India merupakan wilayah tempat tumbuh dan
berkembangnya ajaran Hindu. Masyarakat Arab mengenal India dengan sebutan Sind
atau Hind. Islam pertama kali masuk kewilayah India melalui perdagangan yang
diperkirakan pada abad ke 7 Masehi[1].
Pada masa pemerintahan kahlifah al-Walid dari
dinasti Umayyah melalui ekspedisi yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim peradapan Islam mulai
tumbuh dan menyebar di anak benua India[2]. Pada masa disintegrasi dinasti Ghaznawi
mengembangkan kekuasan ke India dibawah pimpinan sultan Mahmud yang berhasil
menaklukan seluruh kekuasaan Hindu dan berhasil MengIslamkan sebagian masyarkat
India tahun 1020 M. Setelah kerajaan Ghaznawi hancur maka bermunculan
kerajaan-kerajaan kecil di india seperti dinasti Mamluk, Khalji, Tuglug dan
terakhir dinasti Lodi yang didirikan oleh Bahlul Khan Lody[3].
Setelah dinasti Lody hancur munculah dinasti Mugha lsebagai penguasa baru di
India. Dengan demikian dinasti Mughal bukanlah dinasti Islam yang pertama di
wilayah India.
Hadirnya kerajaan Mughal membentuk sebuah
peradaban baru di India. Pada saat itu peradaban Hindu India mengalami
Kemunduran. Kehadiran kerajaan Mughal membawa semangat baru dalam pengembangan
peradaban di India khususnya peradaban
Islam.
Dalam makalah ini penulis akan membahas dinasti Mughal: asal-usul,
kemajuan peradaban, kemunduran dan kehancurannya.
B. ASAL-USUL DINASTI MUGHAL
Mughal
adalah sebuah dinasti yang diperintah oleh raja-raja yang berasal dari Asia
Tengah, keturunan Timur Lenk, penguasa Islam asal Mongol. Dinasti ini berkuasa
di India antara tahun 1526-1858[4]. Kerajaan Mogul (Mughal) ini didirikan oleh
Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530M)[5]
salah satu dari cucu Timor Lenk. Ayahnya Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur
mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia
berambisi dan bertekat akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di
Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya, ia mengalami kekalahan, tetapi karena
mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan
Samarkand pada tahun 1494 M.
Pada
tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota Afganistan. Setelah Kabul dapat
ditaklukkan, Babur meneruskan ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim Lodi,
penguasa India, dilanda krisis, sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau.
Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore,
mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan
Ibrahim Lody di Delhi. Permohonan itu langung diterimanya. Pada tahun
1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibu kota Lahore. Setelah itu, ia
memimpin tentaranya menuju Delhi. Pada 21 April 1526 M, terjadilah pertempuran
yang dahsyat di Panipat. Ibrahim Lody beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam
pertempuran itu. Babur memaski kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan
pemerintahannya di sana. Dengan demikian berdirilah Kerajaan Mughal di India[6].
Diantara Penguasa-penguasa dinasti Mughal adalah :
1. Zahiruddin Babur (1482-1530 M)
2. Humayun (1530-1539 M)
3. Akbar Syah I (1556-1605 M)
4. Jehangir (1605-1628 M)
5. Syah Jehan (1628-1658 M)
6. Aurangzeb (Alamgir I)
(1658-1707 M
7. Muazzam (Bahadur Syah I)
(1707-1712 M)
8. Azimus Syah (1712 M)
9. Jihandar Syah (1712 M)
10. Farukh Siyar (1713-1719 M)
11. Muhammad Syah (1719-1748 M)
12. Ahmad Syah (1748-1754 M)
13. Alamghir II (1754-1759 M)
14. Syah Alam II (1759-1806 M)
15. Akbar II (1806-1837 M)
Bahadur meninngal dunia pada tahun 1530 M
setelah memeintah selama 30 tahun. Bahadur digantikan oleh anaknya yang bernama
Humayun. Pada masa pemerintahannya ia banyak menghdaspi pemberontakan, sehingga
ia tidak bisa berbuat banyak untuk kemajuan Mughal. Diantara pemberontakan yang
dihadapinya adalah pemberontakan yang dipimpin
oleh Bahadur Syah pemimpin Gujarat yang ingin memisahkan diri dari
Mughal, namun pemberontakan ini dapat dipatahkan oleh Humayaun.
Pada
tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran
ini Hamayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan
selanjutnya ke Persia. Di Persia ia menyusun kembali tentaranya. Kemudian dari
sini ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja Persia, Tahmasp. Humayun
dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan
Delhi. Ia kembali ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555
M. Setahun setelah itu (1556 M) ia meninggal Dunia karena terjatuh dari tangga
perpustakaanya, Din Panah. Sepeninggalnya kerajaan Mughal diperintah oleh
anaknya yang bernama Akbar.
C. KEMAJUAN PADA MASA MUGHAL.
Masa
kejayaan Mughal dimulai pada masa pemerintahan Akbar (1556-1605). dan tiga raja
penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb
(1658-1707 M). Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan
oleh raja-raja berikutnya[8].
Akbar
menggantikan ayahnya, pada saat ia berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan
kerajaan diserahkan kepada Bairam Kahan, seorang Syi'i. Pada masa
pemerintahannya, Akbar melancarkan serangan untuk memerangi pemberontakan
sisasisa keturunan Sher Khan Shah yang berkuasa di Punjab. Pemberontakan lain
dilakukan oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pemberontakan tersebut
disambut oleh Bairam Khan sehingga terjadilah peperangan dahsyat, yang disebut
Panipat I tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap kemudian
dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.
Setalah Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah
mempunyai pengaruh kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi'ah.
Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun
1561 M. Setelah persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun
program ekspansi. Ia dapat menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar,
Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh,
Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam
suatu pemerintahan militeristik. Diantara kemajuan
yang dicapai Mughal adalah :
1.
Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
a. Perluasan
wilayah. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar,
Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala,
Ahmadnagar, dan Asirgah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga
masa pemerintahan Aurangzeb[9].
b. Menjalankan roda pemerintahan secara,
pemerintahan militeristik.
c. Pemerintahan
daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik
dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang
kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan
mengikuti latihan kemiliteran
d. Akbar menerapkan politik toleransi universal
(sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak
dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai sebagai model
toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa Islam[10].
e. Pada
Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan
imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya
terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India.
Peran penguasa di samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai
pemimpin jihad.
f. Para
pejabat dipindahkan ¬dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan
mereka mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah
sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan
demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak milik
pejabat, kecuali hanya hak pakai.
g. Wilayah
imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh
seorang yang dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan
pengumpulan pajak dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani[11].
2.
Bidang Ekonomi
a. Terbentuknya
sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
b. Adanya
sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan
melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat
lokal, yang dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya
dapat diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan
penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak
pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat
terhadapnya.
c. Sistem
pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium
ini. Perpajakan dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran
tertentu dibebankan pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai.
Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam
sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada
jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai
peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal
dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang
melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang chaudhuri, yang
mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
d. Perdagangan
dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada asa Akbar konsesi
perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC) -Perusahaan
Inggris-India Timur- untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun
1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera,
sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam
jumlah yang besar[12].
3.
Bidang
Agama
a. Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di
Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar
memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi.
Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam.
Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan
sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya
mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut
mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan simbol-simbol agama yang
di kedepankan[13].
b. Perbedaan
kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada
daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk
terutama dari kasta rendah yang merasa disia-siakan dan dikutuk oleh golongan
Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan
digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh
sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan
budaya Islam India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
c. Berkembangnya
aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah
penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi’ah untuk
mengembangkan pengaruhnya[14].
d. Pada
masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan
terhadap mazhab hukum, tariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama,
dan wali individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi’i.
e. Pada
masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya
kodifikasi hukum Islam yang dinamakan fatwa Alamgiri. Kodifikasi ini menurut
hemat penulis ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari’at Islam yang nyaris
kacau akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.
4.
Bidang Seni dan Budaya
a. Munculnya
beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan
manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis
Akbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
b. Kerajaan
Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan
puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri
peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old
Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199),
Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza
(1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2
(1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar
(1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
c. Taman-taman
kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah,
Persia, Timur Tengah, dan lokal.
Dengan memperhatikan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai
oleh dinasti Mughal jelaslah bahwa dinasti Mughal merupakan sebuah dinasti yang
sangat besar sehinnga mampu menorehkan tinta emas dalam sejarah peradapan Islam
khususnya di tanah India.
D. KEMUNDURAN DINASTI MUGHAL
Setelah Pemerintahan Aurangzeb diasti Mughal mengalami
kemunduran. Hal ini disebabkan oleh lemahnya khalifah-khalifah penggantinya,
terjadinya perebutan kekuasaan dan masuknya pengaruh Inggris ke India. Secara
garis besar maka faktor kemunduran dinasti Mughal dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
1.
Faktor internal.
a.
Khalifah-khalifah pengganti Aurangzeb merupakan khalifah
yang lemah-lemah baik dibidang politik maupun dibidang moral sehingga tidak
mampu mempertahankan kekuasan dinasti Mughal.
b.
Perebutan kekuasaan antar sesama keturunan Aurangzeb.
Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan di pegang oleh Muazzam, putra
tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul. Putra tertua
Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah ( 1707 – 1712 M). ia menganut
aliran Syi’ah pada masa pemerintahannya yang berjalan selama lima tahun, ia
dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau
memaksakan ajaran Syi’ah kepada mereka[15].
Setelah Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi
perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana. Bahadur Syah diganti oleh anaknya, Azimus Syah.
Akan tetapi, pemerintahannya ditantang oleh Zulfiqar Khan, putra Azad Khan,
Wazir Aurangzeb. Azimur Syah meninggal tahun 1712 M, dan digantikan oleh
putranyam Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar, adiknya
sendiri. Jihandar Syah dapat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M.
Farukh Siyar berkuasa sampai 1719 M dengan dukungan kelompok Sayyid, tapi ia
tewas di tangan para pendukungnya sendiri (1719M). sebagai penggantinya diangkat
Muhammad Syah (1719-1748 M). Namun ia dan pendukungnya terusir oleh suku
Asyafar di bawah pimmpinan Nadir Syah yang sebelumnya telah berhasil
melenyapkan kekuasaan Safiwi di Persia. Keinginan Nadir Syah untuk menundukkan
kerajaan Mughal terutama karena menurutnya, kerajaan ini banyak sekali
memberikan bantuan kepada pemberontak Afghan di daerah Persia[16].
Oleh karena itu, pada tahun 1739 M, dua tahun setelah menguasai Persia, ia
menyerang kerajaan Muaghal.
Muhammad Syah tidak dapat bertahan dengan mengaku tunduk kepada Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi, setelah ia bersedia memberi hadiah yang sangat banyak kepada Nadir Syah. Kerajaan Mughal baru dapat melakukan resrorasi kembali, terutama setelah jabatan wazir dipegang oleh Chin Qilich Khan yang bergelar Nizam al – Mulk (1722-1732 M). kerena mendapat dukungan dari Marathas. Akan tetapi tahun 1732 M, Nizam Al – Mulk meninggalkan Delhi menuju Hiderabad dan menetep di sana.
Muhammad Syah tidak dapat bertahan dengan mengaku tunduk kepada Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi, setelah ia bersedia memberi hadiah yang sangat banyak kepada Nadir Syah. Kerajaan Mughal baru dapat melakukan resrorasi kembali, terutama setelah jabatan wazir dipegang oleh Chin Qilich Khan yang bergelar Nizam al – Mulk (1722-1732 M). kerena mendapat dukungan dari Marathas. Akan tetapi tahun 1732 M, Nizam Al – Mulk meninggalkan Delhi menuju Hiderabad dan menetep di sana.
c.
Lemahnya pengawasan pusat terhadap daerah-daerah. Konflik
– konlfik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah.
Pemerintah daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat,
bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahannnya masing – masing. Hiderabad
dikuasai Nizam al – Mulk, Marathas di kuasai Shivaji, Rajput menyelenggarakan
pemerintahan sendiri di
bawah pimpinan Jai Singh dari Amber, Punjab di kuasi oleh kelompok Sikh. Oudh
dikuasai oleh Sadat Khan, Bengal dikuasai oleh Syuja’al Din menantu Mursyid
Qulli, penguasa Bengal yang diangkat Aurangzeb. Sementara wilayah – wilayah
pantai banyak di kuasai para pedagang asing, terutama EIC dari Inggris.
2.
Faktor eksternal
a.
Terjadiya pemberontakan dimana-mana. Pada masa pemerintahan
Aurangzeb pemberontakaan terhadap pusat sudah mulai muncul namun dapat
dipatahkan. Hal ini disebabkan oleh aurangzeb dengan keras menerapkan pemikiran
puritanisme. Pada abad ke 18 M muncul gerakan separatis Hindu di India Tengah,
Sikh di belahan Utara dan Islam di bagian Timur.
b.
Pada tahun 1761 M, kerajaan Mughal diserang oleh
Ahmad Khan Durrani dari Afghan. Kerajaan mughal tidak dapat bertahan dan sejak
itu Mughal berada
di bawah kekuasaan Afghan. Meskipun Syah Alam tetap diijinkan memakai gelar
sultan.
c.
Pada tahun 1761 M juga, perusahaan Inggris (EIC) yang sudah semakin
kuat mengangkat senjata melawan pemerintah kerajaan Mughal.
E.
KEHANCURAN DINASTI MUGHAL
Krisis yang mendera Dinasti Mughal baik berupa krisis
moral, krisis disintegrasi dan serangan-serangan dari luar membuat dinasti
Mughal semakin melemah. Serangan yang berat dirasakan oleh dinasti Mughal dan
membawa kepada kehancuran adalah serangan dari Inggris. Dominasi Inggris diduga
sebagai faktor pendorong hancurnya dinasti Mughal.
Pada tahun 1761 M terjadi konflik bersenjata dengan
perusahaan Inggris (EIC). Peperangan berlangsung berlarut – larut.
Akhirnya, Syah Alam membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Qudh, Bengal
dan Orisa kepada Inggris (Hamka, 1981 : 163). Sementara itu, Najib al - Daula,
wazir mungal di kalahkan oleh aliansi Sikh – Hindu, sehingga Delhi di kuasai
oleh Sindhia dari marathas. Akan tetapi Sindhia dapat dihalau kembali oleh Syah
Alam dengan bantuan Inggris ( 1803 M).Syah alam meninggal tahun 1806 M. tahta
kerajaan selanjutnya dipegang oleh Akbar II ( 1806 – 1837 M). Pada masa
pemerintahannya Akbar memberi konsesi kepada EIC untuk mengembangkan usahanya
di anak benua India sebagaimana yang diinginkan Inggris, tapi pihak perusahaan
harus menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan demikian, kekuasaan
sudah berada di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar sultan
dipertahankan. Bahadur Syah ( 1837 – 1858M), penerus Akbar tidak mnerima isi
perjanjian antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik antara kedua
kekuatan tesebut[17].
Pada waktu yang sama , pihak EIC mengalami kerugian,
karena penyelenggaraan administrasi perusahaan yang kurang efisien, padahal
mereka harus tetap menjamin kehidupan istana. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan
istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan
cenderung kasar. Karena rakyat merasa di tekan maka mereka, baik beragama Hindu
maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka meminta kepada Bahadur
Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka mengembalikan kekuasaan
kerajaan Mughal di India. Dengan demikian, terjadilah perlawan rakyat India
terhadap kekuatan inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dipatahkan
dengan mudah, karena inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa local
Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para
pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi. Rumah – rumah ibadah banyak yang
dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana
(1858M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan Dinasti Mughal di
daratan India dan tinggallah disana umat Islam yang harus berjuang mempertahankan
esitensi mereka[18].
Selain serangan dari Inggris tersebut ada
beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa
kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
- Terjadi stagnasi dalam
pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
- Kemerosotan moral dan hidup
mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam
penggunaan uang negara.
- Pendekatan Aurangzeb yang
terlampau “kasar” dalam melak¬sanakan ide-ide puritan dan kecenderungan
asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh
sultan¬-sultan sesudahnya.
- Semua pewaris tahta kerajaan
pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan[19].
F.
PENUTUP.
Dinasti Mughal didirikan oleh Zahiruddin babur, seorang
keturunan dari Timur Lenk bangsa Mongol. Kehadiran dinasti Mughal di India
memberi warna tersendiri bagi India karena Dinasti Mughal merupakan perpaduan
antara kebudayaan Islam, India dan Mongol.
Masa keemasan dinasti Mughal diperoleh pada masa
pemerintahan Akbar (1556-1605). dan tiga raja penggantinya,
yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb (1658-1707
M). Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh
raja-raja berikutnya. Banyak kemajuan yang
telah dicapai baik dalam bidang politik, administrasi pemerintahan, bidang
ekonomi, bidang agama maupun dalam bidang seni dan budaya. Buki-bukti sejarah
sebagai peninggalan kerajaan Mughal tersebar diseluruh wilayah India dan masih
dapat disaksikan sampai sekarang.
Kemunduran dan kehancuran dari sebuah peradaban selalu
diawali dari melemah dan merosotnya jiwa kepemimpinan dari para elit
politiknya. Perebutan kekuasan, pemberontakan (disintegrasi) dan
serangan-serangan dari luar juga menjadi faktor utama mundur dan hancurnya
sebuah peradaban, begitu juga yang terjadi pada dinasti Mughal.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ensiklopedi
Islam.(Jakarta: Pt. Iktiar Baru Van Hoeve. 1997)cet.4.jil.2
Dewan Redaksi Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Khilafah.(Jakarta: Pt.
Ikhtiar Baru Van Hoeve,1994).h.281Dedi Supriyadi. Sejarah peradapan
Islam.(Bandung; Pustaka Setia,2008).
Hamka, Sejarah Umat islam.(Jakarta: Pustaka
Nasional.1994)
http://aagun74alqabas.wordpress.com/2011/05/08/peradaban-islam-di-asia-selatan/
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/07/13/124464-dinasti-mughal-penguasa-muslim-di-tanah-india
http://mashajirismail.wordpress.com/2011/02/02/sejarah-peradaban-islam-pada-kerajaan-mughal-india/
http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/kerajaan-mughal-di-india.html
http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/dinasti-mughol-di-india.html
Yatim, Badri. Sejarah Peradaba Islam.(Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada.2006)
Sumber: http://aagun74alqabas.wordpress.com/2011/05/08/peradaban-islam-di-asia-selatan/
[1] Dewan Redaksi Ensiklopedi Tematis Dunia
Islam Khilafah.(Jakarta: Pt. Ikhtiar Baru Van Hoeve,1994).h.281
[2] Dedi Supriyadi. Sejarah peradapan
Islam.(Bandung; Pustaka Setia,2008).h.261
[3] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Ensiklopedi Islam.(Jakarta: Pt. Iktiar Baru Van Hoeve. 1997)cet.4.jil.2.h.211
[4] http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/07/13/124464-dinasti-mughal-penguasa-muslim-di-tanah-india
[5] Badri Yatim. Sejarah Peradaba
Islam.(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.2006)h.147
[6] http://mashajirismail.wordpress.com/2011/02/02/sejarah-peradaban-islam-pada-kerajaan-mughal-india/
[7] Dewan Redaksi. Op.cit.h.290
[10] Badri Yatim. Op.cit.h.149
[12]Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.Op.cit,h.211
[15] http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/dinasti-mughol-di-india.html
[16] Hamka, Sejarah Umat islam.(Jakarta:
Pustaka Nasional.1994),h.163
[18] http://referensiagama.ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar