Senin, 15 Februari 2016

ILMU, FILSAFAT DAN AGAMA

A.   Pendahuluan
Manusia memiliki keistimewaan dibandingkan makhluq yang lain. Dia diberikan kemampuan untuk berpikir, bertanya, menganalisa. Dengan alat ini manusia mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki mengantarkannya kepada posisi yang berbeda dengan yang lainnya, baik dengan makhluq lain atau sesama manusia.
Objek yang dicari oleh manusia adalah kebenaran tentang Tuhan, alam dan manusia. Berarti manusia adalah makhluq yang mencari kebenaran terhadap tiga objek diatas. Kebenaran yang ditemukan dapat berupa pernyataan yang sesuai pernyataan lain yang lebih dahulu atau mendapatkan penyaksian dari putusan lainnya.
Untuk mencapai kebenaran tadi menusia mempergunakan sarana ilmu, filsafat dan agama. Tiga hal ini yang mengantarkan manusia pada umumnya untuk menemukan kesimpulan tentang Tuhan, alam dan manusia. Berdasarkan fenomena inilah perlu dilihat pemikiran H. Endang Saifuddin Anshari dalam bukunya yang berjudul Ilmu, Filsafat dan Agama.

B.   Kandungan Buku
1.   Bagian Pertama
a.      Tentang Beda Manusia dengan Hewan
Penjelasan ini dimulai dengan menjelaskan pendapat tokoh terkemuka di dunia baik dalam bidang ilmu filsafat, sains hingga pakar ilmu agama, di antara mereka adalah Charles Darwin, Aristoteles, Ernest Haeckel, juga tokoh-tokoh dari kalang muslim yaitu Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, al-Maraghi dan termasuk kalangan filsuf dan pujangga dari Indonesia sendiri yaitu S. Takdir Ali Syahbana.
Dari pendapat diatas disimpulkan oleh H. Endang Saifuddin Anshari bahwa manusia itu adalah makhluk sejenis hewan namun memilik perbedaan tertentu dengan hewan. Secara jasmaniah perbedaan manusia dengan hewan itu gradual (tidak asasi), namun secara rohaniyah perbedaan manusia dengan hewan itu fundamental (asasi / prinsipil), secara ruhaniyah manusia adalah makhluk yang berakal sehat, sadar diri, berbicara berdasarkan akal fikirannya , dapat merasa malu. Prinsipnya manusia adalah makhluk yang berkebudayaan.

b.    Manusia Makhluk Pencari Kebenaran
Manusia adalah jenis hewan yang suka bertanya dan suka berfikir. Manusia disebut sebagai hewan yang berfikir karena berfikir itu menimbulkan pertanyaan. Kemudian dari pertanyaan tersebut muncullah sebuah jawaban. Kemudian lebih dari itu, mencari jawaban adalah mencari sebuah kebenaran atau yang lebih sering disebut dengan hakikat.

c.     Teori Tentang Kebenaran.
Ada 3 teori yang pakai, 1. teori korespondensi, 2. Teori konsistensi, 3. Teori pragmatis. Secara mudahnya disimpulkan bahwa kebenaran itu adalah lawan kesalahan, lawan kebohongan, lawan kepalsuan, lawan kekhilafan, lawan kekhayalan, lawan kebathilan, lawan kesesatan, dan lawan kelancangan.

d.    Masalah Manusia.
Menurut H. Endang Saifuddin Anshari, manusia adalah makhluk yang selalu akan berhadapan dengan masalah. Mengapa dalam hidup manusia selalu mendapatkan masalah? Jawabannya menurut H. Endang Saifuddin Anshari adalah karena hidup merupakan aktivitas, dan segala aktivitas selalu ada masalah-masalah. Masalah harus diselesaikan dengan tuntas untuk menjadikan manusia itu sebagai makhluk yang berhasil.
H. Endang Saifuddin Anshari menjelaskan bahwa banyak sekali cara manusia menyelesaikan masalah masing-masing namun setidaknya ada tiga hal yang sebagai solusi pokok untuk menjawab semua problematika yang dihadapi oleh manusia. Ketiga hal tersebut adalah ilmu pengetahuan, filsafat dan agama.

2.   Bagian Kedua,  Ilmu Pengetahuan
Pertama-tama harus dibedakan adalah antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Pengetahuan, yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan knowledge, pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Ilmu, menurut pendapat di atas, menunjuk pada terminologi yang bersifat khusus, yang merupakan bagian dari pengetahuan.
Pengertian ilmu dan perbedaannya dengan pengetahuan nampak lebih jelas  jika dijabarkan bahwa ilmu merupakan keseluruhan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan logis dan bukanlah sekadar kumpulan fakta, tetapi pengetahuan yang mempersyaratkan objek, metoda, teori, hukum, atau prinsip.
Ilmu, yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan science, bukan sekadar kumpulan fakta, meskipun di dalamnya juga terdapat berbagai fakta. Selain fakta, di dalam ilmu juga terdapat teori, hukum, prinsip, dst., yang diperoleh melalui prosedur tertentu yaitu metoda ilmiah. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metoda ilmiah. Sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui beberapa cara, yaitu pengalaman, intuisi, pendapat otoritas, penemuan secara kebetulan dan coba-coba (trial and error) maupun penalaran.

Ilmu pengetahuan memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
1)     Adanya aktifitas berpikir, meneliti dan menganalisa.
2)     Adanya metode dan sistematika tertentu.
3)     Adanya obyek tertentu.

Berikut dijelaskan bahwa cara kerja ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
a)      Observasi
b)     Perumusan masalah
c)      Mengumpulkan dan mengklasifikasikan data
d)     Mengadakan generalisasi
e)      Perumusan hipotesa
f)       Mengadakan testing dan verivikasi

3.   Bagian Ketiga, Filsafat
Filsafat merupakan terjemahan dari philolophy, berasal dari bahasa Yunani philo (love of) dan sophia (wisdom). Jadi secara etimologis filsafat artinya cinta atau gemar akan kebajikan (love of wisdom). Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
Kemudian para ahli berusaha merumuskan definisi filsafat sebagai suatu usaha untuk berpikir secara radikal dan menyeluruh, atau suatu cara berpikir dengan mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Aktivitas tersebut diharapkan dapat menghasilkan suatu kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yang tersederhana sampai yang terkompleks.

Adapun karakteristik filsafat adalah sebagai berikut:
1)     Filsafat adalah berpikir secara kritis.
2)     Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis.
3)     Filsafat mengahasilkan sesuatu yang runtut.
4)     Filsafat adalah berpikir secara rasional.
5)     Filsafat bersifat komprehensif.

Adapun objek filsafat adalah:
1.       Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, yang meliputi : ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan.
2.       Objek formal filsafat adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada.

4.   Bagian Keempat, Agama
H. Endang Saifuddin Anshari menjelaskan pengertian agama dari beberapa tokoh ternama di antaranya adalah H.M. Rasidi, Mukti Ali, Muhammad Maulana Ali. Dari sini H. Endang Saifuddin Anshari menjelaskan “agama” berasal dari bahasa Sanskrit “a” yang berarti tidak dan “gam” yang berarti pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun dalam kehidupan manusia. Ternyata agama memang mempunyai sifat seperti itu. Agama, selain bagi orang-orang tertentu, selalu menjadi pola hidup manusia. Dick Hartoko menyebut agama itu dengan religi, yaitu ilmu yang meneliti hubungan antara manusia dengan “Yang Kudus” dan hubungan itu direalisasikan dalam ibadat-ibadat. Kata religi berasal dari bahasa Latin rele-gere yang berarti mengumpulkan, membaca.
Agama merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan semua cara itu terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Di sisi lain kata religi berasal dari religare yang berarti mengikat. Agama mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Seorang yang beragama terikat dengan hukum dan aturan yang ditetapkan oleh agama.
Selain itu di dalam al-Quran  terdapat kata din. Kata din dengan akar katanya dal, ya dan nun diungkapkan dalam dua bentuk yaitu din dan dain. Al-Quran menyebut kata din ada menunjukkan arti agama dan ada menunjukkan hari kiamat, sedangkan kata dain diartikan dengan utang.
Dalam tiga makna tersebut terdapat dua sisi yang berlainan dalam tingkatan, martabat atau kedudukan. Yang pertama mempunyai kedudukan, lebih tinggi, ditakuti dan disegani oleh yang kedua. Dalam agama, Tuhan adalah pihak pertama yang mempunyai kekuasaan, kekuatan yang lebih tinggi, ditakuti, juga diharapkan untuk memberikan bantuan dan bagi manusia. Kata din dengan arti  hari kiamat juga milik Tuhan dan manusia tunduk kepada ketentuan Tuhan. Manusia merasa takut terhadap hari kiamat sebagai milik Tuhan karena  pada waktu itu dijanjikan azab yang pedih bagi orang yang berdosa.
Adapun orang beriman menaruh harapan mendapat rahmat dan ampunan Allah pada hari kiamat itu. Kata dain yang berarti utang juga terdapat pihak pertama sebagai yang berpiutang yang jelas lebih kaya dan yang kedua sebagai yang berutang, bertaraf rendah, dan merasa segan terhadap yang berpiutang. Dalam diri orang yang berutang pada dasarnya terdapat harapan supaya utangnya dimaafkan dengan arti tidak perlu dibayar, walaupun harapan itu jarang sekali terjadi. Dalam Islam manusia berutang kepada Tuhan berupa kewajiban melaksanakan ajaran agama.
Ungkapan di atas menunjuk pengertian agama secara etimologi. Beberapa pemikir mencoba memberikan definisi terhadap agama bahwa ia adalah peraturan tentang cara hidup di dunia.
Lebih lanjut dikatakan bahwa agama diambil dari pengertian din al-haq, ia adalah sistem hidup yang diterima dan diredhai Allah. Sistem hidup itu mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk akidah, akhlak, ibadah dan amal perbuatan yang disyari`atkan Allah.
Agama itu dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu agama yang menekankan kepada iman dan kepercayaan, dan yang ke dua menekankan kepada aturan tentang cara hidup. Namun demikian kombinasi antara keduanya akan menjadi definisi agama yang lebih memadai, yaitu sistem kepercayaan dan praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut.
Bila dicermati dengan seksama istilah-istilah itu bermuara kepada satu fokus yang disebut ikatan. Dalam agama terkandung ikatan-ikatan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap manusia, dan ikatan itu mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Ikatan itu berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.
Dalam agama terdapat beberapa yang hal penting, yaitu : Pertama, kekuatan gaib, manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh sebab itu, manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik itu dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib itu.
Kedua, keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidup akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib itu. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan, yang dicari akan hilang pula.
Ketiga, respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon itu bisa berupa rasa takut seperti yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau perasaan cinta seperti yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya respon mengambil bentuk penyembahan yang terdapat di dalam agama primitif, atau pemujkaan yang terdapat dalam agama menoteisme. Lebih lanjut lagi respon itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
Keempat, paham adanya yang sacred dan suci dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama itu dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.

5.   Bagian Kelima, Nisbah Ilmu, Filsafat dan Agama
Bagi H. Endang Saifuddin Anshari jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran dapat ditempuh dengan tiga jalan, yaitu: ilmu, filsafat dan agama. Ketiga jalan ini mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik singgung yang satu terhadap yang lainnnya.
1.    Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistematika mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidiinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan experimental.

2.    Filsafat
Sementara filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami (mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat sarwa yang ada:
(a) Hakekat Tuhan;
(b) hakekat alam semesta;
(c) hakekat manusia;
serta sikap manusia termasuk sebagai konsekwensi daripada faham (pemahamnnya) tersebut.

3.    Agama
Menurut H. Endang Saifuddin Anshari agama merupakan;
a)   satu sistema credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia;
b)   satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu;
c)    satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan.

4.    Titik Persamaan
Baik ilmu, maupun filsafat ataupun agama bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang) sama, yaitu kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam termasuk manusia. Filsafat dengan wataknya menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia termasuk Tuhan. Agama dengan karakteristiknya memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia baik tentang alam, manusia juga Tuhan.

5.    Titik Perbedaan
a)   Ilmu maupun filsafat  keduanya hasil dari sumber yang sama yaitu ra’yu manusia. Sedangkan agama bersumber dari wahyu.
b)   Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan, pengalaman dan percobaan. Filsafat menghampiri kebanaran dengan cara menualangkan akal-budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (meng-alam), tidak meresa terikat dengan ikatan apapun kecuali dengan ikatan tangannya sendiri yang bernama logika. Manusia mencari kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan berbagai masalah asasi dari atau kepada kitab suci, kodifikasi, firman Ilahi untuk manusia.
c)   Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai dengan saat ini). Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiri riset dan eksperimen. Baik kebenaran ilmu maupun filsafat sama-sama nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran agama adalah kebenaran yang bersifat mutlak / absolut karena agama berasal dari Tuhan yaitu Allah.
d)   Baik ilmu maupun filsafat  keduanya dimulai dari sikap sangsi atau tidak percaya. Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya dan iman.

6.    Titik Singgung
Tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh ilmu pengetahuan, karena ilmu terbatas oleh subjeknya (sang penyelidik), oleh objeknya (objek materi ataupun formanya), dan oleh metodologinya.
Tidak semua masalah yang tidak atau belum terjawab oleh ilmu dengan sendirinya dapat dijawab dengan filsafat. Karena jawaban filsafat bersifat spekulasi dan alternatif tentang suatu masalah asasi yang tidak terjawab oleh ilmu yang dipertanyakan olej filsafat.
Perlu ditegaskan disini bahwa tidak semua persoalan manusia terdapat jawabannya dalam agama. Permasalahan tersebut bisa dikategorikan sebagai berikut:
a.     Soal-soal kecil, detail yang tidak prinsipil seperti, jalan kendaraan disebelah mana, rambut panjang atau pendek cek, wesel dan lainnya.
b.    Persoalan yang tidak secara tegas dan jelas dalam Al Quran yang diserahkan kepada ijtihad selagi tidak bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah)
c.     Persoalan yang tetap menjadi misteri, rahasia yang tidak terjangkau akal-budi, yang merupakan ilmu mutlaq Allah yang tidak dilimpahkan kepada manusia karena keterbatasannya. Seperti hakikat ruh, taqdir dan lainnya.



Rangkuman
1.       Mustahil terjadi pertentangan antara agama Islam (pada satu pihak) dengan ilmu pengetahuan (dan filsafat) yang benar (di pihak kedua). Sebab ilmu pengetahuan (dan filsafat) adalah hasil usaha manusia dengan kekuatan akal-budinya yang relatif berhasil memahami kenyataan alam, susunan, pembagian, dan hukumnya. Dan karena Al Quran adalah pembukuan alam semesta (ayat kauniyah) dan pembukuan ayat Quraniyah. Kedua ayat ini saling menafsirkan. Satu sama lain tidak akan kontradiksi karena sumbernya satu, Allah.
Perbedaan (bukan pertentangan) perumusan antara agama dengan ilmu (dan filsafat) yang benar tentang suatu masalah adalah suatu hal yang lazim dalam dunia ilmu pengetahuan.  
2.       Bagi seorang natural scientist (sarjana ilmu pengetahuan) Al Quran merupakan Buku tentang alam.
Bagi seorang sosial dan cutural scientist (sarjana ilmu pengetahuan sosial dan budaya Al Quran merupakan Buku tentang manusia.
Bagi seorang teolog (sarjana studi ketuhanan)  Al Quran merupakan Buku tentang Tuhan dan Ketuhanan.
Bagi seorang filsuf (ahli filsafat) Al Quran adalah Buku mengenai pelbagai masalah asasi yang menjadi bahan pembicaraan filsafat dari masa ke masa.

Agama (Al Quran) memberikan dorongan (motif), pengarahan dan tujuan kepada Ilmu (dan filsafat).

1 komentar:

  1. Mau nanya. Penjelasan yang di paparkan di atas, semuanya bersumber dari buku ilmu,pengetahuan, dan agama dri Saifuddin Anshari?

    BalasHapus