Senin, 15 Februari 2016

PERADABAN ISLAM MASA KERAJAAN MUGHAL DI INDIA

A.    PENDAHULUAN
India merupakan wilayah tempat tumbuh dan berkembangnya ajaran Hindu. Masyarakat Arab mengenal India dengan sebutan Sind atau Hind. Islam pertama kali masuk kewilayah India melalui perdagangan yang diperkirakan pada abad ke 7 Masehi[1].
Pada masa pemerintahan kahlifah al-Walid dari dinasti Umayyah melalui ekspedisi yang dipimpin oleh panglima  Muhammad Ibn Qasim peradapan Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak benua India[2].  Pada masa disintegrasi dinasti Ghaznawi mengembangkan kekuasan ke India dibawah pimpinan sultan Mahmud yang berhasil menaklukan seluruh kekuasaan Hindu dan berhasil MengIslamkan sebagian masyarkat India tahun 1020 M. Setelah kerajaan Ghaznawi hancur maka bermunculan kerajaan-kerajaan kecil di india seperti dinasti Mamluk, Khalji, Tuglug dan terakhir dinasti Lodi yang didirikan oleh Bahlul Khan Lody[3]. Setelah dinasti Lody hancur munculah dinasti Mugha lsebagai penguasa baru di India. Dengan demikian dinasti Mughal bukanlah dinasti Islam yang pertama di wilayah India.
Hadirnya kerajaan Mughal membentuk sebuah peradaban baru di India. Pada saat itu peradaban Hindu India mengalami Kemunduran. Kehadiran kerajaan Mughal membawa semangat baru dalam pengembangan peradaban di India  khususnya peradaban Islam.
Dalam makalah ini penulis  akan membahas dinasti Mughal: asal-usul, kemajuan peradaban, kemunduran dan kehancurannya.


B.     ASAL-USUL DINASTI MUGHAL
Mughal adalah sebuah dinasti yang diperintah oleh raja-raja yang berasal dari Asia Tengah, keturunan Timur Lenk, penguasa Islam asal Mongol. Dinasti ini berkuasa di India antara tahun 1526-1858[4]. Kerajaan Mogul (Mughal) ini didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530M)[5] salah satu dari cucu Timor Lenk. Ayahnya Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekat akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya, ia mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan Samarkand pada tahun 1494 M.
Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota Afganistan. Setelah Kabul dapat ditaklukkan, Babur meneruskan ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa India, dilanda krisis, sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim Lody di Delhi. Permohonan  itu langung diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibu kota Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya menuju Delhi. Pada 21 April 1526 M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim Lody beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu. Babur memaski kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana. Dengan demikian berdirilah Kerajaan Mughal di India[6].
Diantara Penguasa-penguasa dinasti Mughal adalah :
1.      Zahiruddin Babur (1482-1530 M)
2.      Humayun (1530-1539 M)
3.       Akbar Syah I (1556-1605 M)
4.       Jehangir (1605-1628 M)
5.       Syah Jehan (1628-1658 M)
6.       Aurangzeb (Alamgir I) (1658-1707 M
7.       Muazzam (Bahadur Syah I) (1707-1712 M)
8.       Azimus Syah (1712 M)
9.       Jihandar Syah (1712 M)
10.   Farukh Siyar (1713-1719 M)
11.   Muhammad Syah (1719-1748 M)
12.   Ahmad Syah (1748-1754 M)
13.   Alamghir II (1754-1759 M)
14.   Syah Alam II (1759-1806 M)
15.   Akbar II (1806-1837 M)
16.   Bahadur Syah II (1837-1858 M)[7]

Bahadur meninngal dunia pada tahun 1530 M setelah memeintah selama 30 tahun. Bahadur digantikan oleh anaknya yang bernama Humayun. Pada masa pemerintahannya ia banyak menghdaspi pemberontakan, sehingga ia tidak bisa berbuat banyak untuk kemajuan Mughal. Diantara pemberontakan yang dihadapinya adalah pemberontakan yang dipimpin  oleh Bahadur Syah pemimpin Gujarat yang ingin memisahkan diri dari Mughal, namun pemberontakan ini dapat dipatahkan oleh Humayaun.
Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini Hamayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia. Di Persia ia menyusun kembali tentaranya. Kemudian dari sini ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja Persia, Tahmasp. Humayun dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Ia kembali ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555 M. Setahun setelah itu (1556 M) ia meninggal Dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaanya, Din Panah. Sepeninggalnya kerajaan Mughal diperintah oleh anaknya yang bernama Akbar.


C.     KEMAJUAN PADA MASA MUGHAL.

Masa kejayaan Mughal dimulai pada masa pemerintahan Akbar (1556-1605). dan tiga raja penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya[8].
Akbar menggantikan ayahnya, pada saat ia berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan kerajaan diserahkan kepada Bairam Kahan, seorang Syi'i. Pada masa pemerintahannya, Akbar melancarkan serangan untuk memerangi pemberontakan sisasisa keturunan Sher Khan Shah yang berkuasa di Punjab. Pemberontakan lain dilakukan oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pemberontakan tersebut disambut oleh Bairam Khan sehingga terjadilah peperangan dahsyat, yang disebut Panipat I tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh. Setalah Akbar dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi'ah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia dapat menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.  Diantara kemajuan yang dicapai Mughal adalah :
1.      Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
a.       Perluasan wilayah. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb[9].
b.       Menjalankan roda pemerintahan secara, pemerintahan militeristik.
c.       Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran
d.       Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa Islam[10].
e.       Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai pemimpin jihad.
f.       Para pejabat dipindahkan ¬dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan mereka mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.
g.      Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh seorang yang dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani[11].
2.      Bidang Ekonomi
a.       Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
b.      Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya.
c.       Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium ini. Perpajakan dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang chaudhuri, yang mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
d.      Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada asa Akbar konsesi perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC) -Perusahaan Inggris-India Timur- untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar[12].
3.       Bidang Agama
a.        Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan simbol-simbol agama yang di kedepankan[13].
b.      Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa disia-siakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
c.       Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi’ah untuk mengembangkan pengaruhnya[14].
d.      Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab hukum, tariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi’i.
e.       Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya kodifikasi hukum Islam yang dinamakan fatwa Alamgiri. Kodifikasi ini menurut hemat penulis ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari’at Islam yang nyaris kacau akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.
4.      Bidang Seni dan Budaya
a.       Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
b.      Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
c.       Taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.
Dengan memperhatikan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh dinasti Mughal jelaslah bahwa dinasti Mughal merupakan sebuah dinasti yang sangat besar sehinnga mampu menorehkan tinta emas dalam sejarah peradapan Islam khususnya di tanah India.
D.    KEMUNDURAN DINASTI MUGHAL
Setelah Pemerintahan Aurangzeb diasti Mughal mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh lemahnya khalifah-khalifah penggantinya, terjadinya perebutan kekuasaan dan masuknya pengaruh Inggris ke India. Secara garis besar maka faktor kemunduran dinasti Mughal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1.      Faktor internal.
a.       Khalifah-khalifah pengganti Aurangzeb merupakan khalifah yang lemah-lemah baik dibidang politik maupun dibidang moral sehingga tidak mampu mempertahankan kekuasan dinasti Mughal.
b.      Perebutan kekuasaan antar sesama keturunan Aurangzeb. Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan di pegang oleh Muazzam, putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul. Putra tertua Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah ( 1707 – 1712 M). ia menganut aliran Syi’ah pada masa pemerintahannya yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran Syi’ah kepada mereka[15]. Setelah Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana. Bahadur Syah diganti oleh anaknya, Azimus Syah. Akan tetapi, pemerintahannya ditantang oleh Zulfiqar Khan, putra Azad Khan, Wazir Aurangzeb. Azimur Syah meninggal tahun 1712 M, dan digantikan oleh putranyam Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar, adiknya sendiri. Jihandar Syah dapat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M. Farukh Siyar berkuasa sampai 1719 M dengan dukungan kelompok Sayyid, tapi ia tewas di tangan para pendukungnya sendiri (1719M). sebagai penggantinya diangkat Muhammad Syah (1719-1748 M). Namun ia dan pendukungnya terusir oleh suku Asyafar di bawah pimmpinan Nadir Syah yang sebelumnya telah berhasil melenyapkan kekuasaan Safiwi di Persia. Keinginan Nadir Syah untuk menundukkan kerajaan Mughal terutama karena menurutnya, kerajaan ini banyak sekali memberikan bantuan kepada pemberontak Afghan di daerah Persia[16]. Oleh karena itu, pada tahun 1739 M, dua tahun setelah menguasai Persia, ia menyerang kerajaan Muaghal.
Muhammad Syah tidak dapat bertahan dengan mengaku tunduk kepada Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi, setelah ia bersedia memberi hadiah yang sangat banyak kepada Nadir Syah. Kerajaan Mughal baru dapat melakukan resrorasi kembali, terutama setelah jabatan wazir dipegang oleh Chin Qilich Khan yang bergelar Nizam al – Mulk (1722-1732 M). kerena mendapat dukungan dari Marathas. Akan tetapi tahun 1732 M, Nizam Al – Mulk meninggalkan Delhi menuju Hiderabad dan menetep di sana.
c.       Lemahnya pengawasan pusat terhadap daerah-daerah. Konflik – konlfik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah. Pemerintah daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat, bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahannnya masing – masing. Hiderabad dikuasai Nizam al – Mulk, Marathas di kuasai Shivaji, Rajput menyelenggarakan pemerintahan sendiri di bawah pimpinan Jai Singh dari Amber, Punjab di kuasi oleh kelompok Sikh. Oudh dikuasai oleh Sadat Khan, Bengal dikuasai oleh Syuja’al Din menantu Mursyid Qulli, penguasa Bengal yang diangkat Aurangzeb. Sementara wilayah – wilayah pantai banyak di kuasai para pedagang asing, terutama EIC dari Inggris.

2.       Faktor eksternal
a.       Terjadiya pemberontakan dimana-mana. Pada masa pemerintahan Aurangzeb pemberontakaan terhadap pusat sudah mulai muncul namun dapat dipatahkan. Hal ini disebabkan oleh aurangzeb dengan keras menerapkan pemikiran puritanisme. Pada abad ke 18 M muncul gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh di belahan Utara dan Islam di bagian Timur.
b.      Pada tahun 1761 M, kerajaan Mughal diserang oleh Ahmad Khan Durrani dari Afghan. Kerajaan mughal tidak dapat bertahan dan sejak itu Mughal berada di bawah kekuasaan Afghan. Meskipun Syah Alam tetap diijinkan memakai gelar sultan.
c.       Pada tahun 1761 M juga, perusahaan Inggris (EIC) yang sudah semakin kuat mengangkat senjata melawan pemerintah kerajaan Mughal.

E.     KEHANCURAN DINASTI MUGHAL
Krisis yang mendera Dinasti Mughal baik berupa krisis moral, krisis disintegrasi dan serangan-serangan dari luar membuat dinasti Mughal semakin melemah. Serangan yang berat dirasakan oleh dinasti Mughal dan membawa kepada kehancuran adalah serangan dari Inggris. Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong hancurnya dinasti Mughal.
Pada tahun 1761 M terjadi konflik bersenjata dengan perusahaan Inggris (EIC). Peperangan berlangsung berlarut – larut. Akhirnya, Syah Alam membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Qudh, Bengal dan Orisa kepada Inggris (Hamka, 1981 : 163). Sementara itu, Najib al - Daula, wazir mungal di kalahkan oleh aliansi Sikh – Hindu, sehingga Delhi di kuasai oleh Sindhia dari marathas. Akan tetapi Sindhia dapat dihalau kembali oleh Syah Alam dengan bantuan Inggris ( 1803 M).Syah alam meninggal tahun 1806 M. tahta kerajaan selanjutnya dipegang oleh Akbar II ( 1806 – 1837 M). Pada masa pemerintahannya Akbar memberi konsesi kepada EIC untuk mengembangkan usahanya di anak benua India sebagaimana yang diinginkan Inggris, tapi pihak perusahaan harus menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan demikian, kekuasaan sudah berada di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar sultan dipertahankan. Bahadur Syah ( 1837 – 1858M), penerus Akbar tidak mnerima isi perjanjian antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik antara kedua kekuatan tesebut[17].
Pada waktu yang sama , pihak EIC mengalami kerugian, karena penyelenggaraan administrasi perusahaan yang kurang efisien, padahal mereka harus tetap menjamin kehidupan istana. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa di tekan maka mereka, baik beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka mengembalikan kekuasaan kerajaan Mughal di India. Dengan demikian, terjadilah perlawan rakyat India terhadap kekuatan inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dipatahkan dengan mudah, karena inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa local Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi. Rumah – rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana (1858M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan Dinasti Mughal di daratan India dan tinggallah disana umat Islam yang harus berjuang mempertahankan esitensi mereka[18].
Selain serangan dari Inggris tersebut ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
  1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
  2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
  3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melak¬sanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan¬-sultan sesudahnya.
  4. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan[19].

F.      PENUTUP.
Dinasti Mughal didirikan oleh Zahiruddin babur, seorang keturunan dari Timur Lenk bangsa Mongol. Kehadiran dinasti Mughal di India memberi warna tersendiri bagi India karena Dinasti Mughal merupakan perpaduan antara kebudayaan Islam, India dan Mongol.
Masa keemasan dinasti Mughal diperoleh pada masa pemerintahan Akbar (1556-1605). dan tiga raja penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya. Banyak kemajuan yang telah dicapai baik dalam bidang politik, administrasi pemerintahan, bidang ekonomi, bidang agama maupun dalam bidang seni dan budaya. Buki-bukti sejarah sebagai peninggalan kerajaan Mughal tersebar diseluruh wilayah India dan masih dapat disaksikan sampai sekarang.
Kemunduran dan kehancuran dari sebuah peradaban selalu diawali dari melemah dan merosotnya jiwa kepemimpinan dari para elit politiknya. Perebutan kekuasan, pemberontakan (disintegrasi) dan serangan-serangan dari luar juga menjadi faktor utama mundur dan hancurnya sebuah peradaban, begitu juga yang terjadi pada dinasti Mughal.



DAFTAR KEPUSTAKAAN

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ensiklopedi Islam.(Jakarta: Pt. Iktiar Baru Van Hoeve. 1997)cet.4.jil.2
Dewan Redaksi Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Khilafah.(Jakarta: Pt. Ikhtiar Baru Van Hoeve,1994).h.281Dedi Supriyadi. Sejarah peradapan Islam.(Bandung; Pustaka Setia,2008).

Hamka, Sejarah Umat islam.(Jakarta: Pustaka Nasional.1994)

http://aagun74alqabas.wordpress.com/2011/05/08/peradaban-islam-di-asia-selatan/

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/07/13/124464-dinasti-mughal-penguasa-muslim-di-tanah-india

http://mashajirismail.wordpress.com/2011/02/02/sejarah-peradaban-islam-pada-kerajaan-mughal-india/

http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/kerajaan-mughal-di-india.html
http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/dinasti-mughol-di-india.html


Yatim, Badri. Sejarah Peradaba Islam.(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.2006)



http://aagun74alqabas.files.wordpress.com/2011/05/india_map.jpg?w=604

Sumber: http://aagun74alqabas.wordpress.com/2011/05/08/peradaban-islam-di-asia-selatan/





[1] Dewan Redaksi Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Khilafah.(Jakarta: Pt. Ikhtiar Baru Van Hoeve,1994).h.281
[2] Dedi Supriyadi. Sejarah peradapan Islam.(Bandung; Pustaka Setia,2008).h.261
[3] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ensiklopedi Islam.(Jakarta: Pt. Iktiar Baru Van Hoeve. 1997)cet.4.jil.2.h.211
[4] http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/07/13/124464-dinasti-mughal-penguasa-muslim-di-tanah-india

[5] Badri Yatim. Sejarah Peradaba Islam.(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.2006)h.147
[6] http://mashajirismail.wordpress.com/2011/02/02/sejarah-peradaban-islam-pada-kerajaan-mughal-india/

[7] Dewan Redaksi. Op.cit.h.290
[10] Badri Yatim. Op.cit.h.149
[12]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Op.cit,h.211
[13] Dewan Redaksi, Op.cit, h.288 (lihat juga http://mashajirismail)

[15] http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/dinasti-mughol-di-india.html


[16] Hamka, Sejarah Umat islam.(Jakarta: Pustaka Nasional.1994),h.163
[17]http://referensiagama. Loc.cit
[18] http://referensiagama.ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar