Penelitian (research) yang dilahirkan oleh
dunia ilmu pengetahuan mengandung implikasi-implikasi yang bersifat ilmiah,
oleh karena hal tersebut merupakan proses penyelidikan yang berjalan sesuai
dengan ketetapan-ketetapan dalam ilmu pengetahuan tentang penelitian.
Kebenaran-kebenaran yang objektif yang diperoleh
tersebut kemudian digunakan sebagai dasar atau landasan untk pembaharuan,
perkembangan atau perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dan praktis dan
bidang pengetahuan yang bersangkutan.
Agama adalah suatu ketundukan atau penyerahan diri
pada kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia yang dipercaya mengatur dan
mengendalikan jalannya, alam dan kehidupan manusia.
Penelitian agama tentu sangat erat kaitannya dengan
agama itu sendiri. Dan penelitian ini pun mempunyai jenis yang banyak sesuai
dengan kebutuhannya.
Penelitian berasal dari kata teliti yang artinya
cermat, seksama,pemeriksaan yang dilakukan secara seksama dan teliti, dan dapat
pula berarti penyelidikan. Selanjunya penelitian (research) yang
dilahirkan oleh dunia ilmu pengetahuan mengandung implikasi-implikasi yang
bersifat ilmiah, oleh karena hal tersebut merupakan proses penyelidikan yang
berjalan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam ilmu pengetahuan tentang
penelitian atau yang selanjutnya disebut metodology of research.[1]
Tujuan pokok dari kegiatan penelitian ini adalah
mencari kebenaran-kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-data yang
terkumpul. Kebenaran-kebenaran yang objektif yang diperoleh tersebut kemudian
digunakan sebagai dasar atau landasan untk pembaharuan, perkembangan atau
perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dan praktis dan bidang pengetahuan
yang bersangkutan.
Telah banyak ahli ilmu pengetahuan seperti
Antropologi, psikologi, sosiologi dan lain-lain yang mencoba mendefenisikan
agama, tetapi banyak pula hasilnya yang tidak memuaskan, karena tidak dapat
diperoleh defenisi yang seragam. R.R.Maret, salah seorang ahli Antropologi
Inggris misalnya mengatakan bahwa agama adalah yang palng sulit dari semua
perkataan untuk didefenisikan, karena agama menyangkut lebih daripada hanya
pikiran yaitu perasaan dan kemauan juga, dan dapat memanifestasikan dirinya
menurut segi-segi emosionalnya walaupun idenya kabur.
Menurut E.B.Taylor, agama adalah kepercayaan terhadap
kekuatan gaib. Lain dengan J.G.Frazer, menurutnya agama adalah suatu ketundukan
atau penyerahan diri pada kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia yang
dipercaya mengatur dan mengendalikan jalannya, alam dan kehidupan manusia.
Dia juga mengatakan bahwa agama terdiri dari dua
elemen yakin yang bersifat teoritis dan praktis. Yang bersifat teoritis berupa
kepercayaan kepada kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia,
sedangkan ynag bersifat praktis adalah usaha manusia untuk tunduk pada
kekuatan-kekuatan tersebut serta usaha yang mengembirakannya.[2]
Menurut Harun Nasution, Guru besar filsafat dan teologi
islam berdasarkan analisisnya terhadap berbagai kata yang berkaitan dengan
agama yaitu ad-din, religi dan kata agama itu sendiri sampai pada kesimpulan
bahwa intisari yang terkandung dalam istilah-istilah diatas adalah ikatan.
Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipakai manusia, ikatan
ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia
sehari-hari. Ikatan ini berasal dari suatu kekuatan yang tinggi dari pada
manusia.[3]
Beradasarkan rumusan tersebut, Harun Nasution menyebutkan
delapan macam defenisi agama. Dua diantaranya :
1.
Agama berarti pengakuan terhadap
adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatuhi
2.
Mengikat diri pada suatu bentuk
yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia
dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia
Jadi, penelitian agama adalah suatu upaya memeriksa,
mempelajari, meramalkan dan memahami secara seksama susunan atau bangunan
dasar-dasar atau hukum-hukum dan ketentuan lainnya yang diperlukan untuk
melakukan penelitian terhadap bentuk melaksanakan ajaran agama sebagai
pertimbangan untuk pengembangan ajaran agama sesuai tuntunan zaman.
Sederhananya, yang dimaksud dengan Penelitian Agama
adalah pendekatan ilmiah yang diterapkan untuk menyelidiki masalah-masalah
agama. Upaya ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat
dipertanggung jawabkan mengenai berbagai masalah agama dari segi bentuk
pelaksanaannya.
B. Macam-macam dan Jenis Penelitian
Berbagai gejala keagamaan dapat diteliti dengan
berbagai bentuk penelitian. Bentuk-bentuk penelitian serta klasifikasi metode
penelitian dapat dibedakan berdasarkan tujuan penelitian, jenis data yang
dikumpulkan, serta sumber data.
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, penelitian dapat dibedakan
menjadi ;
1.
Penelitian Eksploratif
Gejala keamanan dapat diteliti secara eksploratif bila
peneliti banyak menerima informasi tentang gejala-gejala keagamaan tersebut. Bila
disuatu tempat terjadi gejala keagamaan tertentu, seperti fatwa yang menghalalkan
berzina asal dimulai dengan membaca basmalah, maka fenomena keagamaan
tersebut dapat dieksplorasi, baik melalui telaah kepustakaan (seperti koran dan
majalah), data lapangan, maupun gabungan antara keduanya.
Penelitian eksploratif dapat digunakan untuk mengamati
gejala keagamaan yang sedang terjadi, atau gejala keagamaan yang terjadi dimasa
lampau. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian eksploratif,dapat
dikembangkan berbagai penelitian lain, seperti penelitian histories,
deskriptif, kolerasional dan eksperimen. Karana itu, eksploratif sering
disebut penelitian pendahuluan.
2.
Penelitian Sejarah
Bila gejala keagamaan terjadi dimasa lampau dan
peneliti berminat mengetahuinya, maka peneliti dapat melakukan penelitian
sejarah, yakni melakukan rekonstruksi
terhadap fenomena masa lampau baik gejala keagamaan yang terkait dengan
masalah politik, social, ekonomi dan budaya. Bagaimana peran pesantren dan kyai
yang melakukan perlawanan terhadap tentara belanda dalam agresi militer kedua
(1984)?. Sejarah ini belum lama berlalu sehingga masih banyak saksi hidup.
Karena itu, untuk merekontruksinya, peneliti dapat melakuakan wawancara
mendalam dengan pelaku sejarah dan saksi hidup. Juga dapat melakukan telaah
kepustakaan, seperti koran, majalah, arsip, dokumen-dokumen pribadi dan lain
sebagainya.
Namun demikian, bila peneliti berminat merekonstruksi
berbagai gejala keagamaan yang sudah tidak ada saksi hidup, maka peneliti harus
melakukan telaah kepustakaan. Dalam sejarah, sumber sejarah dibagi menjadi dua
bagian : sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
dokumen, catatan harian, arsip, biografi yang ditulis langsung oleh pelaku dan yang
ditulis orang-orang yang sezaman. Sedangkan sumber sekunder adalah data sejarah
yang bersumber dari rekonstruksi orang lain, seperti buku dan artikel yang
ditulis oleh orang-orang yang tidak sazaman dengan peristiwa itu. Bagaimana
implementasi hokum syara’ pada kesultanan demak? Hal ini dapt direkonstruksi
melalui sumber pustaka.
Penelitian sejarah tidak berdiri sendiri melainkan
terkait dengan berbagai disiplin ilmu social lain. Karena itu dalam konteks ini
perlu dibedakan antara lain penelitian sejarah dan pendekatan
sejarah. Dalam penelitian sejarah, rekonstruksi gejala social-religius masa
lampau menjadi tujuan utama peneliti. Untuk mempertajam rekonstruksi gejala
masa lampau tersebut, peneliti dapat menggunakan berbagai teori yang diadopsi
dari berbagai disiplin ilmu lain, seperti teori-teori ilmu politik, sosiologi,
antropologi, dan ekonomi. Karena itu, penelitian sejarah dapat dilakukan dengan
pendakatan sosiologis, ekonomi, politik, dan lain-lain.Bahkan, penelitian
sejarah dapat dilakukan dengan pendekatan multi disiplin.
3.
Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan gejala sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Dalam penelitian agama, penelitian deskriptif
berusaha menggambarkan suatu gejala keagamaan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian eksploratif.
Penelitian eksploratif belum memiliki variabel yang menjadi focus pengamatan,
karena peneliti belum banyak mendapat informasi tentang gejala keagamaan
tersebut.. Sedangkan penelitian deskriptif sudah memiliki variabel yang menjadi
focus pengamatan. Dalam penelitian ini, variabel yang menjadi focus pengamatan
boleh lebih dari satu, sesuai minat peneliti.
Penelitian ini dapat dilakukan dengan kualitatif dan
kuantitatif. Selain itu, penelitian deskriptif dapat menggunakan data
kepustakaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
4.
Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional adalah penelitian yang
berusaha menghubungkan atau mencari hubungan satu fariabel dengan fariabel
lain. Karena itu, dalam penelitian korelasional dikenal adanya variable
bebas (variable yang diduga mempengaruhi variable lain) dan variable
terikat (variable yang dipengaruhi variable bebas).
Hubungan antara variable bebas dengan varibel terikat
dapat dibuktikan dengan data lapangan (baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif) dan data hasil studi kepustakaan, atau gabuangan antara studi
lapangan dengan hasil studi kepustakaan.
5.
Penelitian Eksperimen
Suatu fenomena dalam kehidupan social keagamaan sering
kali terjadi bukan disebabkan oleh satu variable melainkan akibat dari berbagai
variable secara stimulan. Penelitian korelasional hanya menelaah salah satu
atau beberapa variable bagi terjadinya suatu fenomena social. Variabel-variabel
itu dipilih berdasarkan telaah logis atau berdasarkan teori tertentu.
Penelitian tersebut akan membuktikan sejauh mana variable yang dipilih memiliki
hubungan yang terjadinya suatu fenomena social keagamaan, atau sejauh mana
variable-variabel tersebut memberi pengaruh bagi terjadinya fenomena keagamaan
tertentu.
Penelitian eksperimen tidak hanya melihat hubungan
antara satu variable dengan variable lain melainkan sejauh mana suatu variable
berpengaruh pada variable secara kausalitas. Berbagai variable lain yang diduga
akan mengganggu hubungan sebab-akibat akan dikendalikan sedemikian rupa,
sehingga peneliti dapat melihat sejauh mana suatu variable berpengaruh secara
kausalitas bagi terjadinya suatu fenomena social.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar