Nabi Muhammad SAW. Telah bersabda yang
artinya “Aku meninggalkan 2 pusaka kepada kamu sekalian, barang siapa yang
berpegang teguh kepada keduanya maka tidak akan sesat selamanya, yaitu alquran
dan sunnah”. Dari hadis ini dapat disimpulkan bahwa Alquran merupakan
sumber utama hokum islam dan yang pertama, maka dari itu banyak pengkajian
tentang pembelajaran isi-isi dari alquran itu sendiri.
Al-Quran sebagai
diketahui terdiri dari 114 surat ,
yang di awali dengan beberapa macam pembukaan (fawatih al-suwar) . di
antara macam pembuka surat
yang tetap aktual pembahasannya hingga sekarang ini huruf muqatha’ah. Menurut
Watt, huruf-huruf yang terdiri dari huruf-huruf alphabet (hijaiyah) ini,
selain mandiri juga mengadung banyak misterius, karena sampai saat ini belum
ada pendapat yang dapat menjelaskan masalah itu secara memuaskan.
- Pengertian
Apabila kita membaca Al-Quran secara global, maka kita
akan mendapati ayat yang bersifat muhkamat dan mutasyabihat. Fawatih assuwar
adalah kalimat yang dipakai untuk pembukaan surah, ia merupakan ayat yang
bersifat mutasyabihat karena ia bersifat mujmal, mu’awwal dan musykil[1].
Secara etimologi, fawatih assuwar berarti pembukaan surat , karena letaknya diawal surat . Huruf ini disebut dengan huruf Almuqaththa’ah (huruf-huruf yang
terpotong-potong), karena posisinya terpisah dengan ayat-ayat lain dan tidak
bergabung membentuk kalimat sempurna[2].
Ahmad bin Musthafa mengatakan bahwa
pembukaan-pembukaan surat
itu bertujuan untuk memperindah dan menyempurnakan bentuk-bentuk penyampaian,
denagn sarana pujian atau melalui huruf-huruf. Selian itu, ia dipandang untuk
merangkum semua materi yangakan disampaikan lewat kata-kata awal[3].
- Macam-Macam
Bentuk Fawatih Assuwar
Bentuk redaksi dari fawatih assuwar
dalam Al-Quran dijelaskan sebagai berikut.
1.
terdiri dari satu huruf, terdapat
pada dua surah :
a)
Surah Shad (QS. 38)
b)
Surah Qaaf (QS. 50)
c)
Surah Al Qalam (QS. 68)
2.
terdiri dari dua huruf, terdapat
pada sepuluh surat
:
a)
Surah Al Mukmin (QS. 40)
b)
Surah Fushshilat (QS. 41)
c)
Surah Asysyura (QS. 42)
d)
Surah Azzukhruf (QS. 43)
e)
Surah Addukhan (QS. 44)
f)
Surah Al Jatsiyah (QS. 45)
g)
Surah Al Ahqaf (QS. 46)
h)
Surah Thaha (QS. 20)
i)
Surah Annamal (QS. 27)
j)
Surah Yasin (QS. 36)
3.
terdiri dari tiga huruf, terdapat
pada tiga belas surah :
a)
Surah Al Baqarah (QS. 2)
b)
Surah Ali Imran (QS. 3)
c)
Surah Al Ankabut (QS. 29)
d)
Surah Arrum (QS. 30)
e)
Surah Luqman (QS. 31)
f)
Surah Sajadah (QS. 32)
g)
Surah Yunus (QS. 10)
h)
Surah Hud (QS.11)
i)
Surah Yusuf (QS.12)
j)
Surah Ibrahim (QS.14)
k)
Surah Al Hijir (QS.15)
l)
Surah Asysyu’araa (QS. 26)
m)
Surah Al Qashash (QS. 28)
4.
terdiri dari empat huruf, terdapat
pada dua surah :
a)
Surah Al A’raf (QS. 7)
b)
Surah Arra’du (QS. 13)
- Pendapat
Ulama tentang Makna Fawatih Assuwar
1.
Mufassir dari Kalangan Tasawuf
Mereka berpendapat, bahwa huru-huruf tersebut berasal
dari nama-nama Allah Yang Mulia. Tiap-tiap huruf itu menggantikan suatu kalimat
yang berhubungan dengan sesudahnya, atau huruf itu menunjuk kepada maksud yang
dikandung oleh surat
yang surah tersebut dimulai dengan huruf-huruf itu.
Dalam tradisi para sufi, rahasia-rahasia huruf
tersebut dijelaskan dengan perspektif esoteric-esoterik. Ibnu ‘arabi yang
menjadi pelopor dalam hal ini. Ia menjelaskan bahwa alif adalah nama Ilahi, yang
menunjukkan bahwa ia merupakan yang pertama dari segala existensi, sedangkan lam sebaliknya terbentuk dari dua alif, dan
keduanya dikandung oleh mim. Lebih
jauh ia jelaskan bahwa setiap nama adalah referensi untuk hakikat (esensi).
Oleh karena itu mim merupakan
referensi terhadap tindakan Muhammad. Ia juga menjelaskan bahwa alif adalah simbol tindakan-tindakan
Muhammad maka lam yang mengantarkan alifi dan mim merupakan symbol nama malaikat Jibril[5]
Ibnu Abbas (w. 65 H.) mengemukakan makna dari
huruf-huruf tersebut. Huruf kaaf
berasal dari kata kariim (Maha
Penyantun), huruf haa berasal dari
kata hadin (Maha Penuntun), huruf yaa berasal dari kata hakim (Maha Bijaksana), huruf ‘ain berasal kata ‘alim (Maha Mengetahui), dan huruf shaad berasal dari kata shadiq
(Maha Benar)[6]
2.
Mufassir Orientalis
Banyak pendapat yang dikemukakan, diantara yang
memberikan pendapat yang tidak jauh berbeda adalah Alan Jones, Noldeke, Hirscfeld
dan Edwar Gossens. Tetapi pendapat yang paling jauh menyimpang dari kebenaran
adalah Noldeke, yang kemudian dikoreksi, bahwza awalan surah itu tidak lain
adalah huruf depan dan huruf belakang dari nama-nama para sahabat Nabi. Misalnya
huruf sin adalah nama dari Sa’ad bin
Abi Waqash, mim adalah huruf depan
dari nama Mughirah, huruf nun adalah
nama akhir dari Usman bin Affan, dan lain-lain.
3.
Al-Khuwaibi
Ia mengatakan bahwa huruf-huruf tersebut adalah tanbih bagi Nabi, mengkin pada suatu
saat Nabi dalam dalam keadaan sibuk, maka Allah menyuruh Jibril untuk
memberikan perhatian terhadap apa yang disampaikan kepadanya.
4.
Rasyid Ridha
Ia menolak pendapat dari Khuwaibi diatas, karena Nabi
senantiasa dalam keadaan sadar dan senantiasa menanti kedatanagan wahyu
Ia sependapat dengan Ar-Razi, bahwa tanbih ini
ditujukan kepada orang musyrik Mekkah dan Ahli Kitab Madinah, karena mereka
apabila mendengar Nabi membacakan Al Quran mereka satu sama lain menganjurkan
untuk tidak mendengarkannya. Disebutkan dalam surat Fusilat : 26
tA$s%ur
tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. w
(#qãèyJó¡n@ #x»olÎ;
Èb#uäöà)ø9$# (#öqtóø9$#ur
ÏmÏù ÷/ä3ª=yès9
tbqç7Î=øós? ÇËÏÈ
Artinya
: “Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan
sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya
kamu dapat mengalahkan mereka".
5.
Mufassir dari Kalangan Syi’ah[7]
Mereka mengatakan bahwa jika huruf-huruf awalan itu
dikumpul setelah dihapus ulangan-ulangannya maka akan berarti “Jalan Ali adalah
kebenaran yang harus kita pegang teguh”. Tampaknya pentafsiran itu untuk
memperlihatkan begitu kuatnya posisi Ali dalam keimanan mereka.
6.
Azzamkhsari[8]
Dia di dalam tafsirnya “Ai-Qasysyaf”, dijelaskan bahwa
adalah :
a)
Merupakan nama surah
b)
Sumpah Allah
c)
Supaya menarik perhatian orang
yang mendengarkannya
7.
Ulama Salaf
Ulama salaf berpendapat bahwa fawatih assuwar itu
adalah telah disusun semenjak zaman azali sedemikian rupa supaya melengkapi
segala yang melemahkan manusia dari mendatangkannya seperti Al Quran.
Mereka juga memahaminya sebagai rahasia yang hanya
diketahui oleh Allah. Diantara mereka adalah ‘Ali bin Abi Thalib yang
mengatakan “Setiaap kitab mempunyai sari
pati (safwah), dan sari pati Al-Quran adalah huruf-huruf ejaannya.”,
riwayat senada yang diucapkan Abu Bakar, “Setiap
kitab memiliki rahasia dan rahasia Al-Quran adalah permulaan-permulaan suratnya
(awail assuwar), ahli haditspum meriwayatkan bahwa imam yang empat berkata,
“Huruf-huruf Al-Quran ini adalah ilmu
yang tersembunyi dan rahasia yang diketahui oleh Allah semata”[9]
Kesimpulan
Ibnu Abi Al Asba’ menulis sebuah kitab yang secara mendalam
membahas tentang bab ini, yaitu kitab Al-Khaqathir Al-Sawanih fi Asrar
Al-Fawatih. Ia mencoba menggambarkan tentang beberapa kategori dari
pembukaan-pembukaan surat
yang ada di dalam Al-Quran. Pembagian karakter pembukaannya adalah sebagai
berikut. Pertama, pujian terhadap Allah swt yang dinisbahkan kepada
sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Kedua, yang menggunakan huruf-huruf
hijaiyah; terdapat pada 29 surat .
ketiga, dengan mempergunakan kata seru (ahrufun nida), terdapat
dalam sepuluh surat .
lima seruan
ditujukan kepada Rasul secara khusus. Dan lima
yang lain ditujukan kepada umat. Keempat, kalimat berita (jumlah
khabariyah); terdapat dalam 23 surat .
kelima, dalam bentuk sumpah (Al-Aqsam); terdapat dalam 15 surat
Dra. Abu Anwar, M.Ag. Ulumul Quran, Amzah, Pekanbaru, 2005.
Drs. H. Rusydi AM, Lc., M.Ag. Ulum Al-Quran I, IAIN-IB Press, Padang , 1999
Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulumul Quran, Pustaka Setia, Bandung , 2008
Drs. H. Ahmad Syadali, M.A., Drs.
H. Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran I, Pustaka
Setia, Bandung ,
2000
[1] Dra. Abu
Anwar, M.Ag. Ulumul Quran, Amzah,
Pekanbaru, hal 89
[2] Drs. H.
Rusydi AM, Lc., M.Ag. Ulum Al-Quran I, IAIN-IB
Press, Padang ,
hal 93
[3] Ibid, hal 94
[4] Dr.
Rosihon Anwar, M.Ag, Ulumul Quran, Pustaka
Setia, Bandung ,
hal 130
[6] Drs. Abu
Anwar, M.Ag, Loc.cit, hal 94
[9] Dr.
Rosihon Anwar, M.Ag, Ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar