Sejarah peradaban Islam dalam masa perjalanannya
terjadi dalam tiga masa, yaitu masa klasik, pertengahan dan masa modern, masa
klasik berlangsung dari zaman Rasulullah SAW sampai Bani Abbasiyah, masa
pertengahan terjadi dari berdirinya dinasti-dinasti kecil hingga runtuhnya
dinasti Utsmaniyyah, sedangkan masa modern terjadi dari era imperium Eropa
hingga sekarang.
Perang salib yang menyisakan bekas trauma bagi
bangsa Eropa membangkitkan keinginan mereka untuk melakukan penetrisian
terhadap negara-negara Islam, dari perang salib inilah yang menjadikan penyebab
bangkitnya imperium Eropa di dunia.
Penjajahan bangsa Eropa ini terhadap daerah- daerah
Islam, memberikan dampak yang positif terhadap dunia Islam, baik dari segi positif
maupun negatifnya, kenyataan ini sangat dirasakan oleh umat Islam sampai
sekarang ini.
Untuk itu pada makalah ini penulis akan membahas
tentang masa penjajahan eropa dan pengaruhnya terhadap peradaban Islam, dalam
tiga sub bab bahasab yang terdiri dari, latar belakang bangsa Eropa melakukan
penjajahan terhadap daerah Islam, penjajahan bangsa Eropa di wilayah Islam dan
dampak positif dan negatif penjajahan bangsa Eropa terhadap daerah Islam.
B. Pembahasan
1.
Latar belakang
Bangsa Eropa melakukan penjajahan terhadap dunia Islam
Bangsa
Eropa merupakan bangsa yang mewarisi peradaban bangsa yunani dan Romawi.[1]
Eropa yang kembali dengan filsafat dan mengagungkan materialistik kenikmatan
dunia, dengan manguasai dunia.
Setelah
berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran,
Eropa bangkit dari keterpurukannya, kebangkitan itu bukan saja telihat dalam
bidang politik. Dengan keberhasilan mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan
bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahkan kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang
mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa
dipisahkan daripemerintahan Islam di spanyol. Dari spanyol Islamlah Eropa
banyak menimba ilmu, pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa
keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting,
menyaingi baghdad
di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa kristen banyak belajar di peguruan-perguruan
tinggi Islam disana. Islam menjadi guru bagi orang Eropa.[2]
Bangsa
Eropa berhasil memperlihatkan taringnya kepada dunia yang menetrasikan
peradaban dan kejayaannya, khususnya terhadap umat Islam yang sudah lama
terlena karena kemajuan dan kejayaan peradaban Islam, yang berdiri kokoh di
spanyol pada masa Bani Abbasiyah, yang menjadi sendi berdirinya peradaban
barat.
Berawal
dari perang salib, meskipun secara militer gagal mewujudkan rencananya, namun
meninggalkan ambisi dalam dada bangsa Eropa untuk menguasai dunia Islam, pasca
perang salib para pemimpin Eropa berfikir, mencari cara untuk menyerang Islam.
Perang
salib membangkitkan semangat religius mereka, kemudian semangat religius
tersebut mendorong mereka untuk berbuat secara terburu-buru untuk masuk kedalam
medan peperangan, disamping perang salib membangkitkan semangat Eropa untuk
mengumumkan perang kepada umat Islam, kaum muslimin melihat bahwa perang salib
adalah perang yang bermotuf agama, oleh karena itu kaum musliminterpanggil untuk
berpegang teguh kepada agamanya, mereka perhatikan perang salib ini bertujuan
untuk menghancurkan umat Islam, dan kaum muslimin termotivasi untuk membela
Islam, mereka catat dari serangan-serangan yang terjadi dalam peperangan
tersebut pada dasarnya bertujuan untuk memecah belah persatuan umat Islam, maka
umat Islampun terdorong untuk bersatu, karena itulah tidak heran kalau perang
salib menemui kekalahan dan kegagalan.[3]
Perang
salib yang mengalami kekalahan dipihak barat memberikan pelajaran kepada mereka,
diketahui bahwa perang yang dimotivasi diantaranya oleh agama, menjadikan
bangsa Eropa berfikir kembali untuk tidak menampakkan motif ini dalam
perlawanan yang akan dilakukannya[4],
walaupun secara implisit sebenarnya ada, bangsa barat mempunyai semboyan yang
terkenal dengan M3 (Mercenary, Missionary, Military), yaitu keuntungan,
penyiaran agama dan perluasan daerah militer.
Penjajahan
bangsa- bangsa Eropa terhadap negara-negara Islam tidak sebatas pada penguasaan
wilayah saja, akan tetapi seperti yang dijelaskan sebelumnya membawa misi-misi
agar mereka bisa jaya dan segala keinginannya bisa terlaksana serta semua
negara tunduk kepadanya.
Bangsa
Eropa mengambil manfaat dari umat Islam ketika bersinggungan langsung dengan
umat Islam di Andalusia, Sicilia dan perang salib, dalam perang salib inilah
bangsa Eropa bangkit dari tidurnya, dan itulah yang menjadi sebab utama
penjajahan bangsa Eropa dan lahirnya kebangkitan Eropa.[5]
2.
Penjajahan
bangsa Eropa terhadap dunia Islam
Kekuaan
bangsa Eropa merambah luas keberbagai wilayah di dunia, di antara Negara-negara
Islam yang dikuasai bangsa Eropa:
1) Perancis:
Mesir dan Aljazair
a. Mesir
b. Aljazair
14 Juni 1830,
tentara Prancis mendarat di pantai Aljazair yang mengawali serbuan negara
imperialis ini ke Aljazair. Prancis menghadapi perlawanan sengit rakyat
Aljazair yang menolak penjajahan atas negeri mereka. Dengan berbagai cara,
akhirnya Prancis berhasil menduduki Aljazair secara penuh tahun 1910.
Meski demikian perlawanan bersenjata rakyat Aljazair
tetap berlanjut dan memuncak seiring dengan berakhirnya perang dunia
kedua.tahun 1962, dengan semakin meningkatnya perlawanan rakyat dan tekanan
dunia, Presiden Prancis saat itu Charles de Gaulle terpaksa menyetujui
pemberian status kemerdekaan penuh kepada Aljazair.[6]
2) Inggris:
Mesir , India ,
Irak , Kuwait ,
Malaysia
dan Brunai Darussalam
Tahun 1922, Timur Tengah (Mesir) memperoleh kemerdekaan
dari Inggris, namun pada tanggal 23 Juli 1952, Mesir menganggap dirinya
benar-benar merdeka. Pada tahun 1951 di Afrika, tepatnya Lybia merdeka, Sudan
dan Maroko tahun 1956, Aljazair tahun 1962. Semuanya membebaskan diri dari Prancis. Dalam waktu yang
hampir bersamaan, Yaman Utara, Yaman selatan dan Emirat Arab memperoleh
kemerdekaannya pula. Di Asia tenggara, Malaysia, yang saat itu termasuk
Singapura mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1957, dan Brunai Darussalam
tahun 1984 M
Negara
Brunei
terletak di Pulau Kalimantan bagian utara. Brunei Darussalam adalah negara
kesultanan. Kepala negara dan kepala pemerintahan negara Brunei adalah
sultan. Brunei
merupakan negara anggota ASEAN yang keenam. Brunei merupakan bekas jajahan
Inggris
3) Portugis:
Indonesia
Keahlian
bangsa Portugis dalam navigasi, pembuatan kapal dan persenjataan memungkinkan
mereka untuk melakukan ekspedisi eksplorasi dan ekspansi. Dimulai dengan
ekspedisi eksplorasi yang dikirim dari Malaka
yang baru ditaklukkan dalam tahun 1512, bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa
pertama yang tiba di kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia, dan mencoba
untuk menguasai sumber rempah-rempah yang berharga dan untuk memperluas usaha misionaris
Katolik
Roma.
Upaya pertama Portugis untuk menguasai kepulauan Indonesia adalah dengan menyambut
tawaran kerjasama dari Kerajaan
Sunda.
Pada
awal abad ke-16, pelabuhan-pelabuhan perdagangan
penting di pantai utara Pulau Jawa sudah dikuasai oleh Kesultanan
Demak, termasuk dua pelabuhan Kerajaan
Sunda yaitu Banten
dan Cirebon.
Khawatir peran pelabuhan Sunda Kelapa semakin lemah, raja Sunda,
Sri Baduga (Prabu Siliwangi)
mencari bantuan untuk menjamin kelangsungan pelabuhan utama kerajaannya itu.
Pilihan jatuh ke Portugis,
penguasa Malaka.
Dengan demikian, pada tahun 1512 dan 1521, Sri Baduga mengutus putra mahkota, Surawisesa,
ke Malaka untuk meminta Portugis menandatangani perjanjian dagang, terutama lada,
serta memberi hak membangun benteng di Sunda Kelapa.
Pada
tahun 1522, pihak Portugis siap membentuk koalisi dengan Sunda untuk memperoleh
akses perdagangan lada yang menguntungkan. Tahun tersebut bertepatan dengan
diselesaikan penjelajahan dunia oleh Magellan.
Komandan
benteng Malaka pada saat itu adalah Jorge de
Albuquerque. Tahun itu pula dia mengirim sebuah
kapal, São Sebastião, di bawah komandan Kapten Enrique Leme, ke Sunda Kalapa
disertai dengan barang-barang berharga untuk dipersembahkan kepada raja Sunda.
Dua sumber tertulis menggambarkan akhir dari perjanjian tersebut secara
terperinci. Yang pertama adalah dokumen asli Portugis yang berasal dari tahun
1522 yang berisi naskah perjanjian dan tandatangan para saksi, dan yang kedua
adalah laporan kejadian yang disampaikan oleh João de Barros
dalam bukunya "Da Asia",
yang dicetak tidak lama sebelum tahun 1777/78.
Menurut
sumber-sumber sejarah ini, raja Sunda menyambut hangat kedatangan orang
Portugis. Saat itu Prabu Surawisesa telah naik tahta menggantikan ayahandanya
dan Barros memanggilnya "raja Samio". Raja Sunda sepakat dengan
perjanjian persahabatan dengan raja Portugal
dan memutuskan untuk memberikan tanah di mulut Ciliwung
sebagai tempat berlabuh kapal-kapal Portugis. Selain itu, raja Sunda berjanji
jika pembangunan benteng sudah dimulai maka beliau akan menyumbangkan seribu
karung lada kepada Portugis. Dokumen kontrak tersebut dibuat rangkap dua, satu
salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal ; keduanya ditandatangani
pada tanggal 21 Agustus 1522.
Pada
dokumen perjanjian, saksi dari Kerajaan Sunda adalah Padam Tumungo,
Samgydepaty, e outre Benegar e easy o xabandar, maksudnya adalah "Yang
Dipertuan Tumenggung, Sang Adipati, Bendahara dan Syahbandar Sunda
Kelapa". Saksi dari pihak Portugis, seperti dilaporkan sejarawan Porto bernama João de Barros, ada delapan orang. Saksi
dari Kerajaan Sunda tidak menandatangani dokumen, mereka melegalisasinya dengan
adat istiadat melalui "selamatan". Sekarang, satu salinan perjanjian
ini tersimpan di Museum Nasional
Republik Indonesia, Jakarta.
Pada
hari penandatangan perjanjian tersebut, beberapa bangsawan Kerajaan Sunda
bersama Enrique Leme dan rombongannya pergi ke tanah yang akan menjadi tempat
benteng pertahanan di mulut Ci Liwung. Mereka mendirikan prasasti, yang disebut
Luso-Sundanese padrão,
di daerah yang sekarang menjadi Kelurahan Tugu
di Jakarta Utara. Adalah merupakan kebiasaan bangsa Portugis untuk mendirikan
padrao saat mereka menemukan tanah baru. Padrao tersebut sekarang disimpan di Museum
Nasional Jakarta.
Portugis
gagal untuk memenuhi janjinya untuk kembali ke Sunda Kalapa pada tahun
berikutnya untuk membangun benteng dikarenakan adanya masalah di Goa/India .
Perjanjian
inilah yang memicu serangan tentara Kesultanan
Demak ke Sunda Kelapa pada tahun 1527 dan berhasil
mengusir orang Portugis dari Sunda Kelapa pada tanggal 22
Juni
1527.
Tanggal ini di kemudian hari dijadikan hari berdirinya Jakarta.
Gagal
menguasai pulau Jawa, bangsa Portugis mengalihkan perhatian ke arah timur yaitu
ke Maluku. Melalui penaklukan militer dan persekutuan dengan para pemimpin
lokal, bangsa Portugis mendirikan pelabuhan dagang, benteng, dan misi-misi di
Indonesia bagian timur termasuk pulau-pulau Ternate,
Ambon,
dan Solor.
Namun demikian, minat kegiatan misionaris bangsa Portugis terjadi pada
pertengahan abad ke-16, setelah usaha penaklukan militer di kepulauan ini
berhenti dan minat mereka beralih kepada Jepang,
Makao
dan Cina;
serta gula di Brasil.
Kehadiran
Portugis di Indonesia terbatas pada Solor, Flores
dan Timor Portugis
setelah mereka mengalami kekalahan dalam tahun 1575 di Ternate, dan setelah
penaklukan Belanda atas Ambon, Maluku Utara dan Banda. Pengaruh Portugis
terhadap budaya Indonesia relatif kecil: sejumlah nama marga Portugis pada
masyarakat keturunan Portugis di Tugu,
Jakarta Utara,
musik keroncong, dan nama keluarga di Indonesia bagian timur seperti da Costa,
Dias, de Fretes, Gonsalves, Queljo, dll. Dalam bahasa Indonesia juga
terdapat sejumlah kata pinjaman dari bahasa
Portugis, seperti sinyo, nona, kemeja, jendela, sabun, keju,
dll.[7]
4) Belanda:
Indonesia
Mulai
tahun 1602
Belanda
secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia ,
dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah
menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor
Portugis, yang tetap dikuasai Portugal
hingga 1975
ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor
Timur. Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350
tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia
dikuasai Britania
setelah Perang Jawa Britania-Belanda
dan masa penjajahan Jepang
pada masa Perang Dunia II.
Sewaktu menjajah Indonesia ,
Belanda mengembangkan Hindia-Belanda
menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan
Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru
ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.
Pada
abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah
Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur
Belanda (bahasa
Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC).
VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di
wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602.
Markasnya berada di Batavia,
yang kini bernama Jakarta.
Tujuan
utama VOC adalah mempertahankan monopolinya
terhadap perdagangan
rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui
penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan
penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang
non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya,
ketika penduduk Kepulauan Banda
terus menjual biji
pala
kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir
seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan
pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
VOC
menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam
beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram
dan Banten.
3.
Dampak positif
dan negatif penjajahan bangsa Eropa terhadap wilayah Islam
Penjajahan
bangsa Eropa terhadap dunia Islam memberikan pengaruh yang sangat besar bagi
peradaban Islam selanjutnya, akibat penjajahan bangsa Eropa ini membangkitkan
kesadaran bagi pemuka-pemuka Islam akan kelemahan umat Islam itu sendiri, dari
kesadaran ini kemudian timbullah pemikiran pembaharuan (modernisasi) dalam
Islam dan usaha untuk membebaskan diri dari penjajahan Barat, maka timbullah
peradaban baru dalam dunia Islam yang melahirkan dua gerakan besar, yaitu
gerakan “Pan Islamisme” dan gerakan “Nasionalisme”
1) Gerakan
Pan Islamisme
“Pan
Islamisme” dalam arti yang luas yaitu rasa solidaritas antara seluruh umat
Islam[8]
atau bias juga diartikan dengan persatuan seluruh umat Islam[9],
gerakan Pan Islamisme disini adalah suatu usaha untuk menciptakan ikatan
persatuan seluruh umat Islam dengan tujuan untuk mempertahankan dan membela
diri dari penjajahan Eropa terhadap dunia Islam.
Gerakan
Pan Islamisme bertujuan untuk
membela dan melepaskan dan melepaskan diri dari penjajahan bangsa- bangsa
Eropa, muculnya gagasan Pan Islamisme ini pada abad ke 19 dicetuskan
oleh Said Jamaluddin al-Afghani, ia dilahirkan diAfghanistan, dalam hidup dan
aktifitasnya ia banyak berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain,
diantaranya India, Mesir, Makkah, Persia dan terakhir Istambul, menetap disana
sampai akhir hayatnya.
Semangat
Pan Islamisme yang dikobarkan
Jamaluddin al-Afghaniy ini sngat besar pengaruhnya terhadap umat Islam terutama
bagi mereka yang menyadari kondisi umat Islam yang saat ini dalam ancaman
Barat.
2) Gerakan
Nasionalisme
Kata
nasionalisme dapat diartikan dengan kebangsan, gerakan Nasionalisme berarti
gerakan kebangsaan, gerakan ini bertujuan untuk membebaskan bangsa sendiri dari
penjajahan bangsa asing, gerakan nasionalisme disini yaitu gerakan
bangsa-bangsa yang beragama Islam atau mayoritas Islam atau mayoritas Islam
untuk berjuang dan menolak penjajahan asing.[10]
Perang
salib menghasilkan puing-puing kehancuran bagi kaum muslimin, akibat kemajuan
penjajah yang dikendalikan dengan keserakahan untuk menguasai dan memperkuat
wilayahnya, mereka memikul salib dipundak mereka, tetapi setan berada di hati
mereka.
Dahulu
kaum muslimin menghayati peradaban ditambah dengan persia , turki dan lain-lain
disamping pemikiran filsafat yanng diserap dari yunani dan romawi. Dengan
datangnya peradaban Barat, maka peradaban lama yang telah mereka hayati selama
berabad-abad mengalami goncangan yang hebat, dalam fikiran mereka. Inti
peradaban Barat yang bercorak Nasrani,
karena itu orang Qibthi di Mesir lebih mudah meniru dan menerapnya. Namun
mereka lebih banyak menyerap segi material daripada segi moralnya, sehingga
setiap rumah dari keluarga muslim menggunakan penerangan listrik, menggunakan
sajadah Eropa, mendengarkan siaran radio Eropa dan lain sebagainya.[11]
Pada
saat mendominasi dunia dibidang politik dan peradaban, persentuhan dengan barat
menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan mereka. Karena itu mereka
berusaha bangkit dengan mencontoh barat masalah politik dan peradaban untuk
menciptakan Balance and Power, yang pertama merasakan itu diantaranya
Turki Usmani, karena kerajaan ini yang pertama menghadapi kekuatan Eropa,
kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang-pejuang Turki untuk banyak belajar
dari Eropa.[12]
Penjajahan
barat juga memicu gerakan pembaharuan dalam Islam yang didorong oleh faktor
memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab
kemunduran Islam dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan dan ilmu pengetahuan
dari Barat, kemudian faktor lainnya tercermin dari pengiriman para pelajar
muslim oleh penguasa Turki Usmani dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk
menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan
karya-karya Barat ke dalam bahasa Islam, pelajar-pelajar India juga banyak
menuntut ilmu ke Inggris.[13]
Pengaruh
Barat terutama terlihat pada lapisan atas dan menengah terutama pada
intelegensi orang yang memperoleh pendidikan Barat yang dijumpai pada tiap
negeri Timur. Dalam reaksinya terhadap pengaruh Barat mereka mempunyai
pandangan yang berbeda-beda. Pandangan pertama berpegang pada sendi filsafat
hidup nenek moyangnya, berusaha melakukan asimilasi dengan ide-ide Barat dan
memikirkan sintesa yang lebih tinggi dari semangat Barat, kedua memutuskan
hubungan dengan warisan lama, menerjunkan dirinya memang benar dalam peradaban
Barat, yang ketiga bersembunyi di belakang kekecewaan dan kengerian Barat.[14]
Memang
benar bahwa peradaban Barat telah membawa kemajuan untuk umat Islam, tapi
peradaban ini telah telah menjauhkan hubungan umat Islam dari peradaban Islam
lama, sehingga peradaban yang tergambar sekarang adalah peradaban yang
dihasilkan oleh Barat.
C.
Kesimpulan
Perang Salib
merupakan awal penetrasi Barat terhadap dunia Islam yang selanjutnya membawa
kaum muslimin berada dalam jajahan negara-negara Barat. Karena mulai dari
Perang Salib inilah kaum muslimin banyak mengalami kerugian, baik kerugian yang
bersifat material seperti banyaknya wilayah Islam yang direbut Barat, diduduki
dan dikuasai, juga kerugian non material yang berupa mulai hilangnya peradaban
Islam dan mulai masuknya peradaban-peradaban Barat
Penjajahan Barat
terhadap dunia Islam yang diawali dengan Perang Salib berlatar belakang hal-hal
berikut :
1. Mercenary yaitu untuk mencari keuntungan negara
Barat di negara-negara Islam.
2. Missionary yaitu untuk menyebarkan agama Kristen
pada negara-negara jajahannya.
3. Military yaitu perluasan daerah militer.
Selain hal
diatas yang melatarbelakangi penjajahan Barat adalah faktor ekonomi dan
politik. Bentuk-bentuk penjajahan barat terhadap dunia Islam berupa
penyerangan, penaklukan, sehingga banyak wilayah-wilayah Islam yang jatuh ke
negara-negara Barat. Juga
berupa penindasan, penghisapan dan perbudakan.
Penjajahan
Barat ternyata membawa implikasi yang sangat luas terhadap perkembangan
peradaban Islam baik peradaban material yang berupa tehnologi baru, maupun
peradaban mental. Penjajahan
Barat juga memicu gerakan pembaharuan dalam Islam, yang mana bertujuan untuk
memurnikan agama Islam dari pengaruh asing dan menimba gagasan-gagasan
pembaharuan dan ilmu pengetahuan Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf
al-Qardawi, Yusuf, Distorsi sejarah Islam, Jakarta :
Pustaka al-Kautsar, 2005
Hasan,
Abu Ali al-Hasa an-Nadwy, kerugian
Dunia karena kemunduran Umat Islam Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1984
L.
Stoddard, Dunia Baru Islam, Jakarta : Bulan Bintang,
1966
Nasution, Harun,
Islam Ditinjau dari berbagai Aspek, Jakarta :
University Indonesia ,
1985
Sayyid,
Muhammad al-Wakil
Yatim,
Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2000
W.C Smith, Islam dalam Sejarah Modern, Jakarta : Bharatara, 1962
www.
Noerhayati. Wordpress com
www.
Zidniagus. Wordpress. Com
[1]
Abu Hasan Ali al-Hasa an-Nadwy,
kerugian Dunia karena kemunduran Umat Islam ( Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1984) h.190
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2000), h.87
[3] Muhammad Sayyid al-Wakil, h. 303-304
[4] Ibid, h. 304
[5] Yusuf al-Qardawi, Distorsi sejarah Islam,
( Jakarta :
Pustaka al-Kautsar, 2005) h.325
[6]
http://www.google.co.id
[7] http://www.google.co.id
[8] L. Stoddard,
Dunia Baru Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1966) h. 46
[9] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari
berbagai Aspek (Jakarta: University Indonesia, 1985) h. 84
[10] W.C Smith, Islam dalam Sejarah Modern
(Jakarta: Bharatara, 1962) h. 87
[11] www.
Noerhayati. Wordpress com
[12] www. Zidniagus. Wordpress. Com
[13] Ibid
[14] www. Noerhayati.
Wordpress. Com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar