslim di sana. Pola pendidikan yang dikembangkan para
ilmuwan muslim di sana, sungguh memikat para pelajar dari Eropa. Dalam kitabnya
yang berjudul Muqaddimah, ulama Muslim terkemuka Ibnu Khaldun menilai metode
pendidikan yang dikembangkan saat itu sebagai “Mengarahkan seseorang untuk
mengerti sesuatu melalui apa yang dikerjakannya”. Secara sederhana Ibnu Khaldun
menyebutnya sebagai “Metode belajar dengan hati” atau “Learning by doing” dalam
bahasa kita sekarang.
Kondisi inilah yang mencerahkan paradigma berpikir
orang-orang Eropa. Menurut Montgomery, cukup beralasan jika kita menyatakan
bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri.
Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi “dinamo”nya, Barat bukanlah
apa-apa. Inilah yang sesungguhnya menjadi momentum Eropa memasuki masa
Renaissance. Pada abad sembilan, demikian Montgomery, Universitas Cordoba
menjadi gerbang Eropa memasuki zaman pencerahan. Namun orang-orang Eropa merasa pencerahan mereka
berawal pada abad enam belas dari Florence di Italy.
Yaitu pada saat pemimpin Eropa bersepakat ‘meninggalkan’
agama dalam segala aspek kehidupan dan mengembangkan apa yang disebut
sekularisme. Akibatnya, keagungan peraaban Islam yang dibangun di Spanyol
berakhir dengan tragis. Yaitu pada saat penguasa di sana menghancurkan semua
karya pemikiran para ilmuwan muslim. Tidak hanya karya-karyanya yang
dimusnahkan, para ilmuwannya pun disingkirkan. Ibnu Massarah diasingkan, Ibnu Hazm
diusir dari tempat tinggalnya di Majorca, kitab-kitab karya Imam Ghazali
dibakar, ribuan buku dan naskah koleksi perpustakaan umum al Ahkam II
dihanyutkan ke sungai. Ibnu Tufail, Ibnu Rushdy disingkirkan. Nasib yang sama,
juga dialami Ibnu Arabi.[33]
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas
ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari
batu. Ibrahim
ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari
dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang
dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Ummul
Hasan binti Abi Ja'far dan saudara perempuan
al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera
Pasai dan Cina. Ibnul Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunisia adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian
nama-nama besar dalam bidang sains.[34]
Bahasa
Arab telah menjadi bahasa
administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak
yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka
itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibnul-Hajj, Abu
Ali al-Isybili, Abu
al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu
Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan
bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-'Iqd al-Farid
karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath
ibn Khaqan, dan banyak lagi yang
lain.[35]
5.
Kesenian
Syair
merupakan ekspresi utama dari peradaban Spanyol, syair Arab Hipano masa awal ,
qasidah, memuja sang penguasa dan menyampaikan beberapa sifat-sifat kebijakan
sang penguasa dan menyampaikan beberapa tujuan pemerintah, merupakan bentuk
syair yang dominan.[36]Syair
yang membangkitkan sentiment prajurit
dan interes faksional para penakluk Arab. Dalam bidang music dan seni, Spanyol
Islam memiliki
tokoh seniman yang sangat terkenal , yaitu al-Hasan ibn Nafi dikenal dengan
julukan Ziryab (789-857 M)[37]
Di
Andalusis (Spanyol) terjadi interpretasi
atau simbiosis kultur Arab yang lebih tinggi diperkenalkan para penakluk dan
kultur Iberia lokal. Penulis Kristen abad sembilan menuduh bahwa semua pemuda
Kristen telah dilanda oleh syair Arab dan lebih tertarik kepada bahasa Arab
ketimbang bahasa Latin. Pada saat yang sama ada pijakan-pijakan pemikiran
hingga terjadi pengaruh Iberia yang membawa adopsi bentuk-bentuk strofik syair
Arab. Walaupun para ilmuwan tidak setuju, agaknya juga syair Andalusia
kadangkala berkenaan dengan seni troubadour Eropa.[38]
Bidang seni
bangunan (arsitektur) kota dibangun dan
diperindah, pembangunan-pembangunan
fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti
pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Di antara pembangunan yang megah
adalah masjid Cordova, kota az-Zahra, Istana Ja'fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada, Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah
kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar
ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik
pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya
terpancang istana Damsyik. Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut ibn al-Dala'i, terdapat 491 masjid di sana. Disamping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri
perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tidak
dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.[39]
6.
Pemikiran dan Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran
budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai
jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada
abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan
pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad
ibn Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M),
karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar,
sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu
menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang
dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan
persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Adapun tokoh dalam sejarah filsafat
Arab-Spanyol adalah :
Tokoh
utama adalah Abu Bakr
Muhammad ibn al-Sayigh
yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragossa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fezzan tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Karyanya adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Tokoh
kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah
kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan [40]
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi
munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat
dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M
dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan
naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah
menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan
karyanya Bidayah al- Mujtahid.
7.
Pemahaman Agama
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut madzhab
Maliki. Yang memperkenalkan madzhab ini di sana adalah Ziyad
ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya
ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam
Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya di antaranya adalah Abu
Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir
Ibn Sa'id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal. Mazhab Malikiyah ini dijadikan sebagai
mazhab resmi Negara, walaupun masih ada mazhab yang lain seperti Syafi'iyah.
Sehingga kehidupan masyarakat seperti perkawinan, talak, wasiat, warisan, jual
beli dan sebagianya diatur berdasarkan mazhab Malikiyah.
Sebuah kitab fiqh monumental yang masih menjadi salah
satu rujukan dalam lapangan hokum Islam
saat ini ,khusus nya di Indonesia, adalah buku Bidayatul Mujtahid. Buah
karya dari Ibn Rusyd, filosof dan faqh Spanyol Islam.[41]
Hasan langgulung misalnya menyebutkan dengan perkembangan
ilmu tafsir, Qira'at, tajwid, ilmu hadist, musthalah la-hadist, ilmu fikih,
ushul fikh, ilmu kalam, dan tasauf, pendidikan Islam yang berlangsung diSpanyol
ini tidak hanya memberikan pengaruh terhadap kamajuan umat Islam sendiri,
melainkan kemajuan umat Islam pada umumnya.[42]
E.
Faktor Kemunduran dan Kehancuran Daulah Bani Umaiyah II di
Andalusia
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah
merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum
dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan
bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol
Kristen. Hal itu menyebabkan
kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani
Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi.
Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah 'ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya,
kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak
perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi
negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi
makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi
ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dengan sangat "serius", sehingga lalai membina perekonomian.
Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi
kondisi politik dan militer
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli
waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk
ath-Thawaif muncul. Granada yang
merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat
bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang
mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
F.
Kesimpulan
Pemerintahan
dari Daulah Umayah II di Andalusia –spanyol telah mencapai puncak. Namun
peradaban itu semua hanya tinggal kenangan , didalamnya mengisahkan keberanian
Thariq bin Ziyad dalam berperang dengan
membuktikan ketangguhannya menaklukan Andalusia ketengan Islam.
Dalam pentas sejarah yang kita perhatikan, sudah
menjadi penyakit warisan perebutan
kekuasaan yang selalu mengotori kejayaan, apakah itu dari luar seperti pemebrontakan rakyat karena merasa
teraniaya, daerah-daerah yang merasa terkucilkan yang di sebabkan kurangnya
perhatian dari pemerintah pusat saat itu. Akan tetapi yang lebih amat
disayangkan adalah pertikain tersebut terjadi antar suadara yang memimpin dalam
istana. Tapi dengan melihat gejala awal muncul
atau beridirinya suatu daulah hampir dipastikan terjadinya indicator yang
disebabkan oleh, kalangan istana itu sendri, pemebrontakan, penaklukan.
Sehingga memberikan efek hancurnya suatu daualah tersebut. Dengan apa yang
dilakukan terhadap pemimpin sebelumnya, atau berlakunya hokum karma.
Kehadiran
islam di Andalusia dikarenakan masyarakat disana minta bantuan untuk melawan
raja Roderick penguasa kerajaan Gotic yang sewenang-wenang terhadap rakyat.
Kemajuan Islam di Spanyol dapat dilihat dari kemajuan Intelektual seperti
filsafat, sains, ilmu agama, ekonomi serta pembangunan fisik seperti taman,
mesjid dan lembaga pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Fadil Sj, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan
Sejarah,Malang : UIN-Malang Press, 2008
Harun, Maidir, dan Firdaus, Sejarah
Peradaban Islam, Padang : IAIN IB-Press,2001
Hasan, Hasan Ibrahim,Tarihk al-Islam al-SIyasi wa al-Tsaqafi wa al-Ijtima'', ter, Jakarta : Kalam Mulia, 2001
Hitti, Philli K, The Arab's : A Short History, London : Macmillan Press, 1970
Lapidsus, Ira M., Sejarah Sosial Ummat Islam, Jakarta: PT Raja
Grafindo, 1999
Lewis, Bernard, Bangsa Arab
dalam Lintasan Historis,terj, Said Jamhuri,
Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1988
Maryam, Siti dkk, Sejarah
Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga
Modern, Yogyakarta : LESFI, 2004
Nata, Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam-pada Periode Klasik dan
Pertengahan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004
As-Siba’I, Musthafa Husni, Khazanah peradaban Islam, Bandung:
Pustaka Setia,ter,2002
Supriyadi,
Dedi, Sejarah peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008
Su'ud, Abu, Islammologi Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam Peradaban
Umat Manusia, Jakarta: Rineka Cipta,2003
Syalabi, A, Sejarah dan Kebudayaan Islam , jld II, ter Mukhtar Yahya
dan M. Sanusi Latief, Jakarta : Pustaka al-Husna Zikra, 2000
Thohir, Ajid, Perkembangan
Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004
Umar, A.Munir, Islam
di Spanyol,( Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga, 1975
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban
Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Cet. Ke -13, 2002
Watt, William Montgomery,Titik Temu Islam dan Kristen,ter,Jakarta
: Gaya Media Pratama,1996
[1] Dedi
Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,
(Bandung : Pustaka Setia, 2008), h.117
[2] Kata Andalusia
berasal dari kata “Vandalusia” artinya negeri bangsa Vandal, karena
semenanjung Spanyol itu pernah dikuasai
bangsa Vandal, pada abad ke-5 M. Selanjutnya Bani Umaiyah merebut Semenanjung
Spanyol itu dari bangsa Ghotia Barat
pada masa Khalifah Walid bin Abdul
al-Malik tahun 91 H/711 M, Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam II, Penerjemah
Muchtar Yahya dan M. Sanusi latief, Judul asli , al-Tarikh al-Islam wa
al-Hadarah al-Islamiyah (Jakarta : Pustaka al-Husna Baru,2003), h 126.
Lihat juga , Siti Maryam dkk, Sejarah
Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga
Modern, (Yogyakarta : LESFI, 2004 ), h.79
[3] Maidir Harun
dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, ( Padang: IAIN IB- Press, 2011) h.
104
[4] Bernard Lewis, Bangsa
Arab dalam Lintasan Historis,terj, Said Jamhuri, ( Jakarta : Pedoman Ilmu
Jaya, 1988), h. 121
[6] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam , (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Cet. Ke- 13, 2002),
h.43
[7] A. Syalabi,
Sejarah dan Kebudayaan Islam , jld II, ter Mukhtar Yahya dan M. Sanusi
Latief, (Jakarta : Pustaka al-Husna Zikra, 2000), h.161
[9] ibid
[10] Maidir Harun
dan Firdaus, op cit. h.107
[11] Musthafa Husni
as-Siba’I, Khazanah peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia,ter,2002),h.
139
[12] Dedi
Suoriyadi, Op cit. h.119
[13] Badri Yatim,
Op cit. h.94
[14] Ibit
[17] Ajid Thohir, Perkembangan
Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004),
h.60
[19] Maidir
harun,firdaus, op cit. h. 110
[20] Bandri Yatim, Op
Cit. h. 94-95
[22] Maidir
harun,firdaus, op cit. h.111
[23] Badri Yatim,op
cit, h.96
[24] Abu Su'ud,
Islammologi Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia,(Jakarta:
Rineka Cipta,2003),h.85
[25] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam-pada Periode Klasik dan
Pertengahan,( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004)
[26] Maidir Harun
dan Firdaus, op cit, h. 107
[28] Fadil Sj, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan
Sejarah,(Malang : UIN-Malang Press, 2008), h. 199-202
[30] Hasan Ibrahim
Hasan,Tarihk al-Islam al-SIyasi wa
al-Tsaqafi wa al-Ijtima'',ter(Jakarta : Kalam Mulia, 2001), h.446
[31] Philli K.
Hitti, The Arab's : A Short History,( Bandung : Sumut Bandung)ter, h.
98-99
[32] A.Munir Umar, Islam
di Spanyol,( Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga, 1975), h. 36
[33]
http://www.cybermq.com/index.php?pustaka/detail/10/1/pustaka-159.html
[34] Badri Yatim,
Op cit, h.102
[35] Ibit.
[36] Ira M.
Lapidsus, Sejarah Sosial Ummat Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1999)
[40] Badri Yatim, op
cit, h. 128
[41] Dedi
Supriyadi, op cit, h.122
Tidak ada komentar:
Posting Komentar