Minggu, 14 Februari 2016

PENYEBARAN DAN PERKEMBANGAN MAZHAB

            Pada masa Tabi’-Tabi’in yang dimulai pada awal abad kedua hijriyah, kedudukan ijtihat sebagai istimbat hukum semakin kokoh dan meluas, sesudah itu muncullah mazhab-mazhab di dalam bidang hukum Islam, baik dari golongan Ahl Al-Hadits, maupun dari golongan Ahl Arra’yi. Munculnya mazhab-mazhab tersebut, menunjukkan betapa majunyaperkiembangan hukum Islam pada masa itu.
Hal ini disebabkan tiga factor yang sangat menentukan bagi perkembangan hukum Islam sesudah wafatnya Rasulullah, yaitu;
1.            Semakin luasnya daerah kekuasaan Islam, mencakupwilayah-wilayah semenanjung Arab, Irak, Mesir, Syam, Persia dan lain-lain.
2.            Pergaulan kaumuslimin dengan bangsa yang ditaklukannya. Mereka terpengaruh oleh bedaya, adat istiadat serta tradisi bangsa tersebut.
3.            Akibat jauhnya bangsa-bangsa yang ditaklukan itu denagn ibu kota Khalifah (pemerintahan) Islam, para gubernur, para hakim dan para ulama harus melakukan jihad guna memeberikan jawaban terhadap problem dan masalah-masalah baru yang dihadapi
Di masa Tabi’-Tabi’in, pada golongan Jumhur muncul tiga belas mazhab, yang berarti pula telah lahir tiga belas mujtahid. Akan tetapi, hanya sembilan mazhab yang popular dan melembaga ditenga-tengah masyarakat dan pengikutnya. Pada periode inilah kelembagaan fiqih serta pembukuannya mulai dikodifikasikan secara baik, sehingga memungkinkan semakin berkembang pesat para pegikutnya yangb semakin banyak dan kokoh[1].
Perkembangan selanjutnaya, proses bermazhab lebih menekankan pada apek personal. Oleh karena itu secara ilmiyah, mazhab fiqih identik dengan nama seseorang. Berikut ini kutipan Qadri Azizy dalam menyikapi proses bermazhab:
“Dalam perjalanan sejarahnya, mazhab klasik Iraq kemudian bertahan atau mengkristal hanya pada kalangan pengikut Imam Malik, …dalam proses transformasi mazhab klasik menjadi mazhab personal dan ini sudah mulai terjadi pada abad kadua dan menjadi sempurna pada abad ketiga Hijriyah. Artinya pada abad inilah nama mazhab atas dasar daerah (Hijaz, Iraq dan Syrian) tidak populer lagi[2]

Fakta di atas, dilihat dari sebaran mazhab dan masih berlaku, secara alamiyyah, ada mazhab yang bertahan dan ada yang telah punah. Dalam penelitian Cik Hasan Bisri, sebagai berikut; “Pertama, dalam komonitas Sunny terdapat tiga belas mazhab, diantaranya  empat mazhab yang masih berkembang (Hanafi, Maliki, Sysfi’I dan Hambali). Ada empat factor yang menyebabkan mazhab-mazhab tersebut dapat bertahan;
a.       Pendapat-pendapat mereka dikumpulkan dan dibukukan
b.      Adanya murid-murid yang berusaha menyebar luaskan pendapat-pendapat mereka sertta mempertahankan dan membelanya
c.       Adnya kecendrungan jumhur ulama yang menyarankan agar keputusan yang diputuskan oleh hakimharus berasal dari suatu mazhab, sehinga daalam berpendapat tidak ada dugaan yang negative, karena mengikuti hawa nafsu dalm mengadili.

Mazhab-mazhab tersebut tersebar keseluruh pelosok Negara yang berpenduduk muslim. Dengan tersebarnya mazhab-mazhab tersebut, berarti tersebar pula syari’at Islam kepelosok dunia yang dapat mempermudah umat Islam untuk melaksanakannya[3]. Kedua, dalam komonitas Syi’I terdapat empat mazhab, diantaranya tiga mazhab yang masih berkembang (Ja’far[imami], Zaidi dan Isma’il). Ketiga, dalam komonitas Khawarij hanya terdapat satu mazhab yang masih berkembang, yakni mazhab ‘Ibadi[4]”.
Fakta ini didukuang bahwa sampai sakarang bahwa ketiga mazhab tersebut memiliki mpenganut dan lembaga perwakilan masing-masing, Bahkan belu lama ini Qatar menyelengggarakan muktamar ketiga mazhab ini[5].
Dari uraian, diatas dapat dipahami bahwa mazhab fiqih yag berkembang pada saat ini ada tiga mazhab, yaitu; mazhab dari golongan Sunni, Syi’ah dan Khawarij. Dan ada pulah azhab-mazhab yang punah, yaitu; Laisi, Auza’I, Tsaur I, Sufyani, Ishaqi, Zhahiri, Thabari, Abu Tsaur, Nakha’I, Ja’fari, Zaidi, Isma’ili, Fathmi dan ‘Ibadi.

1.            Mazhab  Hanfi
Mazhab Hanafi diistimbatkan kepada Imam Abu Hanifah. Beliau dikenal dengan Imam Ahlurra’yi serta fiqih dari Iraq yang banyak dikunjungi oleh berbagai ulama pada zamannya. Mazhab ini dikenal banyak menggunakan ra’yu, qiyas dan astihsan. Muhammad Salam Madkur mengungkapkan karakteristik manhaj Hanafi sebagai berikut;
“Fiqih Hanafi membekas kepada ahli Kufah negri imam Abu Hanifah dilahirkan yag mengembangkan aplikasi adat, qiyas dan istihsan. Bahkan, dalam tingkatan imam, beliau sering melewatkan beberapa persoalan; yakni apabila tidak ada nash, ijma’ dan qaul sahabat kepada qiyas, dan apabila qiyasnya buruk (tidak rasional), beliau meninggalkan dan beralih ke istihsan, dan apabila tidak meninggalkan qiyas, beliau mengembalikan kepada apa-apa yang telah dilakukan umat Islam dan apa-apa yang telah diyakini umat Islam, begitulah hingga tercapai tejuan berbagai masalah.”[6]
Adapun murid-murid beliau yang terkenal adalah:
a.       Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ibrahim Al Anshari Al Kufi (113 H-182 H). beliau yang telah berjas besar dalam mengebangkan mazhab Hanafi
b.      Muhammad Ibn Al Hasan Asy Syaibani (132 H-189 H). be,iau tidak lama menyertai Imam Abu Hanifah dan pernah belajar kapada imam Malik. Tetapi beliaulah yang berusaha membukukan mazhab Hanafi. Di negara Mesir, Turki, Siria dan Libanon mazhab ini adalah mazhab resmi. Dan mazhab inilah yang dianut oleh sebagian besar penduduk Afganistan, Pakistan, Turkistan, muslimin India dan Tiongkok.[7]

2.            Mazhab Maliki
Mazhab ini adalah hasil dari pemikiran Imam Malik. Pada zamannya, beliau terkenal sebagai ahli hadits dan fiqih terkemuka.pemikiran beliau dapat dilihat dalam kitabnya Al-Muwaththa’ yang disusun atas permintaan Khalifah Harun Arrasyid dan baru diselesaikan pada masa Khalifah Al-Ma’mum.
Ulama-ulama yang terkenal dari mesir yang mengembangkan mazhab Maliki, diantaranya;
a.             Abu Abdillah Abdurrahman ibn Al-Qasyim Al-Utaqi (191 H)
b.            Abu Muhammad Abdullah ibn Wahab ibn Muslim (197 H)
c.             Asyhab ibn Abdul Azis Al-Kaisi (204 H)
d.            Abdullah ibn Abdul Hakam (134 H)
e.             Asbaq ibn Fajr Al-Amawi (226 H)
Ualama-ualama yang mengembangakan mazhab Maliki di Afrika Utara dan Spanyol, diantaranya;
a.             Abdul Hasan ibn Ziyad At-Tunsi (183 H)
b.            Abu Abdullah Ziyad ibn Abdirrahman Al-Qurthubi (193 H)
c.             Isa ibn Dinar Al-Quthubi Al-Andalusia (212 H)
d.            Asad ibn Al-Furat (142-217 H)
e.             Yahya ibn Katsir (234 H)
Pada masa sekarang ini, mazhab Maliki berkembang di Maroko, Aljazair, Tunisia, Libia dan di pedalaman Mesir, Sudan, Bahrain dan Kuait.[8]

3.            Mazhab Syafi’I
Mazhab ini adalah hasil pemikiran dari ImamMuhammad ibn Idris Asysyafi’i. beliau diakui sebagai ulama fiqih, usul fiqih dan hadits oleh para ulama sezamannya.sebagai oranag yang hidup dizaman meruncingnya pertentangan antara aliran Ahlulhadits dan Ahlurra’yu, beliau berupaya mendekatkan pendangan kedua aliran ini. Sebab itu beliau belajar kepada Imam Malik sebagai tokoh ahli hadits dan kepada Imam Muhammad bin Hasan Asyayaibani sebagai tokoh ahli ra’yu.
Pada mulany beliau mengikuti Imam Malik, tetapi setelah melewati beberapa kota dan pengalaman-penagalaman baru, beliau membentuk mazhab sendiri yaitu mazhab qadim (mazhab lama) yang dibentuk di Iraq. Kemudian pada tahin 200 H, beliau menuju Mesir. Disinilah beliau membentuk mazhab jadid (mazhab baru), dan sini juga beliau mengarang kitab-kitabnya yang terkenal hingga sekarang, diantaranya; Arrisalah dan Al-Um.
Penyebarluasan pemikiran bewliau tidak seperti Imam Hanafi dan Malik. Diawali melalui kitab uhul fiqih dan kitab fiqihnya, pokok pikira dan prisip dasar Mazhab Syafi’ ini kemudian disebarluakan dan dikembangkan oleh para muridnya. Tiga orang murid beliau yang terkenal sebagai pengembang dan penyebarluaskan adalah Yusuf bin Yahya Albuwaiti (w. 231 H/846 M), ulama besar Mesir; Abi Ibrahim Isma’il bin Yahya Almuzani (w. 264 H/878 M), yang diakui Imam Syafi;I sebagai pendukung kuat mazhabnya; dan Arrabi bin Sulaiman Almarawi (w. 270 H), yang besar jasanya dalam penyebar luasan kedua kitab Imam Syafi’I tersebut.

4.            Mazhab Hambali
Imam Ahmad bin Hambal adalah pemikir dari mazhab ini. Beliau terkenal sebagai ulama fiqih dan Hadits terkemuka pada zamannya. Beliau adalah seorang imam yang selalu melewati berbagai kota untuk mencari ilmu dan hadits. Beliau pernah ke Siria, Hijaz, Yman, Kufah dan Bashrah. Beliau terkenal sebagai seorang imam yang menjauhkan diri dari qiyas dan kuat berpegang kepada nash kitab dan hadits. Diantara ulama yang mengembangkan mazhab beliau adalah;
a.       Al Atsram Abu Bakar Ahmad ibn Hani Alkhurasan (w. 273 H), pengarang Assunnah
b.      Ahmad ibn Muhammad ibn Alhajaj Almarwawi (w. 275 H)
c.       Ibn Ashaq Alharbi (w. 285 H)
d.      Alqasyim Umar ibn Abi Ali Husai Alkhiraqi (w. 334 H)
e.       Abdul Azis ibn Ja’far (w. 363 H)
Dan ada juga dua orang pengikut beliau yang membaharui mazhab ini, membela dan mengembangkannya serta membuka mata manusia untuk memperhatikan ajaran-ajaran Imam Ahmad, khususnya di bidang mu’amalah. Mereka adalah; Syaikhul Islam Taqiyuddin Ahmad ibn Taimiyah (w. 728 H) pengarang fatwa yang terkenal dan Al Imam ibn Qayim Aljauziyah, pengarang kitab I’lamul Muwaqin Aththuruqul Hukmiyyah fi Siyasatisy Syari’ah (w. 751 H). Karena itu, jasa mereka samangat besar sekali dalam menyebarkan mazhab Hambali. Pada zamannya, Mazhab Hambali menjadi mazhab resmi kerajaan Arab Saudi.[9]
Dalam ringkasan ‘Abdul Latif Muhammad Al-‘Abr, dalam kitabnya Al-Ushul al-Fikriyyat Limazhab ahl Assunnah, bahwa mazhab Ahlu sunnah itu terdiri dari fuqaha, qurra’, muhadisun, dan mutakallimun dan sudah dimulai sejak zaman sahabat, tabi’in hingga mazhab yang empat.




[1] Dr. Huzaemah Tahido Yanggo, pengantar Perbandingan Mazha, Logos Wacana Ilmu, Ciputat, 1997, hlm. 72
[2] Dedi Supriadi, M. Ag, Perbandingan Mazhab dengan Pendekatan Baru, Pustak Setia,Bandung, 2008,     hlm 142.
[3] Teungku M. Hasbi Ash Shiddiqi, Pengantar Ilmu Fiqih, PT. Pustak Rezki Putra, Semarang, 1997, h 119
[4] Op. cit
[5] Ibid.
[6] Muhammad Salam Madkur, Al-Ijtihadu fi At-Tasyri Al-Islami, Dar An- Nahdhatu Al-Arabiyyah, Qairo, 1984, hlm. 73.
[7] Dr. Huzaemah Tahido Yanggo, Lop. cit, hlm. 75
[8] Ibid
[9] Dedi Supriadi, M. Ag, Lop. cit, hlm. 131

Tidak ada komentar:

Posting Komentar