Senin, 15 Februari 2016

Metode Ilmu Pengetahuan (Sosial, Alam dan Humaniora)

A.      Pendahuluan
Manusia adalah makhluk berpikir, yang dengan aktivitas berpikirnya itu manusia berfilsafat, berilmu pengetahuan, dan berteknologi. Sejak manusia tercipta, aktivitas itu ada berkembang, dan meningkat terus, seiring dengan perkembangan tantangan setiap zaman.
Ada tiga jenis pengetahuan manusia, yaitu pengetahuan filsafat, pengetahuan ilmu dan teknologi, serta pengetahuan agama. Dari ketiga jenis ini, pengetahuan ilmu inilah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu dalam kajian metodenya.
Stuart Chase dalam bukunya The Proper Study of Mankind membagi ilmu pengetahuan adalah m atas tiga kelompok besar, yaitu  ilmu sosial, alam, dan humaniora. Ilmu pengetahuan memiliki hubungan dengan filsafat yaitu sama-sama memberikan pemahaman, hanya saja filsafat lebih dalam menunjukkan sebab-sebab yang terakhir, sedangkan ilmu pengetahuan juga menunjukkan sebab-sebab tetapi tidak begitu mendalam.
Demikian sekilas gambaran umum tentang makalah ini, dengan judul “Metode Ilmu Pengetahuan”, untuk lebih lengkapnya disajikan dalam pembahasan berikutnya.





B.       Metode Ilmu Pengetahuan
Dalam Ensiklopedia Indonesia, kita temukan pengertian sebagai berikut. Metode ialah sistem penerapan metode, selanjutnya Dalam buku Bakker, ia memberikan penjelasan lebih lanjut, keterangannya sebagai berikut.
Ditinjau dari segi arti kata, metode itu berasal dari bahasa Yunani metodos. Secara etimologis, kata metodos terdiri dari kata depan meta yang artinya menuju, yang mengikuti, sesudah, dan kata benda hodos yaitu (jalan, perjalanan, cara, dan arah). Maka kata metodos itu berarti menuju perjalanan, mengkuti cara, menuju kearah. Berdasarkan makna terminologi, kata metodos berarti cara bertindak menurut sistem, aturan tertentu yang bertujuan untuk mengarahkan suatu kegiatan praktis secara rasional agar mencapai hasil yang optimal.[1]
     Ilmu pengetahuan merupakan suatu hasil ciptaan sadar manusia, dengan sumber-sumber historis yang didokumentasikan secara baik, dengan lingkup dan kandungan yang dapat ditentukan secara pasti, dan dengan orang-orang profesional terpercaya yang mempraktekkan serta menguraikannya.[2]  
     Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang mempunyai sistema dan metode tertentu, yang selanjutnya kita sebut: Ilmu Pengetahuan.
1.    Ilmu Pengetahuan Sosial (Kemasyarakatan)
a.    Pengertian Ilmu Sosial
Ilmu sosial (social science) atau ilmu pengetahuan sosial (social studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan ilmu seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metode kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia di masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, ilmu pengetahuan sosial tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.[3]
b.    Objek kajian ilmu Sosial
Setiap ilmu pengetahuan ditentukan oleh obyeknya. Ada dua macam obyek ilmu pengetahuan, yaitu: obyek materia dan obyek forma. Obyek materia ialah seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan obyek penyelidikan suatu ilmu. Obyek forma ialah obyek materia yang disoroti oleh suatu ilmu, sehingga membedakan ilmu yang satu dariilmu lainnya, jika berobyek materia yang sama.[4]
Pada garis besarnya obyek ilmu pengetahuan ialah alam dan manusia. Maka dalam hal ini obyek penyelidikan ilmu sosial adalah manusia, tegasnya tingkah laku manusia.
c.    Cabang-cabang Ilmu Sosial
Ilmu sosial memiliki beberapa cabang, di antaranya:
1)      Ilmu hukum ilmu yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan
2)      Ilmu Ekonomi; ilmu yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat.
3)      Ilmu Antropologi Budaya dan Sosial
4)      Publistik dan Jurnalistik
5)      Ilmu Jiwa Sosial
6)       Ilmu Pendidikan; ilmu yang mempelajari tentang masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral.
7)      Ilmu Politik; ilmu yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk Negara).
8)      Psikologi; ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan proses mental manusia.
9)      Sejarah; ilmu yang mempelajari tentang masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia.
10)  Sosiologi; ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya.

d.   Metode Ilmu Sosial
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibandingkan dengan ilmu alam. Namun sekarang beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan metode kuantitatif. Demikian pula pendekatan interdisiplin dan lintas disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metode ilmu sosial. Penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif telah banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.[5]
Ilmu-ilmu sosial belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap yang diterima oleh bagian terbesar masyarakat, disebabkan ilmu-ilmu tersebut belum berkembang. Sedangkan yang menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang berubah-ubah. Oleh karena itu, hingga kini belum diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur di dalam masyarakat secara lebih mendalam. Lain halnya dengan ilmu alam yang telah lama berkembang, sehingga telah mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil yang teratur dan diterima oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena objeknya bukan manusia.[6]
       Menurut Elgin F. Hunt metode ilmu (dalam hal ini : ilmu pengetahuan ilmu sosial) itu meliputi enam bagian, yaitu:
1.      Observasi
2.      Perumusan masalah
3.      Mengumpulkan dan mengklafikasikan fakta tambahan yang baru
4.      Mengadakan generalisasi
5.      Perumusan hipotesa
6.      Mengadakan testing dan verifikasi

2.     Ilmu Pengetahuan Alam
a.         Pengertian Ilmu Alam
        Ilmu alam terkait dengan istilah ‘positivistic”  merujuk kepada pendekatan logis untuk mempelajari alam semesta secara obkektif, tidak hidup dan di dunia fisik. Ilmu pengetahuan alam mempelajari alam dengan menggunakan metode-metode sains, ilmu pengetahuan jenis ini berbeda dengan ilmu pengetahuan sosial yang menggunakan metode sains untuk mempelajari perilaku manusia dan masyarakat, ataupun ilmu pengetahuan formal seperti matematika.
       Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus ilmu pengetahuan alam atau sains. Sund dan Trowbrige merumuskan bahwa sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.[7]
b.         Objek Ilmu Alam
Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu tentang alam, maka obyek penyelidikan adalah alam semesta sejauah berada dalam waktu dan ruang.
“ manusia yang seharusnya menarik perhatian kita itu, adalah sebagian dari suatau alam tak terhingga dan ia sendiri di antara makhluk-makhluk hidup bertubuh, bisa atau memiliki kesanggupan untuk mempertimbangkan (mengawasi, mempertimbangkan) alam ini, mengadakan percobaan-percobaan dan menduga adanya hubungan-hubungan dan undang-undang antara kenyataan-kenyataan. Ia juga menjadi obyek dari percobaan-percobaan dan perhatian pengawas. Kalau kita mengetahui bahwa pengetahuan adanya undang-undang yang berlaku atas dunia hidup itu bisa menerangi arti dari manusia dengan menerangkan wujudnya di muka bumi, tali-tali yang mempersatukan dia dengan bentuk-bentuk hidup lainnya dan perbedaan-perbedaan yang memberi sifat-sifat kepadanya, maka kita harus mempelajari evolusi (perkembangan) dari seluruh dunia dari awalnya, tanpa lupa bahwa observasi kita itu bisa tertutupoleh alat observasi kita sendiri.”
       Ciri-ciri dasar pertama yang menandai ilmu-ilmu kealaman adalah, bahwa ilmu-ilmu itu melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang memungkinkan registrasi indrawi secara langsung. Data-data indrawi yang merupakan objeknya, harus dimengerti tepat menurut penampakannya. Bahan-bahan ini disaring, diselidiki, diawasi, diidentifikasi dan diklasifikasikan secara ilmiah, yaitu digunakannya instrumen-instrumen sebagai alat bantu. Eksperimentasi Ilmu-ilmu kealaman mampu menjangkau objek potensi-potensi alam yang semula sulit diamati, seperti elektron dan multi-protein.[8]
       Ilmu-ilmu kelaman memperoleh suatu objektivitas yang khas, yaitu semata-mata bersifat empiris-eksperimental. Suatu aksi tertentu dapat melahirkan reaksi tertentu pula, hukum aksi reaksi ini berlangsung menurut sifatnya yang spesifik. Oleh karena itu, eksperimen-eksperimen yang dilakukan dapat diulangi. Kelebihan dari objek kealaman ini adalah; jumlah variabelnya sangat terbatas dan gejala fisik yang diamati pada umumnya seragam.[9]
c.         Cabang-cabang Ilmu Alam
Ilmu-ilmu pengetahuan alam (Natural Sciences) terbagi atas beberapa cabang, yaitu:
1)      biologi
1.      Antropologi fisik
2.      Ilmu kedokteran
3.      Ilmu farmasi
4.      Ilmu pertanian
5.      Ilmu pasti
6.      Ilmu alam
7.      Ilmu teknik
8.      Geologi

d.        Metode Ilmu Alam
       Alam yang menampakkan dirinya kepada kita (the world of appearance,the phenomenal world) dipelajari oleh ilmu pengetahuan alam dengan suatu metode sebagai berikut,[10]
1.    Pengamat-amatan dengan seksama (observasi metodis)
2.    Penggolongan (klasifikasi)
3.    Analisa data atau fakta yang di peroleh dari observasi itu menurut kecerdasan akal, dengan maksud menemukan hubungan yang logis antara fakta itu dan memahami makna relatifnya
4.    Menarik kesimpulan induktif dan deduktif dari hasil-hasil analisa itu
5.    Penglukisan (deskripsi fungsional)
6.    Percobaan (exprimen atau observasi yang disengaja secara sistimatis.

       Kesemuanya itu dilakukan dengan cermat, dengan tujuan menempatkan alam fisis empiris di bawah kekuasaan hukum, yang memungkinkan manusia meramalkan apa yang terjadi dalam keadaan-keadaan tertentu.
       Metode yang digunakan dalam ilmu alam bersifat siklus-empirik[11] yang menunjuk pada dua hal pokok, yaitu siklus yang mengandaikan adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan secara berulang-ulang, dan empirik yang menunjuk pada sifat bahan yang diselidiki (bersifat indrawi).
C.      Perbedaan Ilmu Sosial dengan Ilmu Alam[12]
Mengkontraskan Ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial dan humaniora bukan berarti menempatkan yang satu lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain, atau yang satu lebih bermanfaat dari yang lain. Tetapi yang satu berbeda dengan yang lain karena wilayah atau meminjam istilah paradigma positivistik, objek kajiannya memang berbeda. Allah menciptakan dunia seisinya dengan sempurna dan berpasang-pasangan. Jika ada siang dan malam, ada baik dan buruk, ada tinggi dan rendah yang semuanya untuk menunjukkan tanda-tanda kekuasaannya, maka dalam kajian ilmu pengetahuan ada fakta sosial dan ada definisi sosial.  Jika ilmu alam bertugas mengkaji fakta sosial yang empirik, maka ilmu sosial dan ilmu-ilmu humaniora bertugas mengkaji defenisi sosial yang abstrak dan simbolik.
Tentu saja karena objek materialnya berbeda, maka metode dan cara untuk memperolehnya juga berbeda. Dalam bahasa filsafat ilmu, jika ontologinya berbeda, maka epistemologinya pasti berbeda. Contoh sederhananya menangkap ikan tidak bisa dengan pisau atau sabit yang tajam, melainkan jala atau pancing. Begitu juga memotong rambut tidak dengan sabit atau pisau, melainkan gunting. Singkatnya, materi menentukan alat, bukan sebaliknya. An object  determines a means.  Karena itu, terjadi kesalahan serius jika seorang peneliti atau pengkaji ilmu sosial dan humaniora yang ingin mengetahui persepsi seseorang terhadap sebuah gejala sosial menggunakan tes atau obervasi untuk memperolehnya.
Begitu juga kesalahan yang sama terjadi jika peneliti ingin mengetahui kemampuan atau kompetensi seseorang dalam bidang tertentu dengan menggunakan cara wawancara.[13]
Dibandingkan dengan ilmu alam yang telah mengalami kemajuan pesat, ilmu sosial agak tertinggal. Beberapa ahli bahkan berpendapat bahwa ilmu sosial tidak akan mencapai kepada artian ilmu yang sebenarnya. Di pihak lain ada yang berpendapat bahwa lambat laun ilmu sosial walaupun tidak akan mencapai derajat yang sama dengan ilmu alam. Menurut kalangan lain bahwa tidak dapat diduga bahwa ilmu sosial masih belum dewasa. Meskipun begitu mereka beranggapan bahwa penelitian ilmu sosial dan ilmu alam memiliki derajat keilmuan yang sama.[14]

3.     Ilmu Pengetahuan Humaniora[15]
a.       Pengertian Ilmu Humaniora
Ilmu kemanusiaan, khususnya sejarah (minat khusus Dilthey), tidak akan memperoleh pengetahuan yang dicari tanpa mempergunakan verstehen atau pemahaman yang membedakannya dari ilmu alam. Manusia sebagai objek pengertian dalam ilmu kemanusiaan memiliki kesadaran. Dan ini memungkinkan bagi penyelidikan tentang alasan-alasan tersembunyi dibalik perbuatannya yang dapat diamati.
 Kita dapat memahami perbuatan dengan mengungkap pikiran,perasaan dan keinginannya. Ilmu kemanusiaan tidak hanya mampu mengetahui apa yang telah diperbuat manusia tetapi juga pengalaman batin (erlebnis), pikiran, ingatan, keputusan nilai dan tujuan yang mendorongnya berbuat .
Perbuatan atau tindakan merupakan ekspresi jiwa manusia, ide dan arti yang diharapkan oleh individu maupun masyarakat, yang berupa kata, sikap, karya seni dan juga lembaga-lembaga sosial. Kita akan memahami ekspresi (ausdruck) dengan menghayati kembali dalam kesadaran kita sendiri, penghayatan yang menimbulkan ekspresi tadi.


b.      Objek Kajian Ilmu Humaniora
Dalam kajian ini ilmu humaniora dan sosial sama–sama mempelajari manusia atau tingkah laku sebagai objeknya,  akan tetapi yang membedakan keduanya adalah obyek formanya, artinya sudut pandang yang di soroti dari obyek-obyek tersebut, sebagaimana yang tertera dalam cabang ilmu masing-masing.
Peneliti ilmu kemanusiaan harus berusaha seperti hidup dalam  objeknya, atau membuat objek hidup dalam dirinya. Dengan penghayatan tersebut akan memudahkan munculnya verstehen atau pemahaman. Dalam konteks ilmu sejarah, dengan menghayati kembali masa lampau, sejarawan akan memperluas dan membuat berkembang kepribadiannya, menggabungkan pengalaman pada masa lalu ke dalam pengalaman masa kini.
Setiap pengalaman baru, demikian Dilthey, menurut isinya ditentukan oleh semua pengalaman yang sampai pada saat itu kita miliki; sebaliknya, pengalaman baru itu memberi arti dan penafsiran baru kepada pengalaman-pengalaman lama. Bila seorang peneliti ingin mengerti perbuatan pelaku sejarah yang berupa ekspresi-ekspresi (ausdruck), maka ia harus merekonstruksikan kesatuan dan kebersatuannya dengan pengalaman batin (erlebnis).
Yang dimaksudkan Dilthey adalah bahwa dengan merekonstruksikan pengalaman hidup seorang pelaku sejarah ke dalam batin seorang peneliti akan dihasilkan efek yang sama seperti halnya pelaku sejarah mengalaminya pada waktu itu. Verstehen atau memahami adalah kegiatan memecahkan arti tanda-tanda ekspresi yang merupakan manifestasi hidup atau hasil kegiatan jiwa. Verstehen adalah proses di mana kehidupan mental diketahui melalui ekspresinya yang ditangkap oleh panca indra. Walaupun demikian ekspresi tersebut lebih dari sekedar kenyataan fisik, karena ia dihasilkan oleh kegiatan jiwa.



c.       Cabang- cabang Ilmu Humaniora
Adapun cabang-cabang dari ilmu pengetahuan (studi humanitas, humanities studies) humaniora adalah sebagai berikut:
1)      Ilmu agama
2)      Ilmu filsafat
3)      Ilmu bahasa
4)      Ilmu seni
5)      Ilmu jiwa.
d.      Metode Ilmu Humaniora
Dr Winarno Suracman dalam bukunya Pengantar Penyelidikan llmiah menerangkan sepuluh langkah (dalam hal ini: ilmu-ilmu humaniora)itu meliputi enam bagian, yaitu:
1)      Pemilihan masalah
2)      Studi ekspolorasi
3)      Rumusan teori dan anggapan dasar
4)      Rumusan hipotesa
5)      Penetapan teknik penguji hipotesa
6)      Penyusunan agenda
7)      Pengumpulan data
8)      Pengolahan data
9)      Penyimpulan, dan
10)  Puplikasi hasil penyelidikan





D.      PENUTUP
1.    Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu sosial dan ilmu alam merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda, baik dari segi objek kajian, metode maupun cabang-cabangnya. Ilmu sosial mempelajari manusia dari segi hubungannya dengan manusia lain, ia bersifat subjektif dan berdasarkan penafsiran, persepsi, generalisasi, asumsi dan sebagainya. Perkembangannya dari masa ke masa cenderung dinamis karena adanya kasus-kasus atau faktor-faktor baru dari kasus-kasus lama.
Sedangkan ilmu alam, ia mempelajari alam dengan seluruh unsur-unsurnya, ia bersifat lebih objektif, matematis, dan berdasarkan bukti-bukti empiris serta perhitungan, kelemahannya cenderung lambat, statis dan itu-itu saja. Jadi dapat juga dikatakan bahwa jika ilmu sosial mengkaji tentang hubungan timbal-balik manusia dengan manusia lainnya, maka ilmu alam mengkaji alam yang menjadi tempat hidup bagi manusia itu sendiri.
Dan yang terakhir ialah ilmu humaniora salah satu ilmu yang memahami perbuatan dengan mengungkap pikiran, perasaan dan keinginannya. Ilmu kemanusiaan tidak hanya mampu mengetahui apa yang telah diperbuat manusia tetapi juga pengalaman batin (erlebnis), pikiran, ingatan, keputusan nilai dan tujuan yang mendorongnya berbuat .

2.    Kritik dan Saran
Demikianlah yang dapat penulis kemukakan tentang ilmu sosial dan ilmu alam (perbedaannya) dalam makalah ini, semoga bisa menjadi suatu bahan untuk menambah wawasan keilmuan kita pada mata kuliah Filsafat Ilmu.
Akhir kata, penulis menyadari makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis membukakan peluang bagi pembaca agar bersedia memberikan kritikan dan saran konstruktif demi perbaikan dan kesempurnaan untuk masa yang akan datang.

Daftar Pustaka
Bakker, Anton. Metodegi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Suriasumantri, Jujun S. Ilmu Pengetahuan dan Metodenya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1988.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_sosial, diakses pada hari Minggu, tanggal 29 April 2012.
Soekanto,Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Fithri, Widia. Wacana Filsafat Ilmu, Padang, Azka, 2004.
Henry Pratt Fairchild and 100 Authorities, Dictionary Of Sosiology, Little Field, Adams and Co, Ames Lowa, 1976.
Sumarna,Cecep. Filsafat Ilmu “dari hakikat menuju nilai”, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
 Tafsir,Ahmad. Filsafat Ilmu “mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan”, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Anshari.Endang Saifuddin, Ilmu, Filsafat dan Agama, Bandung: Bina Ilmu, 1981.




[1]Anton Bakker, Metodegi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hal 14.
[2]Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Pengetahuan dan Metodenya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1988), hal 8
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_sosial, (diakses pada hari Minggu, tanggal 29 April 2012).
[4]Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Bandung: Bina Ilmu, 1981), hal 50 
[5] Ibid.
[6] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 12
[7] http/google.com_metodegi ilmu pengetahuan alam
[8] Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu “dari hakikat menuju nilai”, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 114
[9] Ibid.
[10] Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama,hal 62
[11]Siklus ialah perputaran; peristiwa yang berlangsung berulang-ulang secara periodik
[12] http/google.com_metodegi ilmu pengetahuan alam
[15] Humaniora ialah ilmu pengetahuan yang meliputi filsafat, hukum, sejarah, bahasa, sastra, seni, dsb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar