“ Sejumlah besar para penyelidik dan penuntut ilmu pengetahuan dari
kalangan kaum muslimin dengan penuh semangat mengembara ke tengah-tengah tiga
benua yaitu dunia yang dikenal pada zaman tersebut, kemudian kembali ke negeri
masing-masing persis seperti kembalinya lebah-lebah yang membawa madu yang
membangkitkan selera. Para penyelidik itu duduk dan memperhatikan khalayak
ramai menunggu kepulangan mereka untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan ma’rifat
yang mereka peroleh. Kadang penyelidik itu menghabiskan waktu dengan menyusun
apa yang telah mereka himpun dan dengar, kemudian mereka tulis buku untuk umum
yang hamper sebesar ensiklopedi. Buku-buku itulah yang merupakan sumber-sumber
utama bagi ilmu pengetahuan modern dalam pengertiannya yang luas, dan menjadi
bahan rujukan para sarjana dan penyelidik-penyelidik. Dari rujukan itu mereka
memperoleh berbagai jenis kebudayaaan dan ma’rifat, jauh lebih mendalam
daripada yang pernah disangka oleh pengkritik-pengkritik.” (Prof.
Nicholson).[1]
Selama lebih dari empat belas abad, Islam tumbuh dan berkembang dari
agama nabi Muhammad Saw di abad ke tujuh sampai menjadi sebuah agama dunia yang
pemeluknya bisa ditemukan di segenap penjuru dunia. Islam mewarnai imperium-imperium
dan negara-negara maupun peradaban-peradaban besar dunia yang membentang dari
Afrika Utara sampai Asia Tenggara.
Sebagaimana halnya agama-agama besar dunia lainnya, Islam telah melewati
sejumlah fase perkembangan. lewat sejarahnya yang panjang, umat Islam harus
merespon ancaman-ancaman internal dan eksternal demi mempertahankan kehidupan
dan vitalitasnya. Abad ke delapanbelas terbukti menjadi titik balik dalam
sejarah Islam. Kekuatan, kemakmuran, dan ekspansi dinamis umat dan peradaban
Islam harus berjuang mempertahankan hidupnya di hadapan kekuatan dan ancaman
politik serta religio cultural dari kolonialisme Eropa.[2] Bagaikan
air yang mangalir, semua itu merunut sampai sekarang, bahkan dengan cara yang
kebanyakan umat Islam sendiri tidak mampu menyadari bahwa kenikmatan-kenikmatan
yang mereka terima merupakan ancaman besar terhadap keberadaan mereka. Umat islam
berada dalam dilema!!! itu lah kalimat yang tepat yang dapat mewakili keadaan
umat islam sekarang.
Dalam makalah ini penulis akan membahas keadaan yang dihadapi umat Islam
dewasa ini, terutama kemunduran yang dialami dalam bidang pendidikan.
B. PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum kemunduran Umat Islam dari Masa ke Masa
Sedikit menoleh ke belakang, Abad ke-7 hingga abad ke-14 di dunia Islam ketika itu lahir para
intelektual ternama atau jenius-ensiklopedis yang menguasai berbagai
pengetahuan sekaligus. Masa itu dapat disebut sebagai zaman keemasan Islam,
suatu wajah bercahaya karena pencapaiannya yang tinggi dalam pilar-pilar
peradaban. Masa itu Islam menguasai hampir 2/3 dunia. Menguasai dunia dengan
wajah khas penuh rahmat karena memang Islam diturunkan untuk rahmat semesta
alam.
Di antara para kaum intelektual ternama atau jenius-ensiklopedis
yang dilahirkan zaman keemasan itu, misalnya, Al-Khawarizmi (849), pendiri
aljabar dan penemu angka nol yang meretas jalan ke arah yang kita kenal sebagai
matematika modern; Al-Razi (856-925), penulis ensiklopedia kedokteran,
Continens, yang antara tahun 1498-1866 mengalami cetak-ulang hingga 40 kali; Al-Biruni
yang menulis tidak kurang dari 114 buku meliputi ilmu-ilmu fisika, sosial dan
matematika; Ibnu Haytam (956-1048), seorang matematikawan, astronom, insinyur
dan penulis karya-karya optik; Ibnu sina (980-1037), seorang dokter, fisikawan,
filosof, teolog, dan sastrawan; Ibnu Khaldun (1332-1406), seorang ahli hukum,
negarawan, filosof, dan juga dikenal sebagai bapak sosiologi dan sejarah. Ada
pula Ibnu Rusyd (Averroes; 1126-1198) yang buah-buah pemikirannya pernah sangat
lama mempengaruhi alam pemikiran Eropa, selain itu ada Al-Kindi (801-866),
Al-Farabi (870-950), Omar Khayam (1048-1122), dan lain-lain.
Sedangkan sekarang, umat Islam hampir berputus asa karena derita dan sengsara
yang dialaminya akibat ulah jahiliyah sendiri. Terlepas itu berasal dari pengaruh
luar yang senantiasa menggerogoti atau tidak. Ya, inilah zaman jahiliyah
modern. Sesungguhnya jahiliyah memang bukanlah satu periode zaman tertentu,
melainkan suatu sikap mental spiritual tertentu yang semata-mata lahir karena
hilangnya nilai-nilai kemanusiaan yang dikehendaki Allah dari kehidupan
manusia, berganti dengan nilai-nilai ciptaan manusia yang disesuaikan dengan
kecenderungan nafsu.
Posisi umat Islam sedang berada pada posisi yang lemah dan
terbelakang di segala aspek kehidupan. Umat Islam kehilangan perannya dalam
percaturan dunia; kemuliaan dan kehormatan diri telah lama hilang dihanyutkan
oleh diri sendiri dan musuh-musuhnya.
Kemunduran peradaban Islam saat ini yang terjadi bukanlah sekedar
kemunduran sebuah bangsa atau ras manusia atau golongan. Kemunduran peradaban
Islam akan menjadikan runtuhnya sebuah tiang yang menopang kehidupan dunia dan
agama. Kemunduran Islam akan menjadikan kemunduran moral,
akhlak, spiritual manusia dan peradaban dunia secara keseluruhan. Kemunduran
peradaban Islam berarti risalah agung dari Rabb Yang Maha Agung ini belum bisa
dirasakan ‘rahmat’nya oleh semesta alam secara sempurna karena belum diterapkan
secara kaffah.
Inilah kenyataannya. Umat Islam, sebagai umat yang besar telah
jatuh tersungkur. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Islam yang dahulu pernah
mengalami kejayaan peradaban sekarang mengalami kemunduran. Mengapa pada zaman
keemasan itu Islam melahirkan begitu banyak kaum intelektual yang belum mampu
ditiru di masa sekarang? Jalan apa yang ditempuh untuk kembali
membangkitkannya? Mampukah Umat Islam bangkit menyongsong kejayaan peradaban
Islam?
Dilema, itulah yang melanda umat islam saat
ini, berada di bawah bayang-bayang keadaan sulit dan membingungkan.
2. Factor-faktor kemunduran Umat Islam
Secara garis besar kemunduran umat Islam disebabkan oleh beberapa factor,
yang pertama karena krisis kepemimpinan atau pemerintah yang tidak lagi
memberikan dukungan besar dalam perkembangan keilmuan sebagaimana halnya pada
abad pertengahan. Yang kedua, imperialisme barat terhadap dunia Islam.
Kelemahan dan kemunduran Islam dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa barat untuk
bangkit dan bergerak menuju ke arah negara-negara Islam serta menguasai dan
menjajahnya.[3] Hal
ini dimulai sejak awal abad ke enam belas yang merupakan lanjutan dari perang
Salib.[4]
Dalam
kenyataan yang ada pada saat ini, upaya-upaya untuk memundurkan umat Islam yang
dilakukan dengan serius dan sistematik, yaitu di antaranya dengan jalan:
a.
Menjauhkan umat
Islam dari al-Qur’an
b.
Menghancurkan
akhlak umat Islam
c.
Memecah
belah persatuan & kesatuan umat Islam
d.
Menanamkan
keraguan terhadap ajaran Islam
e.
Merintangi
kemajuan umat Islam.
Akibat dari semua itu menjadikan umat Islam diremehkan dan tidak lagi
disegani oleh umat lain. Umat Islam menduduki peringkat bawah dan hanya sebagai
pengikut, bukan sebagai pemimpin, sehingga mudah sekali dikendalikan dan
diombang-ambingkan, dan pada gilirannya satu sama lain mudah diadu domba.
Inilah yang mengakibatkan umat Islam berantakan, tidak sempat mengejar
ketertinggalan.
3. Sikap Umat Islam Abad Ini Terhadap Kemunduran
Kemunduran yang ada memicu berbagai sikap,
pemikiran, kelompok bahkan gerakan beragam dari umat islam itu sendiri. Kelompok-kelompok
tersebut secara garis besar dapat di bagi menjadi tiga :
a. Radikal ( ekstrim kanan )
Radikal dapat dibagi menjadi dua.
Pertama, kaum Radikal dalam pemikiran dan pemahaman.
Maksudnya, setiap kelompok Islam yang tidak dapat bertoleransi dengan kelompok
Islam lainnya, hanya karena beda organisasi, atau hanya karena perbedaan
pemahaman yang bersifat furu` atau khilafiyah furu`iyah, bukan perbedaan yang
menyangkut aqidah atau usuluddin atau ketauhidan, maka kelompok ini dinamakan
kaum Radikal. Yang Kedua,
kaum Radikal dalam perilaku. Kelompok ini adalah mereka yang melakukan
perusakan fisik maupun pembantaian terhadap nyawa orang lain, tanpa
mempertimbangkan syarat-syarat yang ditetapkan ole syariat perang. Ada istilah
yang memudahkan umat untuk mengenal kelompok ini, yaitu adanya bom bunuh diri dan bom syahid.
b. Liberal ( ekstrim kiri )
Yaitu
kelompok yang tetap mengaku sebagai pemeluk Islam, namun tidak bersedia diikat
oleh peraturan syariat agama Islam yang telah baku dan menjadi standar hukum di
kalangan masyarakat dunia Islam. Kelompok Liberal ini dalam status penolakannya
terhadap syariat Islam bertingkat-tingkat. Kelompok
ini pada dasarnya adalah lebih menuhankan akal pikiran dan hawa nafsunya
dibanding ketaatan dan ketundukannya kepada syariat Islam secara utuh.[5] Penulis mengartikan kaum liberal adalah
mereka yang berkiblat ke barat.
c. Moderat
Yaitu mereka yang masih konsisten berpegang teguh terhadap ajaran syariat Islam
dalam pemahaman Ulama Salaf Ahlussunnah wal jamaah. Kelompok
ini tetap mengambil hal-hal yang menguntungkan dari barat tanpa melepaskan diri
dari norma-norma Islam.
C. PENUTUP
Dengan
realita yang ada sekarang menggambarkan bahwa umat Islam berada di tengah
situasi sulit serta membingungkan. Di satu sisi terjajah oleh Barat ( Yahudi ),
di sisi lain Islam adalah pencetus keilmuan yang ada, dan sekarang Yahudi
memerangi umat Islam dengan segala kemajuan yang mereka sajikan dalam bentuk
teknologi, keilmuan, dan lain-lain. Liberal, radikal dan moderat merupakan
golongan-golongan yang muncul di tengah dilema yang melanda.
DAFTAR PUSTAKA
Esposito, John L. Islam
Warna-warn (terj. ). Jakarta:
PARAMADINA, 2004
Syalabi, A. Sejarah Kebudayaan
Islam, Jakarta : Pustaka Al Husna Baru, 2003
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010
Hamka, Pandangan hidup Muslim, Jakarta : Bulan Bintang, 1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar