Manusia
memiliki keistimewaan dibandingkan makhluq yang lain. Dia diberikan kemampuan
untuk berpikir, bertanya, menganalisa. Dengan alat ini manusia mendapatkan
pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki mengantarkannya kepada posisi yang
berbeda dengan yang lainnya, baik dengan makhluq lain atau sesama manusia.
Objek yang
dicari oleh manusia adalah kebenaran tentang Tuhan, alam dan manusia. Berarti
manusia adalah makhluq yang mencari kebenaran terhadap tiga objek diatas.
Kebenaran yang ditemukan dapat berupa pernyataan yang sesuai pernyataan lain
yang lebih dahulu atau mendapatkan penyaksian dari putusan lainnya.
Untuk
mencapai kebenaran tadi menusia mempergunakan sarana ilmu, filsafat dan agama.
Tiga hal ini yang mengantarkan manusia pada umumnya untuk menemukan kesimpulan
tentang Tuhan, alam dan manusia. Berdasarkan fenomena inilah perlu dilihat
pemikiran H. Endang Saifuddin Anshari dalam bukunya yang berjudul Ilmu,
Filsafat dan Agama.
B. Kandungan
Buku
1. Bagian
Pertama
a.
Tentang Beda Manusia dengan Hewan
Penjelasan ini dimulai dengan menjelaskan
pendapat tokoh terkemuka di dunia baik dalam bidang ilmu filsafat, sains hingga
pakar ilmu agama, di antara mereka adalah Charles Darwin, Aristoteles, Ernest
Haeckel, juga tokoh-tokoh dari kalang muslim yaitu Ibnu Sina, Ibnu Khaldun,
al-Maraghi dan termasuk kalangan filsuf dan pujangga dari Indonesia sendiri
yaitu S. Takdir Ali Syahbana.
Dari pendapat diatas disimpulkan oleh H.
Endang Saifuddin Anshari bahwa manusia itu adalah makhluk sejenis hewan namun
memilik perbedaan tertentu dengan hewan. Secara jasmaniah perbedaan manusia
dengan hewan itu gradual (tidak asasi), namun secara rohaniyah perbedaan manusia dengan hewan itu fundamental (asasi / prinsipil),
secara ruhaniyah manusia adalah makhluk yang berakal sehat, sadar diri,
berbicara berdasarkan akal fikirannya , dapat merasa malu. Prinsipnya manusia
adalah makhluk yang berkebudayaan.
b.
Manusia Makhluk Pencari
Kebenaran
Manusia adalah jenis hewan yang suka bertanya
dan suka berfikir. Manusia disebut sebagai hewan yang berfikir karena berfikir
itu menimbulkan pertanyaan. Kemudian dari pertanyaan tersebut muncullah sebuah
jawaban. Kemudian lebih dari itu, mencari jawaban adalah mencari sebuah
kebenaran atau yang lebih sering disebut dengan hakikat.
c.
Teori Tentang Kebenaran.
Ada 3 teori
yang pakai, 1. teori korespondensi, 2. Teori konsistensi, 3. Teori pragmatis.
Secara mudahnya disimpulkan bahwa kebenaran itu adalah lawan kesalahan, lawan
kebohongan, lawan kepalsuan, lawan kekhilafan, lawan
kekhayalan, lawan kebathilan, lawan kesesatan, dan lawan kelancangan.
d.
Masalah Manusia.
Menurut H. Endang Saifuddin Anshari, manusia
adalah makhluk yang selalu akan berhadapan dengan masalah. Mengapa dalam hidup
manusia selalu mendapatkan masalah? Jawabannya menurut H. Endang Saifuddin
Anshari adalah karena hidup merupakan aktivitas, dan segala aktivitas selalu ada
masalah-masalah. Masalah harus diselesaikan dengan tuntas untuk menjadikan
manusia itu sebagai makhluk yang berhasil.
H. Endang Saifuddin Anshari menjelaskan bahwa
banyak sekali cara manusia menyelesaikan masalah masing-masing namun setidaknya
ada tiga hal yang sebagai solusi pokok untuk menjawab semua problematika yang
dihadapi oleh manusia. Ketiga hal tersebut adalah ilmu pengetahuan, filsafat
dan agama.
2. Bagian
Kedua, Ilmu Pengetahuan
Pertama-tama harus dibedakan adalah antara
pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Pengetahuan, yang dalam bahasa Inggris
dinyatakan dengan knowledge, pada hakikatnya merupakan segenap apa yang
kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu,
jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di
samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Ilmu, menurut
pendapat di atas, menunjuk pada terminologi yang bersifat khusus, yang
merupakan bagian dari pengetahuan.
Pengertian ilmu dan perbedaannya dengan
pengetahuan nampak lebih jelas jika
dijabarkan bahwa ilmu merupakan keseluruhan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dan logis dan bukanlah sekadar kumpulan fakta, tetapi pengetahuan
yang mempersyaratkan objek, metoda, teori, hukum, atau prinsip.
Ilmu, yang dalam bahasa Inggris dinyatakan
dengan science, bukan sekadar kumpulan fakta, meskipun di dalamnya juga
terdapat berbagai fakta. Selain fakta, di dalam ilmu juga terdapat teori,
hukum, prinsip, dst., yang diperoleh melalui prosedur tertentu yaitu metoda
ilmiah. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metoda ilmiah.
Sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui beberapa cara, yaitu pengalaman,
intuisi, pendapat otoritas, penemuan secara kebetulan dan coba-coba (trial and
error) maupun penalaran.
Ilmu pengetahuan memiliki
ciri-ciri umum sebagai berikut:
1) Adanya aktifitas berpikir, meneliti dan menganalisa.
2) Adanya metode dan sistematika tertentu.
3) Adanya obyek tertentu.
Berikut dijelaskan bahwa cara kerja ilmu pengetahuan
adalah sebagai berikut:
a)
Observasi
b)
Perumusan
masalah
c)
Mengumpulkan
dan mengklasifikasikan data
d)
Mengadakan
generalisasi
e)
Perumusan
hipotesa
f)
Mengadakan
testing dan verivikasi
3. Bagian
Ketiga, Filsafat
Filsafat merupakan terjemahan dari philolophy,
berasal dari bahasa Yunani philo (love of) dan sophia
(wisdom). Jadi secara etimologis filsafat artinya cinta atau gemar akan
kebajikan (love of wisdom). Cinta artinya hasrat yang besar atau yang
berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran
sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat berarti hasrat atau
keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
Kemudian para ahli berusaha merumuskan
definisi filsafat sebagai suatu usaha untuk berpikir secara radikal dan
menyeluruh, atau suatu cara berpikir dengan mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Aktivitas tersebut diharapkan dapat menghasilkan suatu kesimpulan universal
dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yang tersederhana sampai yang
terkompleks.
Adapun karakteristik filsafat adalah sebagai
berikut:
1) Filsafat adalah berpikir secara
kritis.
2) Filsafat adalah berpikir dalam
bentuk sistematis.
3) Filsafat mengahasilkan sesuatu
yang runtut.
4) Filsafat adalah berpikir secara
rasional.
5) Filsafat bersifat komprehensif.
Adapun objek filsafat adalah:
1.
Objek
material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, yang meliputi : ada dalam
kenyataan, ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan.
2.
Objek
formal filsafat adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada.
4. Bagian
Keempat, Agama
H. Endang Saifuddin Anshari menjelaskan pengertian agama dari beberapa tokoh ternama di antaranya adalah H.M. Rasidi, Mukti Ali, Muhammad
Maulana Ali. Dari sini H. Endang Saifuddin Anshari menjelaskan “agama”
berasal dari bahasa Sanskrit “a” yang berarti tidak dan “gam” yang
berarti pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun dalam kehidupan manusia. Ternyata agama memang mempunyai sifat seperti itu. Agama, selain
bagi orang-orang tertentu, selalu menjadi pola hidup manusia. Dick Hartoko
menyebut agama itu dengan religi, yaitu ilmu yang meneliti hubungan antara
manusia dengan “Yang Kudus” dan hubungan itu direalisasikan dalam
ibadat-ibadat. Kata religi berasal dari
bahasa Latin rele-gere yang berarti mengumpulkan, membaca.
Agama merupakan
kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan semua cara itu terkumpul dalam
kitab suci yang harus dibaca. Di sisi lain kata religi berasal dari religare
yang berarti mengikat. Agama mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Seorang yang beragama terikat dengan hukum dan aturan yang
ditetapkan oleh agama.
Selain itu di
dalam al-Quran terdapat kata din. Kata din dengan akar
katanya dal, ya dan nun diungkapkan dalam dua bentuk yaitu din
dan dain. Al-Quran menyebut kata din ada menunjukkan arti agama
dan ada menunjukkan hari kiamat, sedangkan kata dain diartikan dengan utang.
Dalam tiga
makna tersebut terdapat dua sisi yang berlainan dalam tingkatan, martabat atau
kedudukan. Yang pertama mempunyai kedudukan, lebih tinggi, ditakuti dan
disegani oleh yang kedua. Dalam agama, Tuhan adalah pihak pertama yang
mempunyai kekuasaan, kekuatan yang lebih tinggi, ditakuti, juga diharapkan
untuk memberikan bantuan dan bagi manusia. Kata din dengan arti
hari kiamat juga milik Tuhan dan manusia tunduk kepada ketentuan Tuhan. Manusia
merasa takut terhadap hari kiamat sebagai milik Tuhan karena pada waktu
itu dijanjikan azab yang pedih bagi orang yang berdosa.
Adapun orang
beriman menaruh harapan mendapat rahmat dan ampunan Allah pada hari kiamat itu.
Kata dain yang berarti utang juga terdapat pihak pertama sebagai yang
berpiutang yang jelas lebih kaya dan yang kedua sebagai yang berutang, bertaraf
rendah, dan merasa segan terhadap yang berpiutang. Dalam diri orang yang berutang pada dasarnya terdapat harapan supaya
utangnya dimaafkan dengan arti tidak perlu dibayar, walaupun harapan itu jarang
sekali terjadi. Dalam Islam manusia berutang kepada Tuhan berupa kewajiban
melaksanakan ajaran agama.
Ungkapan di
atas menunjuk pengertian agama secara etimologi. Beberapa pemikir mencoba
memberikan definisi terhadap agama bahwa ia adalah peraturan tentang cara hidup
di dunia.
Lebih lanjut dikatakan bahwa agama
diambil dari pengertian din al-haq, ia adalah sistem hidup yang diterima
dan diredhai Allah. Sistem hidup itu mencakup berbagai aspek kehidupan,
termasuk akidah, akhlak, ibadah dan amal perbuatan yang disyari`atkan Allah.
Agama itu
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu agama yang menekankan kepada iman dan
kepercayaan, dan yang ke dua menekankan kepada aturan tentang cara hidup. Namun
demikian kombinasi antara keduanya akan menjadi definisi agama yang lebih
memadai, yaitu sistem kepercayaan dan praktek yang sesuai dengan kepercayaan
tersebut.
Bila dicermati
dengan seksama istilah-istilah itu bermuara kepada satu fokus yang disebut
ikatan. Dalam agama terkandung ikatan-ikatan yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh setiap manusia, dan ikatan itu mempunyai pengaruh yang besar
dalam kehidupan sehari-hari. Ikatan itu berasal dari kekuatan yang lebih tinggi
dari manusia.
Dalam agama
terdapat beberapa yang hal penting, yaitu : Pertama, kekuatan gaib, manusia merasa dirinya lemah
dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh sebab
itu, manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib
tersebut. Hubungan baik itu dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan
larangan kekuatan gaib itu.
Kedua, keyakinan
manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidup akhirat tergantung pada
adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib itu. Dengan hilangnya hubungan baik
itu, kesejahteraan dan kebahagiaan, yang dicari akan hilang pula.
Ketiga, respon yang
bersifat emosional dari manusia. Respon itu bisa berupa rasa takut seperti yang
terdapat dalam agama-agama primitif, atau perasaan cinta seperti yang terdapat
dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya respon mengambil bentuk penyembahan
yang terdapat di dalam agama primitif, atau pemujkaan yang terdapat dalam agama
menoteisme. Lebih lanjut lagi respon itu mengambil bentuk cara hidup tertentu
bagi masyarakat yang bersangkutan.
Keempat, paham
adanya yang sacred dan suci
dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran
agama itu dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.
5. Bagian
Kelima, Nisbah Ilmu,
Filsafat dan Agama
Bagi H. Endang
Saifuddin Anshari jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran
dapat ditempuh dengan tiga jalan, yaitu: ilmu, filsafat dan agama. Ketiga jalan
ini mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik singgung yang satu
terhadap yang lainnnya.
1.
Ilmu
Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan adalah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu
sistematika mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan
hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidiinya (alam, manusia, dan juga
agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu
penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan
experimental.
2.
Filsafat
Sementara
filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami
(mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat sarwa yang ada:
(a) Hakekat
Tuhan;
(b) hakekat
alam semesta;
(c) hakekat
manusia;
serta sikap
manusia termasuk sebagai konsekwensi daripada faham (pemahamnnya) tersebut.
3.
Agama
Menurut H.
Endang Saifuddin Anshari agama merupakan;
a)
satu
sistema credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang
mutlak di luar manusia;
b)
satu
sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu;
c)
satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur
hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan
tata keimanan dan tata peribadatan.
4.
Titik Persamaan
Baik ilmu, maupun filsafat ataupun agama bertujuan
(sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang) sama, yaitu kebenaran. Ilmu
pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam termasuk
manusia. Filsafat dengan wataknya menghampiri kebenaran, baik tentang alam
maupun manusia termasuk Tuhan. Agama dengan karakteristiknya memberikan jawaban
atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia baik tentang alam,
manusia juga Tuhan.
5.
Titik Perbedaan
a)
Ilmu
maupun filsafat keduanya hasil dari
sumber yang sama yaitu ra’yu manusia. Sedangkan agama bersumber dari wahyu.
b)
Ilmu
pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan, pengalaman dan
percobaan. Filsafat menghampiri kebanaran dengan cara menualangkan akal-budi
secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal
(meng-alam), tidak meresa terikat dengan ikatan apapun kecuali dengan ikatan tangannya
sendiri yang bernama logika. Manusia mencari kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan
mempertanyakan berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci, kodifikasi,
firman Ilahi untuk manusia.
c)
Kebenaran ilmu
pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai dengan saat ini).
Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat
dibuktikan secara empiri riset dan eksperimen. Baik kebenaran ilmu maupun
filsafat sama-sama nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agama adalah kebenaran
yang bersifat mutlak / absolut karena agama berasal dari Tuhan yaitu Allah.
d)
Baik ilmu maupun
filsafat keduanya dimulai dari sikap
sangsi atau tidak percaya. Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya dan
iman.
6.
Titik Singgung
Tidak semua
masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh ilmu
pengetahuan, karena ilmu terbatas oleh subjeknya (sang penyelidik), oleh
objeknya (objek materi ataupun formanya), dan oleh metodologinya.
Tidak semua
masalah yang tidak atau belum terjawab oleh ilmu dengan sendirinya dapat
dijawab dengan filsafat. Karena jawaban filsafat bersifat spekulasi dan
alternatif tentang suatu masalah asasi yang tidak terjawab oleh ilmu yang
dipertanyakan olej filsafat.
Perlu
ditegaskan disini bahwa tidak semua persoalan manusia terdapat jawabannya dalam
agama. Permasalahan tersebut bisa dikategorikan sebagai berikut:
a.
Soal-soal kecil, detail
yang tidak prinsipil seperti, jalan kendaraan disebelah mana, rambut panjang
atau pendek cek, wesel dan lainnya.
b.
Persoalan yang tidak
secara tegas dan jelas dalam Al Quran yang diserahkan kepada ijtihad selagi
tidak bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah)
c.
Persoalan yang tetap menjadi
misteri, rahasia yang tidak terjangkau akal-budi, yang merupakan ilmu mutlaq
Allah yang tidak dilimpahkan kepada manusia karena keterbatasannya. Seperti
hakikat ruh, taqdir dan lainnya.
Rangkuman
1.
Mustahil terjadi
pertentangan antara agama Islam (pada satu pihak) dengan ilmu pengetahuan (dan
filsafat) yang benar (di pihak kedua). Sebab ilmu pengetahuan (dan filsafat)
adalah hasil usaha manusia dengan kekuatan akal-budinya yang relatif berhasil
memahami kenyataan alam, susunan, pembagian, dan hukumnya. Dan karena Al Quran
adalah pembukuan alam semesta (ayat kauniyah) dan pembukuan ayat Quraniyah.
Kedua ayat ini saling menafsirkan. Satu sama lain tidak akan kontradiksi karena
sumbernya satu, Allah.
Perbedaan (bukan pertentangan) perumusan antara agama
dengan ilmu (dan filsafat) yang benar tentang suatu masalah adalah suatu hal
yang lazim dalam dunia ilmu pengetahuan.
2.
Bagi seorang natural
scientist (sarjana ilmu pengetahuan) Al Quran merupakan Buku tentang alam.
Bagi seorang sosial dan cutural scientist (sarjana ilmu
pengetahuan sosial dan budaya Al Quran merupakan Buku tentang manusia.
Bagi seorang teolog (sarjana studi ketuhanan) Al Quran merupakan Buku tentang Tuhan dan
Ketuhanan.
Bagi seorang filsuf (ahli filsafat) Al Quran adalah Buku
mengenai pelbagai masalah asasi yang menjadi bahan pembicaraan filsafat dari
masa ke masa.
Agama (Al Quran) memberikan dorongan (motif), pengarahan dan tujuan kepada
Ilmu (dan filsafat).
Mau nanya. Penjelasan yang di paparkan di atas, semuanya bersumber dari buku ilmu,pengetahuan, dan agama dri Saifuddin Anshari?
BalasHapus