Kamis, 18 Februari 2016

MASA PENJAJAHAN BANGSA-BANGSA EROPA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERADABAN ISLAM


A.    Pendahuluan
Sejarah peradaban Islam dalam masa perjalanannya terjadi dalam tiga masa, yaitu masa klasik, pertengahan dan masa modern, masa klasik berlangsung dari zaman Rasulullah SAW sampai Bani Abbasiyah, masa pertengahan terjadi dari berdirinya dinasti-dinasti kecil hingga runtuhnya dinasti Utsmaniyyah, sedangkan masa modern terjadi dari era imperium Eropa hingga sekarang.
Perang salib yang menyisakan bekas trauma bagi bangsa Eropa membangkitkan keinginan mereka untuk melakukan penetrisian terhadap negara-negara Islam, dari perang salib inilah yang menjadikan penyebab bangkitnya imperium Eropa di dunia.
Penjajahan bangsa Eropa ini terhadap daerah- daerah Islam, memberikan dampak yang positif terhadap dunia Islam, baik dari segi positif maupun negatifnya, kenyataan ini sangat dirasakan oleh umat Islam sampai sekarang ini.
Untuk itu pada makalah ini penulis akan membahas tentang masa penjajahan eropa dan pengaruhnya terhadap peradaban Islam, dalam tiga sub bab bahasab yang terdiri dari, latar belakang bangsa Eropa melakukan penjajahan terhadap daerah Islam, penjajahan bangsa Eropa di wilayah Islam dan dampak positif dan negatif penjajahan bangsa Eropa terhadap daerah Islam.
 
B.     Pembahasan
1.      Latar belakang Bangsa Eropa melakukan penjajahan terhadap dunia Islam
Bangsa Eropa merupakan bangsa yang mewarisi peradaban bangsa yunani dan Romawi.[1] Eropa yang kembali dengan filsafat dan mengagungkan materialistik kenikmatan dunia, dengan manguasai dunia.
Setelah berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterpurukannya, kebangkitan itu bukan saja telihat dalam bidang politik. Dengan keberhasilan mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan daripemerintahan Islam di spanyol. Dari spanyol Islamlah Eropa banyak menimba ilmu, pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa kristen banyak belajar di peguruan-perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi guru bagi orang Eropa.[2]
Bangsa Eropa berhasil memperlihatkan taringnya kepada dunia yang menetrasikan peradaban dan kejayaannya, khususnya terhadap umat Islam yang sudah lama terlena karena kemajuan dan kejayaan peradaban Islam, yang berdiri kokoh di spanyol pada masa Bani Abbasiyah, yang menjadi sendi berdirinya peradaban barat.
Berawal dari perang salib, meskipun secara militer gagal mewujudkan rencananya, namun meninggalkan ambisi dalam dada bangsa Eropa untuk menguasai dunia Islam, pasca perang salib para pemimpin Eropa berfikir, mencari cara untuk menyerang Islam.
Perang salib membangkitkan semangat religius mereka, kemudian semangat religius tersebut mendorong mereka untuk berbuat secara terburu-buru untuk masuk kedalam medan peperangan, disamping perang salib membangkitkan semangat Eropa untuk mengumumkan perang kepada umat Islam, kaum muslimin melihat bahwa perang salib adalah perang yang bermotuf agama, oleh karena itu kaum musliminterpanggil untuk berpegang teguh kepada agamanya, mereka perhatikan perang salib ini bertujuan untuk menghancurkan umat Islam, dan kaum muslimin termotivasi untuk membela Islam, mereka catat dari serangan-serangan yang terjadi dalam peperangan tersebut pada dasarnya bertujuan untuk memecah belah persatuan umat Islam, maka umat Islampun terdorong untuk bersatu, karena itulah tidak heran kalau perang salib menemui kekalahan dan kegagalan.[3]
Perang salib yang mengalami kekalahan dipihak barat memberikan pelajaran kepada mereka, diketahui bahwa perang yang dimotivasi diantaranya oleh agama, menjadikan bangsa Eropa berfikir kembali untuk tidak menampakkan motif ini dalam perlawanan yang akan dilakukannya[4], walaupun secara implisit sebenarnya ada, bangsa barat mempunyai semboyan yang terkenal dengan M3 (Mercenary, Missionary, Military), yaitu keuntungan, penyiaran agama dan perluasan daerah militer.
Penjajahan bangsa- bangsa Eropa terhadap negara-negara Islam tidak sebatas pada penguasaan wilayah saja, akan tetapi seperti yang dijelaskan sebelumnya membawa misi-misi agar mereka bisa jaya dan segala keinginannya bisa terlaksana serta semua negara tunduk kepadanya.
Bangsa Eropa mengambil manfaat dari umat Islam ketika bersinggungan langsung dengan umat Islam di Andalusia, Sicilia dan perang salib, dalam perang salib inilah bangsa Eropa bangkit dari tidurnya, dan itulah yang menjadi sebab utama penjajahan bangsa Eropa dan lahirnya kebangkitan Eropa.[5]
2.      Penjajahan bangsa Eropa terhadap dunia Islam
Kekuaan bangsa Eropa merambah luas keberbagai wilayah di dunia, di antara Negara-negara Islam yang dikuasai bangsa Eropa:
1)      Perancis: Mesir dan Aljazair
a.       Mesir

b.      Aljazair
14 Juni 1830, tentara Prancis mendarat di pantai Aljazair yang mengawali serbuan negara imperialis ini ke Aljazair. Prancis menghadapi perlawanan sengit rakyat Aljazair yang menolak penjajahan atas negeri mereka. Dengan berbagai cara, akhirnya Prancis berhasil menduduki Aljazair secara penuh tahun 1910.
Meski demikian perlawanan bersenjata rakyat Aljazair tetap berlanjut dan memuncak seiring dengan berakhirnya perang dunia kedua.tahun 1962, dengan semakin meningkatnya perlawanan rakyat dan tekanan dunia, Presiden Prancis saat itu Charles de Gaulle terpaksa menyetujui pemberian status kemerdekaan penuh kepada Aljazair.[6]

2)      Inggris: Mesir, India, Irak, Kuwait, Malaysia dan Brunai Darussalam
Tahun 1922, Timur Tengah (Mesir) memperoleh kemerdekaan dari Inggris, namun pada tanggal 23 Juli 1952, Mesir menganggap dirinya benar-benar merdeka. Pada tahun 1951 di Afrika, tepatnya Lybia merdeka, Sudan dan Maroko tahun 1956, Aljazair tahun 1962. Semuanya membebaskan diri dari Prancis. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Yaman Utara, Yaman selatan dan Emirat Arab memperoleh kemerdekaannya pula. Di Asia tenggara, Malaysia, yang saat itu termasuk Singapura mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1957, dan Brunai Darussalam tahun 1984 M
Malaysia adalah negara kerajaan. Kepala negara seorang sultan yang bergelar Yang Dipertuan Agung, sedangkan kepala pemerintahan seorang perdana menteri. Malaysia merdeka dari penjajahan Inggris pada tahun 1957.
Negara Brunei terletak di Pulau Kalimantan bagian utara. Brunei Darussalam adalah negara   kesultanan. Kepala negara dan kepala pemerintahan negara Brunei adalah sultan. Brunei merupakan negara anggota ASEAN yang keenam. Brunei merupakan bekas jajahan Inggris
3)      Portugis: Indonesia
Keahlian bangsa Portugis dalam navigasi, pembuatan kapal dan persenjataan memungkinkan mereka untuk melakukan ekspedisi eksplorasi dan ekspansi. Dimulai dengan ekspedisi eksplorasi yang dikirim dari Malaka yang baru ditaklukkan dalam tahun 1512, bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang tiba di kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia, dan mencoba untuk menguasai sumber rempah-rempah yang berharga  dan untuk memperluas usaha misionaris Katolik Roma. Upaya pertama Portugis untuk menguasai kepulauan Indonesia adalah dengan menyambut tawaran kerjasama dari Kerajaan Sunda.
Pada awal abad ke-16, pelabuhan-pelabuhan perdagangan penting di pantai utara Pulau Jawa sudah dikuasai oleh Kesultanan Demak, termasuk dua pelabuhan Kerajaan Sunda yaitu Banten dan Cirebon. Khawatir peran pelabuhan Sunda Kelapa semakin lemah, raja Sunda, Sri Baduga (Prabu Siliwangi) mencari bantuan untuk menjamin kelangsungan pelabuhan utama kerajaannya itu. Pilihan jatuh ke Portugis, penguasa Malaka. Dengan demikian, pada tahun 1512 dan 1521, Sri Baduga mengutus putra mahkota, Surawisesa, ke Malaka untuk meminta Portugis menandatangani perjanjian dagang, terutama lada, serta memberi hak membangun benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1522, pihak Portugis siap membentuk koalisi dengan Sunda untuk memperoleh akses perdagangan lada yang menguntungkan. Tahun tersebut bertepatan dengan diselesaikan penjelajahan dunia oleh Magellan.
Komandan benteng Malaka pada saat itu adalah Jorge de Albuquerque. Tahun itu pula dia mengirim sebuah kapal, São Sebastião, di bawah komandan Kapten Enrique Leme, ke Sunda Kalapa disertai dengan barang-barang berharga untuk dipersembahkan kepada raja Sunda. Dua sumber tertulis menggambarkan akhir dari perjanjian tersebut secara terperinci. Yang pertama adalah dokumen asli Portugis yang berasal dari tahun 1522 yang berisi naskah perjanjian dan tandatangan para saksi, dan yang kedua adalah laporan kejadian yang disampaikan oleh João de Barros dalam bukunya "Da Asia", yang dicetak tidak lama sebelum tahun 1777/78.
Menurut sumber-sumber sejarah ini, raja Sunda menyambut hangat kedatangan orang Portugis. Saat itu Prabu Surawisesa telah naik tahta menggantikan ayahandanya dan Barros memanggilnya "raja Samio". Raja Sunda sepakat dengan perjanjian persahabatan dengan raja Portugal dan memutuskan untuk memberikan tanah di mulut Ciliwung sebagai tempat berlabuh kapal-kapal Portugis. Selain itu, raja Sunda berjanji jika pembangunan benteng sudah dimulai maka beliau akan menyumbangkan seribu karung lada kepada Portugis. Dokumen kontrak tersebut dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal; keduanya ditandatangani pada tanggal 21 Agustus 1522.
Pada dokumen perjanjian, saksi dari Kerajaan Sunda adalah Padam Tumungo, Samgydepaty, e outre Benegar e easy o xabandar, maksudnya adalah "Yang Dipertuan Tumenggung, Sang Adipati, Bendahara dan Syahbandar Sunda Kelapa". Saksi dari pihak Portugis, seperti dilaporkan sejarawan Porto bernama João de Barros, ada delapan orang. Saksi dari Kerajaan Sunda tidak menandatangani dokumen, mereka melegalisasinya dengan adat istiadat melalui "selamatan". Sekarang, satu salinan perjanjian ini tersimpan di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta.
Pada hari penandatangan perjanjian tersebut, beberapa bangsawan Kerajaan Sunda bersama Enrique Leme dan rombongannya pergi ke tanah yang akan menjadi tempat benteng pertahanan di mulut Ci Liwung. Mereka mendirikan prasasti, yang disebut Luso-Sundanese padrão, di daerah yang sekarang menjadi Kelurahan Tugu di Jakarta Utara. Adalah merupakan kebiasaan bangsa Portugis untuk mendirikan padrao saat mereka menemukan tanah baru. Padrao tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Portugis gagal untuk memenuhi janjinya untuk kembali ke Sunda Kalapa pada tahun berikutnya untuk membangun benteng dikarenakan adanya masalah di Goa/India.
Perjanjian inilah yang memicu serangan tentara Kesultanan Demak ke Sunda Kelapa pada tahun 1527 dan berhasil mengusir orang Portugis dari Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Tanggal ini di kemudian hari dijadikan hari berdirinya Jakarta.
Gagal menguasai pulau Jawa, bangsa Portugis mengalihkan perhatian ke arah timur yaitu ke Maluku. Melalui penaklukan militer dan persekutuan dengan para pemimpin lokal, bangsa Portugis mendirikan pelabuhan dagang, benteng, dan misi-misi di Indonesia bagian timur termasuk pulau-pulau Ternate, Ambon, dan Solor. Namun demikian, minat kegiatan misionaris bangsa Portugis terjadi pada pertengahan abad ke-16, setelah usaha penaklukan militer di kepulauan ini berhenti dan minat mereka beralih kepada Jepang, Makao dan Cina; serta gula di Brasil.
Kehadiran Portugis di Indonesia terbatas pada Solor, Flores dan Timor Portugis setelah mereka mengalami kekalahan dalam tahun 1575 di Ternate, dan setelah penaklukan Belanda atas Ambon, Maluku Utara dan Banda. Pengaruh Portugis terhadap budaya Indonesia relatif kecil: sejumlah nama marga Portugis pada masyarakat keturunan Portugis di Tugu, Jakarta Utara, musik keroncong, dan nama keluarga di Indonesia bagian timur seperti da Costa, Dias, de Fretes, Gonsalves, Queljo, dll. Dalam bahasa Indonesia juga terdapat sejumlah kata pinjaman dari bahasa Portugis, seperti sinyo, nona, kemeja, jendela, sabun, keju, dll.[7]
4)      Belanda: Indonesia
Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur. Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.

3.      Dampak positif dan negatif penjajahan bangsa Eropa terhadap wilayah Islam
Penjajahan bangsa Eropa terhadap dunia Islam memberikan pengaruh yang sangat besar bagi peradaban Islam selanjutnya, akibat penjajahan bangsa Eropa ini membangkitkan kesadaran bagi pemuka-pemuka Islam akan kelemahan umat Islam itu sendiri, dari kesadaran ini kemudian timbullah pemikiran pembaharuan (modernisasi) dalam Islam dan usaha untuk membebaskan diri dari penjajahan Barat, maka timbullah peradaban baru dalam dunia Islam yang melahirkan dua gerakan besar, yaitu gerakan “Pan Islamisme” dan gerakan “Nasionalisme



1)      Gerakan Pan Islamisme
Pan Islamisme” dalam arti yang luas yaitu rasa solidaritas antara seluruh umat Islam[8] atau bias juga diartikan dengan persatuan seluruh umat  Islam[9], gerakan Pan Islamisme disini adalah suatu usaha untuk menciptakan ikatan persatuan seluruh umat Islam dengan tujuan untuk mempertahankan dan membela diri dari penjajahan Eropa terhadap dunia Islam.
Gerakan Pan Islamisme  bertujuan untuk membela dan melepaskan dan melepaskan diri dari penjajahan bangsa- bangsa Eropa, muculnya gagasan Pan Islamisme ini pada abad ke 19 dicetuskan oleh Said Jamaluddin al-Afghani, ia dilahirkan diAfghanistan, dalam hidup dan aktifitasnya ia banyak berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain, diantaranya India, Mesir, Makkah, Persia dan terakhir Istambul, menetap disana sampai akhir hayatnya.
Semangat Pan Islamisme  yang dikobarkan Jamaluddin al-Afghaniy ini sngat besar pengaruhnya terhadap umat Islam terutama bagi mereka yang menyadari kondisi umat Islam yang saat ini dalam ancaman Barat.
2)      Gerakan Nasionalisme
Kata nasionalisme dapat diartikan dengan kebangsan, gerakan Nasionalisme berarti gerakan kebangsaan, gerakan ini bertujuan untuk membebaskan bangsa sendiri dari penjajahan bangsa asing, gerakan nasionalisme disini yaitu gerakan bangsa-bangsa yang beragama Islam atau mayoritas Islam atau mayoritas Islam untuk berjuang dan menolak penjajahan asing.[10]
Perang salib menghasilkan puing-puing kehancuran bagi kaum muslimin, akibat kemajuan penjajah yang dikendalikan dengan keserakahan untuk menguasai dan memperkuat wilayahnya, mereka memikul salib dipundak mereka, tetapi setan berada di hati mereka.
Dahulu kaum muslimin menghayati peradaban ditambah dengan persia, turki dan lain-lain disamping pemikiran filsafat yanng diserap dari yunani dan romawi. Dengan datangnya peradaban Barat, maka peradaban lama yang telah mereka hayati selama berabad-abad mengalami goncangan yang hebat, dalam fikiran mereka. Inti peradaban Barat yang bercorak  Nasrani, karena itu orang Qibthi di Mesir lebih mudah meniru dan menerapnya. Namun mereka lebih banyak menyerap segi material daripada segi moralnya, sehingga setiap rumah dari keluarga muslim menggunakan penerangan listrik, menggunakan sajadah Eropa, mendengarkan siaran radio Eropa dan lain sebagainya.[11]
Pada saat mendominasi dunia dibidang politik dan peradaban, persentuhan dengan barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan mereka. Karena itu mereka berusaha bangkit dengan mencontoh barat masalah politik dan peradaban untuk menciptakan Balance and Power, yang pertama merasakan itu diantaranya Turki Usmani, karena kerajaan ini yang pertama menghadapi kekuatan Eropa, kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang-pejuang Turki untuk banyak belajar dari Eropa.[12]
Penjajahan barat juga memicu gerakan pembaharuan dalam Islam yang didorong oleh faktor memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan dan ilmu pengetahuan dari Barat, kemudian faktor lainnya tercermin dari pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki Usmani dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-karya Barat ke dalam bahasa Islam, pelajar-pelajar India juga banyak menuntut ilmu ke Inggris.[13]
Pengaruh Barat terutama terlihat pada lapisan atas dan menengah terutama pada intelegensi orang yang memperoleh pendidikan Barat yang dijumpai pada tiap negeri Timur. Dalam reaksinya terhadap pengaruh Barat mereka mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Pandangan pertama berpegang pada sendi filsafat hidup nenek moyangnya, berusaha melakukan asimilasi dengan ide-ide Barat dan memikirkan sintesa yang lebih tinggi dari semangat Barat, kedua memutuskan hubungan dengan warisan lama, menerjunkan dirinya memang benar dalam peradaban Barat, yang ketiga bersembunyi di belakang kekecewaan dan kengerian Barat.[14]
Memang benar bahwa peradaban Barat telah membawa kemajuan untuk umat Islam, tapi peradaban ini telah telah menjauhkan hubungan umat Islam dari peradaban Islam lama, sehingga peradaban yang tergambar sekarang adalah peradaban yang dihasilkan oleh Barat.
C.    Kesimpulan
Perang Salib merupakan awal penetrasi Barat terhadap dunia Islam yang selanjutnya membawa kaum muslimin berada dalam jajahan negara-negara Barat. Karena mulai dari Perang Salib inilah kaum muslimin banyak mengalami kerugian, baik kerugian yang bersifat material seperti banyaknya wilayah Islam yang direbut Barat, diduduki dan dikuasai, juga kerugian non material yang berupa mulai hilangnya peradaban Islam dan mulai masuknya peradaban-peradaban Barat
Penjajahan Barat terhadap dunia Islam yang diawali dengan Perang Salib berlatar belakang hal-hal berikut :
1. Mercenary yaitu untuk mencari keuntungan negara Barat di negara-negara Islam.
2. Missionary yaitu untuk menyebarkan agama Kristen pada negara-negara jajahannya.
3. Military yaitu perluasan daerah militer.
Selain hal diatas yang melatarbelakangi penjajahan Barat adalah faktor ekonomi dan politik. Bentuk-bentuk penjajahan barat terhadap dunia Islam berupa penyerangan, penaklukan, sehingga banyak wilayah-wilayah Islam yang jatuh ke negara-negara Barat. Juga berupa penindasan, penghisapan dan perbudakan.
Penjajahan Barat ternyata membawa implikasi yang sangat luas terhadap perkembangan peradaban Islam baik peradaban material yang berupa tehnologi baru, maupun peradaban mental. Penjajahan Barat juga memicu gerakan pembaharuan dalam Islam, yang mana bertujuan untuk memurnikan agama Islam dari pengaruh asing dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf  al-Qardawi, Yusuf,  Distorsi sejarah IslamJakarta:  Pustaka al-Kautsar,  2005
Hasan, Abu  Ali al-Hasa an-Nadwy, kerugian Dunia karena kemunduran Umat Islam  Surabaya:    PT. Bina Ilmu, 1984
L. Stoddard, Dunia Baru IslamJakarta : Bulan Bintang, 1966
Nasution, Harun,  Islam Ditinjau dari berbagai Aspek, Jakarta: University Indonesia, 1985

 Sayyid, Muhammad al-Wakil

Yatim, Badri,  Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000
W.C Smith, Islam dalam Sejarah Modern, Jakarta: Bharatara, 1962

www. Noerhayati. Wordpress com
www. Zidniagus. Wordpress. Com





[1]       Abu Hasan Ali al-Hasa an-Nadwy, kerugian Dunia karena kemunduran Umat Islam ( Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1984) h.190
[2]      Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h.87
[3]      Muhammad Sayyid al-Wakil, h. 303-304
[4]      Ibid, h. 304
[5]   Yusuf al-Qardawi, Distorsi sejarah Islam, ( Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005) h.325
[6]  http://www.google.co.id
[7]  http://www.google.co.id
[8]    L. Stoddard, Dunia Baru Islam, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1966) h. 46
[9]   Harun Nasution, Islam Ditinjau dari berbagai Aspek (Jakarta: University Indonesia, 1985) h. 84
[10]  W.C Smith, Islam dalam Sejarah Modern (Jakarta: Bharatara, 1962) h. 87
[11]   www. Noerhayati. Wordpress com
[12]  www. Zidniagus. Wordpress. Com
[13]  Ibid
[14] www. Noerhayati. Wordpress. Com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar