Senin, 15 Februari 2016

DILEMA KEMUNDURAN UMAT ISLAM DEWASA INI

A.    PENDAHULUAN
Sejumlah besar para penyelidik dan penuntut ilmu pengetahuan dari kalangan kaum muslimin dengan penuh semangat mengembara ke tengah-tengah tiga benua yaitu dunia yang dikenal pada zaman tersebut, kemudian kembali ke negeri masing-masing persis seperti kembalinya lebah-lebah yang membawa madu yang membangkitkan selera. Para penyelidik itu duduk dan memperhatikan khalayak ramai menunggu kepulangan mereka untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan ma’rifat yang mereka peroleh. Kadang penyelidik itu menghabiskan waktu dengan menyusun apa yang telah mereka himpun dan dengar, kemudian mereka tulis buku untuk umum yang hamper sebesar ensiklopedi. Buku-buku itulah yang merupakan sumber-sumber utama bagi ilmu pengetahuan modern dalam pengertiannya yang luas, dan menjadi bahan rujukan para sarjana dan penyelidik-penyelidik. Dari rujukan itu mereka memperoleh berbagai jenis kebudayaaan dan ma’rifat, jauh lebih mendalam daripada yang pernah disangka oleh pengkritik-pengkritik.” (Prof. Nicholson).[1]  
Selama lebih dari empat belas abad, Islam tumbuh dan berkembang dari agama nabi Muhammad Saw di abad ke tujuh sampai menjadi sebuah agama dunia yang pemeluknya bisa ditemukan di segenap penjuru dunia. Islam mewarnai imperium-imperium dan negara-negara maupun peradaban-peradaban besar dunia yang membentang dari Afrika Utara sampai Asia Tenggara.
Sebagaimana halnya agama-agama besar dunia lainnya, Islam telah melewati sejumlah fase perkembangan. lewat sejarahnya yang panjang, umat Islam harus merespon ancaman-ancaman internal dan eksternal demi mempertahankan kehidupan dan vitalitasnya. Abad ke delapanbelas terbukti menjadi titik balik dalam sejarah Islam. Kekuatan, kemakmuran, dan ekspansi dinamis umat dan peradaban Islam harus berjuang mempertahankan hidupnya di hadapan kekuatan dan ancaman politik serta religio cultural dari kolonialisme Eropa.[2] Bagaikan air yang mangalir, semua itu merunut sampai sekarang, bahkan dengan cara yang kebanyakan umat Islam sendiri tidak mampu menyadari bahwa kenikmatan-kenikmatan yang mereka terima merupakan ancaman besar terhadap keberadaan mereka. Umat islam berada dalam dilema!!! itu lah kalimat yang tepat yang dapat mewakili keadaan umat islam sekarang.
Dalam makalah ini penulis akan membahas keadaan yang dihadapi umat Islam dewasa ini, terutama kemunduran yang dialami dalam bidang pendidikan.

B.     PEMBAHASAN
1.      Gambaran Umum kemunduran Umat Islam dari Masa ke Masa
Sedikit menoleh ke belakang, Abad ke-7 hingga abad ke-14 di dunia Islam ketika itu lahir para intelektual ternama atau jenius-ensiklopedis yang menguasai berbagai pengetahuan sekaligus. Masa itu dapat disebut sebagai zaman keemasan Islam, suatu wajah bercahaya karena pencapaiannya yang tinggi dalam pilar-pilar peradaban. Masa itu Islam menguasai hampir 2/3 dunia. Menguasai dunia dengan wajah khas penuh rahmat karena memang Islam diturunkan untuk rahmat semesta alam.
Di antara para kaum intelektual ternama atau jenius-ensiklopedis yang dilahirkan zaman keemasan itu, misalnya, Al-Khawarizmi (849), pendiri aljabar dan penemu angka nol yang meretas jalan ke arah yang kita kenal sebagai matematika modern; Al-Razi (856-925), penulis ensiklopedia kedokteran, Continens, yang antara tahun 1498-1866 mengalami cetak-ulang hingga 40 kali; Al-Biruni yang menulis tidak kurang dari 114 buku meliputi ilmu-ilmu fisika, sosial dan matematika; Ibnu Haytam (956-1048), seorang matematikawan, astronom, insinyur dan penulis karya-karya optik; Ibnu sina (980-1037), seorang dokter, fisikawan, filosof, teolog, dan sastrawan; Ibnu Khaldun (1332-1406), seorang ahli hukum, negarawan, filosof, dan juga dikenal sebagai bapak sosiologi dan sejarah. Ada pula Ibnu Rusyd (Averroes; 1126-1198) yang buah-buah pemikirannya pernah sangat lama mempengaruhi alam pemikiran Eropa, selain itu ada Al-Kindi (801-866), Al-Farabi (870-950), Omar Khayam (1048-1122), dan lain-lain.
Sedangkan sekarang, umat Islam hampir berputus asa karena derita dan sengsara yang dialaminya akibat ulah jahiliyah sendiri. Terlepas itu berasal dari pengaruh luar yang senantiasa menggerogoti atau tidak. Ya, inilah zaman jahiliyah modern. Sesungguhnya jahiliyah memang bukanlah satu periode zaman tertentu, melainkan suatu sikap mental spiritual tertentu yang semata-mata lahir karena hilangnya nilai-nilai kemanusiaan yang dikehendaki Allah dari kehidupan manusia, berganti dengan nilai-nilai ciptaan manusia yang disesuaikan dengan kecenderungan nafsu.
Posisi umat Islam sedang berada pada posisi yang lemah dan terbelakang di segala aspek kehidupan. Umat Islam kehilangan perannya dalam percaturan dunia; kemuliaan dan kehormatan diri telah lama hilang dihanyutkan oleh diri sendiri dan musuh-musuhnya.
Kemunduran peradaban Islam saat ini yang terjadi bukanlah sekedar kemunduran sebuah bangsa atau ras manusia atau golongan. Kemunduran peradaban Islam akan menjadikan runtuhnya sebuah tiang yang menopang kehidupan dunia dan agama. Kemunduran Islam akan menjadikan kemunduran moral, akhlak, spiritual manusia dan peradaban dunia secara keseluruhan. Kemunduran peradaban Islam berarti risalah agung dari Rabb Yang Maha Agung ini belum bisa dirasakan ‘rahmat’nya oleh semesta alam secara sempurna karena belum diterapkan secara kaffah.
Inilah kenyataannya. Umat Islam, sebagai umat yang besar telah jatuh tersungkur. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Islam yang dahulu pernah mengalami kejayaan peradaban sekarang mengalami kemunduran. Mengapa pada zaman keemasan itu Islam melahirkan begitu banyak kaum intelektual yang belum mampu ditiru di masa sekarang? Jalan apa yang ditempuh untuk kembali membangkitkannya? Mampukah Umat Islam bangkit menyongsong kejayaan peradaban Islam?
Dilema, itulah yang melanda umat islam saat ini, berada di bawah bayang-bayang keadaan sulit dan membingungkan.

2.      Factor-faktor kemunduran Umat Islam
Secara garis besar kemunduran umat Islam disebabkan oleh beberapa factor, yang pertama karena krisis kepemimpinan atau pemerintah yang tidak lagi memberikan dukungan besar dalam perkembangan keilmuan sebagaimana halnya pada abad pertengahan. Yang kedua, imperialisme barat terhadap dunia Islam. Kelemahan dan kemunduran Islam dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa barat untuk bangkit dan bergerak menuju ke arah negara-negara Islam serta menguasai dan menjajahnya.[3] Hal ini dimulai sejak awal abad ke enam belas yang merupakan lanjutan dari perang Salib.[4]
Dalam kenyataan yang ada pada saat ini, upaya-upaya untuk memundurkan umat Islam yang dilakukan dengan serius dan sistematik, yaitu di antaranya dengan jalan:
a.       Menjauhkan umat Islam dari al-Qur’an
b.      Menghancurkan akhlak umat Islam
c.       Memecah belah persatuan & kesatuan umat Islam    
d.      Menanamkan keraguan terhadap ajaran Islam
e.       Merintangi kemajuan umat Islam.
Akibat dari semua itu menjadikan umat Islam diremehkan dan tidak lagi disegani oleh umat lain. Umat Islam menduduki peringkat bawah dan hanya sebagai pengikut, bukan sebagai pemimpin, sehingga mudah sekali dikendalikan dan diombang-ambingkan, dan pada gilirannya satu sama lain mudah diadu domba. Inilah yang mengakibatkan umat Islam berantakan, tidak sempat mengejar ketertinggalan.
3.      Sikap Umat Islam Abad Ini Terhadap Kemunduran
Kemunduran yang ada memicu berbagai sikap, pemikiran, kelompok bahkan gerakan beragam dari umat islam itu sendiri. Kelompok-kelompok tersebut secara garis besar dapat di bagi menjadi tiga :
a.       Radikal ( ekstrim kanan )
Radikal dapat dibagi menjadi dua. Pertama, kaum Radikal dalam pemikiran dan pemahaman. Maksudnya, setiap kelompok Islam yang tidak dapat bertoleransi dengan kelompok Islam lainnya, hanya karena beda organisasi, atau hanya karena perbedaan pemahaman yang bersifat furu` atau khilafiyah furu`iyah, bukan perbedaan yang menyangkut aqidah atau usuluddin atau ketauhidan, maka kelompok ini dinamakan kaum Radikal. Yang Kedua, kaum Radikal dalam perilaku. Kelompok ini adalah mereka yang melakukan perusakan fisik maupun pembantaian terhadap nyawa orang lain, tanpa mempertimbangkan syarat-syarat yang ditetapkan ole syariat perang. Ada istilah yang memudahkan umat untuk mengenal kelompok ini, yaitu adanya bom bunuh diri dan bom syahid.
b.      Liberal ( ekstrim kiri )
Yaitu kelompok yang tetap mengaku sebagai pemeluk Islam, namun tidak bersedia diikat oleh peraturan syariat agama Islam yang telah baku dan menjadi standar hukum di kalangan masyarakat dunia Islam. Kelompok Liberal ini dalam status penolakannya terhadap syariat Islam bertingkat-tingkat. Kelompok ini pada dasarnya adalah lebih menuhankan akal pikiran dan hawa nafsunya dibanding ketaatan dan ketundukannya kepada syariat Islam secara utuh.[5] Penulis mengartikan kaum liberal adalah mereka yang berkiblat ke barat.
c.       Moderat
Yaitu mereka yang masih konsisten berpegang teguh terhadap ajaran syariat Islam dalam pemahaman Ulama Salaf Ahlussunnah wal jamaah.   Kelompok ini tetap mengambil hal-hal yang menguntungkan dari barat tanpa melepaskan diri dari norma-norma Islam.

C.     PENUTUP
            Dengan realita yang ada sekarang menggambarkan bahwa umat Islam berada di tengah situasi sulit serta membingungkan. Di satu sisi terjajah oleh Barat ( Yahudi ), di sisi lain Islam adalah pencetus keilmuan yang ada, dan sekarang Yahudi memerangi umat Islam dengan segala kemajuan yang mereka sajikan dalam bentuk teknologi, keilmuan, dan lain-lain. Liberal, radikal dan moderat merupakan golongan-golongan yang muncul di tengah dilema yang melanda.
           

DAFTAR PUSTAKA
Esposito, John L.  Islam Warna-warn (terj. ).  Jakarta: PARAMADINA, 2004
Syalabi, A.  Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Al Husna Baru, 2003
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010
Hamka, Pandangan hidup Muslim, Jakarta : Bulan Bintang, 1992




                [1]Seperti yang ia ungkapkan dalam buku A Literary History of The Arabs. Lihat : A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, (  Jakarta : Pustaka Al Husna Baru, 2003 ), h. 159
[2] John L. Esposito, Islam Warna-warn (terj. ). ( Jakarta: PARAMADINA, 2004 )
                [3] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta : Amzah, 2010 ), h. 349
                [4] Hamka, Pandangan hidup Muslim, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1992 ), cet. Ke-IV, h. 259
                [5] www.pejuangislam.com, 18/8/2011,  Tiga Kelompok Islam Liberal-Moderat-Radikal, Luthfi Bashori

Tidak ada komentar:

Posting Komentar