PENDAHULUAN
Manusia, walaupun pada umumnya
dilahirkan seorang diri, namun dia mempunyai naluri untuk selalu hidup dengan
orang lain, naluri dinamakan gregariousness.
Di dalam hubungan dengan manusia lain, yang penting adalah reaksi yang timbul
sebagai akibat hubungan-hubungan tadi. Reaksi tersebutkah yang menyebabkan
bahwa tindakan seseorang menjadi semakin luas.
Hal ini terutama disebabkan oleh
karenanya untuk menjadi satu dengan manusia yang lain yang berbeda di
sekelilingnya (yaitu masyarakat) dan keinginannya untuk menjadi satu dengan
suasana alam sekelilingnya, sehingga dapat membentuk individu menjadinpersao
dan mengubah sifat-sifat aslinya menjadi sifat-sifat kemanusiaan. Baik
suku-suku yang masih sederhana maupun orang orang-orang modern yang hidup di
kota-kota besar selalu berinteraksi dengan kelompok sosialnya.
Melalui kelompk inilah seseorang
dapat memuaskan keseluruhan kebutuhan yang fundamental dan memperoleh
kesempurnaan yang besar, namun begitu sebaliknya melalui kelompok itu pula dia
dapat merasakan kekecewaan dan mengalami kesulitan-kesulitan tang amat sangat.
Keller misalnya menggambarkan upacara inisiatif laki-laki dan perempuan di
beberapa suku bangsa di Australia secara detail. Baaahwa pada umur 12 tahun
mereka itu diberi tes-tes, tes keberanian, yaitu tubuhnya dilukis dengan jarum, dilempar ke laut dan sebagainya.
BAB
II
PEMBAHASAN
KELOMPOK
SOSIAL
A. Pengertian
Menurut Sheriff and
Sheriff, kelompok social adalah suatu kesatuan social yang terdiri atas 2
individu atau lebih yang telah mengadakan interaksi yang cukup intensif dan
teratur, sehingga diantara individu
tersebut sudah terdapat pembagian tugas, stuktur dan norma-norma tertentu, yang
khas bagi kesatuan social tersebut.
Pendapat lain
mengatakan, kelompok sosial adalah hubungan 2 orang atau lebih yang ada
hubungan psychologis yang menyolok. Misalnya orang yang duduk dalam bis tidak
bisa disebut kelompok social sebab tidak ada hubungan psychologis[1].
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa kelompok social adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan
manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antar mereka. Hubungan
tersebut anntara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling pengaruh
mempengaruhi dan juga suatu kesadaran kesadaran untuk saling tolong menolong,
serta adanya suatu organisasi dengan anggotanya[2].
Dengan demikian maka
suatu kelompok sosial mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
1)
Kesadaran kelompok
Setiap
anggota kelompok tersebut harus sadar, bahwa dia merupakan sebagian dari
kelompok yang besangkutan.
2)
Interaksi sosial
Adanya
hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lain.
3)
Organisasi sosial
Terdapat
suatu organisasi dan suatu factor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota
kelompok-kelompok tersebut, sehingga hubungan mereka bertambah erat. Sedangkan
factor tadi merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama,
ideology politik yang sama, dan lain-lain[3].
B. Bentuk-Bentuk Kelompok Sosial
1. In Group dan Out
Group
Summer membedakan antara In Group
dan Out Group. In Group merupakan kelompok social yang dijadikan
tempat oleh individu-individunya untuk mengidentifikasikan dirinya. Misalnya
itu partai saya, golongan saya dan sebagainya. Jadi adanya unsur mendukung norma
yang ternasuk di dalamnya disebut In
Group.
Sedangkan Out
Group, individu merasa berdiri
pada lingkungan kelompok tertentu. Ia merasa bahwa ia tidak tergolong di
dalanya. kelompok sosial yang oleh individunya diartikan sebagai lawan
in Group. Contoh: Istilah “kita” atau “kami” menunjukkan adanya artikulasi in
group, sedangkan “mereka” berartikulasi out group.
Ada 2 proses hubungan In Group
dan Out Group yang mana
keduanya bersifat sosial, yaitu:
a. Bersifat Cooperation
Cooperation
terjadi karena adanya kerjasama yang disebabkan adanya fakto-faktor yang
menunjukan kesamaan yang memungkinkan anggota yang satu membantu anggota yang
lain.
b. Bersifat Oposition
Hal ini
dapat berwujud Conflict dan competation. Conflict merupakan suatu perjuangan manusia/group
untuk mencapai tujuan yang sama dan tidak dikerjakan secara kerja sama.disini
individu/kelompok yang bersangkutan ada kontak hubungan langsung dengan pihak
lawan.
Beda
dengan competation (kompetisi), disini tidak perlu adanya hubungan langsung
dengan pihak lawan. Tujuan utama dari masing-masing individu/kelompok adalah untuk
mencapai hasil yang ingin dicapai.
2. Kelompok Primer dan
Sekunder
Charles Horton Cooley mengemukakan tentang kelompok primer
yang ditandai dengan ciri-ciri saling mengenal antara anggota-anggotanya, kerja
sama yang erat dan bersifat pribadi, interaksi sosial dilakukan secara tatap
muka (face to face). Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok sosial
yang terdiri dari banyak orang, antara siapa hubungannya tidak perlu
berdasarkan pengenalan secara pribadi dan juga sifatnya tidak begitu langgeng.
3. Gemainschaft dan
Gesellschaft
Ferdinand Tonnies, seorang
sosialogi bangsa Jerman, mengemukakan tentang hubungan antara individu-individu dalam kelompok
sosial sebagai Gemainschaft (paguyuban) dan gesellschaft
(patembayan). Gemainschaft merupakan bentuk-bentuk kehidupan yang di
mana para anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat
ilmiah, dan kekal. Contoh: keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dll.
Gesellschaft (patembayan) merupakan
ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu tertentu (yang pendek) atau
bersifat kontraktual. Contoh: hubungan perjanjian perdagangan, organisasi
formal, organisasi suatu perusahaan, dll.
4. Kelompok Formal
dan Informal
J.A.A. Van Doorn membedakan
kelompok Formal dan Informal. Kelompok Formal mempunyai peraturan yang tegas
dan sengaja diciptakan oleh para anggotanya untuk mengatur hubungan mereka,
misalnya pemerintah memilih ketua, iuran anggota, dll. Kelompok Informal tidak
mempunyai struktur atau organisasi tertentu. Adapun ciri-ciri kelompok formal,
yaitu:
a.
Mempunyai anggaran dasar dan anggaran ruamah tangga
tertulis
b.
Mempunyai pedoman-pedoman tingkah laku yang dirumuskan
secara tegas dan tertulis
c.
Bersifat kekeluargaan.
Sedangkan kelompok ini terbentuk
karena pertemuan berulang-ulang, misal kelompok dalam belajar. Adapun
cirri-cirinya, yaitu:
a.
Tidak mempunyai anggaran dasar dan anggaran ruamah
tangga tertulis
b.
Mempunyai pedoman-pedoman tingkah laku
anggota-anggotanya, tetapi tidak dituliskan secara tegas dan tertulis
c.
Bersifat tidak kekeluargaan.
5. Membership Group
dan Reference Group
Robert K. Merton membedakan kelompok membership dengan kelompok
reference. Kelompok membership merupakan kelompok yang para
anggotanya tercatat secara fisik sebagai anggota. Sedangkan kelompok reference
merupakan kelompok sosial yang dijadikan acuan atau rujukan oleh
individu-individu yang tidak tercatat dalam anggota kelompok tersebut untuk
membentuk atau mengembangkan kepribadiannya atau dalam berperilaku.
C. Struktur Kelompok Sosial
1.
Definisi Struktur Sosial
Secara harfiah, struktur
bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk. Struktur tidak harus dalam bentuk
fisik, ada pula struktur yang berkaitan dengan sosial. Menurut ilmu sosiologi,
struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok
sosial dalam masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau
horizontal.
Para ahli sosiologi
merumuskan definisi struktur sosial sebagai berikut:
a. George Simmel:
struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola perilakunya.
b. George C.
Homans: struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan
perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.
c. William
Kornblum: struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena adanya
pengulangan pola perilaku undividu.
d. Soerjono
Soekanto: struktur sosial adalah hubungan timbal balik antara posisi-posisi dan
peranan-peranan sosial.
2.
Ciri-ciri Struktur Sosial
a. Muncul pada
kelompok masyarakat
Struktur sosial hanya
bisa muncul pada individu-individu yang memiliki status dan peran. Status dan
peranan masing-masing individu hanya bisa terbaca ketika mereka berada dalam
suatu sebuah kelompok atau masyarakat.
Pada setiap sistem sosial
terdapat macam-macam status dan peran indvidu. Status yang berbeda-beda itu
merupakan pencerminan hak dan kewajiban yang berbeda pula.
b. Berkaitan erat
dengan kebudayaan
Kelompok masyarakat lama
kelamaan akan membentuk suatu kebudayaan. Setiap kebudayaan memiliki struktur
sosialnya sendiri. Indonesia mempunyai banyak daerah dengan kebudayaan yang
beraneka ragam. Hal ini menyebabkan beraneka ragam struktur sosial yang tumbuh
dan berkembang di Indonesia.
Hal-hal yang memengaruhi
struktur sosial masyarakat Indonesia adalah sbb:
1) Keadaan
geografis
Kondisi geografis terdiri
dari pulau-pulau yang terpisah. Masyarakatnya kemudian mengembangkan bahasa,
perilaku, dan ikatan-ikatan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
2) Mata pencaharian
Masyarakat Indonesia
memiliki mata pencaharian yang beragam, antara lain sebagai petani, nelayan,
ataupun sektor industri.
3) Pembangunan
Pembangunan dapat
memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia. Misalnya pembangunan yang
tidak merata antra daerah dapat menciptakan kelompok masyarakat kaya dan
miskin.
c. Dapat berubah
dan berkembang
Masyarakat tidak statis
karena terdiri dari kumpulan individu. Mereka bisa berubah dan berkembang
sesuai dengan tuntutan zaman. Karenanya, struktur yang dibentuk oleh mereka pun
bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
C. Fungsi Struktur Sosial
1. Fungsi Identitas
Struktur sosial berfungsi
sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok. Kelompok yang
anggotanya memiliki kesamaan dalam latar belakang ras, sosial, dan budaya akan
mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari kelompok lainnya.
2. Fungsi Kontrol
Dalam kehidupan
bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk melanggar
norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam masyarakat. Bila individu
tadi mengingat peranan dan status yang dimilikinya dalam struktur sosial,
kemungkinan individu tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar aturan.
Pelanggaran aturan akan berpotensi menibulkan konsekuensi yang pahit.
3. Fungsi
Pembelajaran
Individu belajar dari
struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Hal ini dimungkinkan mengingat
masyarakat merupakan salah satu tempat berinteraksi. Banyak hal yang bisa
dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap, kebiasaan,
kepercayaan dan kedisplinan.
Bentuk struktur sosial
terdiri dari stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial. Masing-masing punya
ciri tersendiri.
1. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi berasal dari
kata strata atau tingkatan. Stratifikasi sosial adalah struktur dalam
masyarakat yang membagi masyarakat ke dalam tingkatan-tingkatan.
Adanya perbedaan dalam
jumlah harta, jenjang pendidikan, asal-usul keturunan, dan kekuasaan membuat
manusia dapat disusun secara bertingkat. Ada yang berada di atas, ada pula yang
menempati posisi terbawah.
Berdasarkan sifatnya,
stratifikasi sosial dapat dibagi menjadi 2:
1.
Stratifikasi
Sosial Tertutup
Adalah stratifikasi
sosial yang tidak memungkinkan terjadinya perpindahan posisi (mobilitas sosial).
2.
Stratifikasi Sosial terbuka
Adalah stratifikasi yang
mengizinkan adanya mobilitas, baik naik ataupun turun. Biasanya stratifikasi
ini tumbuh pada masyarakat modern.
Menurut dasar ukurannya,
stratifikasi sosial dibagi menjadi:
a. Dasar ekonomi
Berdasarkan status
ekonomi yang dimilikinya, masyarakat dibagi menjadi:
1) Golongan Atas
Termasuk golongan ini
adalah orang-orang kaya, pengusaha, penguasan atau orang yang memiliki
penghasilan besar.
2) Golongan Menengah
Terdiri dari pegawai
kantor, petani pemilik lahan dan pedagang.;
3) Golongan Bawah
Terdiri dari buruh, tani
dan budak.
b. Dasar pendidikan
Orang yang berpendidikan
rendah menempati posisi terendah, berturut-turut hingga orang yang memiliki
pendidikan tinggi.
c. Dasar kekuasaan
Stratifikasi jenis ini
berhubungan erat dengan wewenang atau kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang.
Semakin besar wewenang atau kekuasaan seseorang, semakin tinggi strata
sosialnya. Penggolongan yang paling jelas tentang stratifikasi sosial
berdasarkan kekuasaan terlihat dalam dunia politik.
2. Diferensiasi
Sosial
Menurut Soerjono
Soekanto, diferensiasi sosial adalah penggolongan masyarakat atas
perbedaan-perbedaan tertentu yang biasanya sama atau sejajar. Jenis
diferensiasi antara lain:
a. Diferensiasi ras
Ras adalah su8atu
kelompok manusia dengan ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Secara umum, manusia
dapat dibagi menjadi 3 kelompok ras, yaitu Ras Mongoloid, Negroid, dan
Kaukasoid. Orang Indonesia termasuk dalam ras Mongoloid.
b. Diferensiasi
suku bangsa
Suku bangsa adalah
kategori yang lebih kecil dari ras. Indonesia termasuk negara dengan aneka
ragam suku bangsa yang tersebar dari Pulau Sumatera hingga papua.
c. Diferensiasi
klen
Klen merupakan kesatuan
keturunan, kepercayaan, dan tradisi. Dalam masyarakat Indonesia terdapat 2
bentuk klen utama, yaitu:
1) Klen atas dasar
garis keturunan ibu (matrilineal). Contohnya yang terdapat pada masyarakat
Minangkabau.
2) Klen atas dasar
garis keturunan ayah (patrilineal). Contohnya yang terdapat pada masyarakat
Batak.
d. Diferensiasi
agama
Di Indonesia kita
mengenal agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghuchu, dan
kepercayaan lainnya.
e. Diferensiasi profesi
Masyarakat biasanya
dikelompokkan atas dasar jenis pekerjaannya.
f. Diferensiasi jenis kelamin
Berdasarkan jenis
kelamin, masyarakat dibagi atas laki-laki dan perempuan yang memiliki derajat
yang sama.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kelompok social adalah himpunan atau
kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antar
mereka. Hubungan tersebut anntara lain menyangkut hubungan timbal balik yang
saling pengaruh mempengaruhi dan juga suatu kesadaran kesadaran untuk saling
tolong menolong, serta adanya suatu organisasi dengan anggotanya.
Bentuk kelompok sosial, yaitu:
1. In Group dan
Out Group
2.
Kelompok Primer dan Sekunder
3.
Gemainschaft dan Gesellschaft
4.
Kelompok Formal dan Informal
5.
Membership Group dan Reference Group
Struktur Sosial adalah
urutan derajat kelas sosial dalam masyarakat mulai dari terendah sampai
tertinggi. Contoh: kasta.
B.
Saran
Kami mengharapkan setelah presentasi makalah kami ini
dapat menambah kafaah keilmuan kita bersama, selain itu agar dapat menerapkam
ilmu yang kita peroleh dengan baik, agar tidak terjadi suatu prilaku atau sikap
yang tidak baik atau yang tidak berkenan bagi orang lain.
Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”,
demikian juga terjadap makalah kami ini, oleh karena itu kami mohon kritikan
dan saran dari rekan-rekan semua yang membangun agar penulis lebih baik ke
depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1990. Psikologi Sosial, Semarang : Rineka
Cipta.
Soekanto,
Soerjono. 1980. Pokok-Pokok Sosiologi
Hukum, Jakarta : Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar