Pada masa Tabi’-Tabi’in yang dimulai
pada awal abad kedua hijriyah, kedudukan ijtihat sebagai istimbat hukum semakin
kokoh dan meluas, sesudah itu muncullah mazhab-mazhab di dalam bidang hukum
Islam, baik dari golongan Ahl Al-Hadits, maupun dari golongan Ahl Arra’yi.
Munculnya mazhab-mazhab tersebut, menunjukkan betapa majunyaperkiembangan hukum
Islam pada masa itu.
Hal ini disebabkan tiga factor yang sangat menentukan bagi perkembangan
hukum Islam sesudah wafatnya Rasulullah, yaitu;
1.
Semakin luasnya daerah kekuasaan
Islam, mencakupwilayah-wilayah semenanjung Arab, Irak, Mesir, Syam, Persia dan
lain-lain.
2.
Pergaulan kaumuslimin dengan
bangsa yang ditaklukannya. Mereka terpengaruh oleh bedaya, adat istiadat serta
tradisi bangsa tersebut.
3.
Akibat jauhnya bangsa-bangsa yang
ditaklukan itu denagn ibu kota Khalifah (pemerintahan) Islam, para gubernur,
para hakim dan para ulama harus melakukan jihad guna memeberikan jawaban
terhadap problem dan masalah-masalah baru yang dihadapi
Di masa Tabi’-Tabi’in, pada golongan Jumhur muncul tiga belas mazhab,
yang berarti pula telah lahir tiga belas mujtahid. Akan tetapi, hanya sembilan
mazhab yang popular dan melembaga ditenga-tengah masyarakat dan pengikutnya.
Pada periode inilah kelembagaan fiqih serta pembukuannya mulai dikodifikasikan
secara baik, sehingga memungkinkan semakin berkembang pesat para pegikutnya
yangb semakin banyak dan kokoh[1].
Perkembangan selanjutnaya, proses bermazhab lebih menekankan pada apek
personal. Oleh karena itu secara ilmiyah, mazhab fiqih identik dengan nama
seseorang. Berikut ini kutipan Qadri Azizy dalam menyikapi proses bermazhab:
“Dalam perjalanan sejarahnya, mazhab klasik Iraq kemudian bertahan atau
mengkristal hanya pada kalangan pengikut Imam Malik, …dalam proses transformasi
mazhab klasik menjadi mazhab personal dan ini sudah mulai terjadi pada abad
kadua dan menjadi sempurna pada abad ketiga Hijriyah. Artinya pada abad inilah
nama mazhab atas dasar daerah (Hijaz, Iraq dan Syrian) tidak populer lagi[2]”
Fakta di atas, dilihat dari sebaran mazhab dan masih berlaku, secara
alamiyyah, ada mazhab yang bertahan dan ada yang telah punah. Dalam penelitian
Cik Hasan Bisri, sebagai berikut; “Pertama, dalam komonitas Sunny terdapat tiga
belas mazhab, diantaranya empat mazhab
yang masih berkembang (Hanafi, Maliki, Sysfi’I dan Hambali). Ada empat factor
yang menyebabkan mazhab-mazhab tersebut dapat bertahan;
a.
Pendapat-pendapat mereka
dikumpulkan dan dibukukan
b.
Adanya murid-murid yang berusaha
menyebar luaskan pendapat-pendapat mereka sertta mempertahankan dan membelanya
c.
Adnya kecendrungan jumhur ulama
yang menyarankan agar keputusan yang diputuskan oleh hakimharus berasal dari
suatu mazhab, sehinga daalam berpendapat tidak ada dugaan yang negative, karena
mengikuti hawa nafsu dalm mengadili.
Mazhab-mazhab tersebut tersebar keseluruh pelosok Negara yang berpenduduk
muslim. Dengan tersebarnya mazhab-mazhab tersebut, berarti tersebar pula
syari’at Islam kepelosok dunia yang dapat mempermudah umat Islam untuk
melaksanakannya[3]. Kedua,
dalam komonitas Syi’I terdapat empat mazhab, diantaranya tiga mazhab yang masih
berkembang (Ja’far[imami], Zaidi dan Isma’il). Ketiga, dalam komonitas Khawarij
hanya terdapat satu mazhab yang masih berkembang, yakni mazhab ‘Ibadi[4]”.
Fakta ini didukuang bahwa sampai sakarang bahwa ketiga mazhab tersebut
memiliki mpenganut dan lembaga perwakilan masing-masing, Bahkan belu lama ini Qatar
menyelengggarakan muktamar ketiga mazhab ini[5].
Dari uraian, diatas dapat dipahami bahwa mazhab fiqih yag berkembang pada
saat ini ada tiga mazhab, yaitu; mazhab dari golongan Sunni, Syi’ah dan
Khawarij. Dan ada pulah azhab-mazhab yang punah, yaitu; Laisi, Auza’I, Tsaur I,
Sufyani, Ishaqi, Zhahiri, Thabari, Abu Tsaur, Nakha’I, Ja’fari, Zaidi,
Isma’ili, Fathmi dan ‘Ibadi.
1.
Mazhab Hanfi
Mazhab Hanafi diistimbatkan kepada Imam Abu Hanifah.
Beliau dikenal dengan Imam Ahlurra’yi
serta fiqih dari Iraq yang banyak dikunjungi oleh berbagai ulama pada zamannya.
Mazhab ini dikenal banyak menggunakan ra’yu,
qiyas dan astihsan. Muhammad
Salam Madkur mengungkapkan karakteristik manhaj Hanafi sebagai berikut;
“Fiqih Hanafi membekas kepada ahli Kufah negri imam Abu Hanifah
dilahirkan yag mengembangkan aplikasi adat, qiyas dan istihsan. Bahkan, dalam
tingkatan imam, beliau sering melewatkan beberapa persoalan; yakni apabila
tidak ada nash, ijma’ dan qaul sahabat kepada qiyas, dan apabila qiyasnya buruk
(tidak rasional), beliau meninggalkan dan beralih ke istihsan, dan apabila
tidak meninggalkan qiyas, beliau mengembalikan kepada apa-apa yang telah
dilakukan umat Islam dan apa-apa yang telah diyakini umat Islam, begitulah
hingga tercapai tejuan berbagai masalah.”[6]
Adapun murid-murid beliau yang terkenal adalah:
a.
Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ibrahim Al
Anshari Al Kufi (113 H-182 H). beliau yang telah berjas besar dalam
mengebangkan mazhab Hanafi
b.
Muhammad Ibn Al Hasan Asy Syaibani
(132 H-189 H). be,iau tidak lama menyertai Imam Abu Hanifah dan pernah belajar
kapada imam Malik. Tetapi beliaulah yang berusaha membukukan mazhab Hanafi. Di
negara Mesir, Turki, Siria dan Libanon mazhab ini adalah mazhab resmi. Dan
mazhab inilah yang dianut oleh sebagian besar penduduk Afganistan, Pakistan,
Turkistan, muslimin India dan Tiongkok.[7]
2.
Mazhab Maliki
Mazhab ini adalah hasil dari pemikiran Imam Malik.
Pada zamannya, beliau terkenal sebagai ahli hadits dan fiqih
terkemuka.pemikiran beliau dapat dilihat dalam kitabnya Al-Muwaththa’ yang disusun atas permintaan Khalifah Harun Arrasyid
dan baru diselesaikan pada masa Khalifah Al-Ma’mum.
Ulama-ulama yang terkenal dari mesir yang
mengembangkan mazhab Maliki, diantaranya;
a.
Abu Abdillah Abdurrahman ibn
Al-Qasyim Al-Utaqi (191 H)
b.
Abu Muhammad Abdullah ibn Wahab
ibn Muslim (197 H)
c.
Asyhab ibn Abdul Azis Al-Kaisi
(204 H)
d.
Abdullah ibn Abdul Hakam (134 H)
e.
Asbaq ibn Fajr Al-Amawi (226 H)
Ualama-ualama yang mengembangakan mazhab Maliki di
Afrika Utara dan Spanyol, diantaranya;
a.
Abdul Hasan ibn Ziyad At-Tunsi
(183 H)
b.
Abu Abdullah Ziyad ibn Abdirrahman
Al-Qurthubi (193 H)
c.
Isa ibn Dinar Al-Quthubi
Al-Andalusia (212 H)
d.
Asad ibn Al-Furat (142-217 H)
e.
Yahya ibn Katsir (234 H)
Pada masa sekarang ini, mazhab Maliki berkembang di
Maroko, Aljazair, Tunisia, Libia dan di pedalaman Mesir, Sudan, Bahrain dan
Kuait.[8]
3.
Mazhab Syafi’I
Mazhab ini adalah hasil pemikiran dari ImamMuhammad
ibn Idris Asysyafi’i. beliau diakui sebagai ulama fiqih, usul fiqih dan hadits
oleh para ulama sezamannya.sebagai oranag yang hidup dizaman meruncingnya
pertentangan antara aliran Ahlulhadits
dan Ahlurra’yu, beliau berupaya
mendekatkan pendangan kedua aliran ini. Sebab itu beliau belajar kepada Imam
Malik sebagai tokoh ahli hadits dan kepada Imam Muhammad bin Hasan Asyayaibani
sebagai tokoh ahli ra’yu.
Pada mulany beliau mengikuti Imam Malik, tetapi
setelah melewati beberapa kota dan pengalaman-penagalaman baru, beliau
membentuk mazhab sendiri yaitu mazhab qadim (mazhab lama) yang dibentuk di
Iraq. Kemudian pada tahin 200 H, beliau menuju Mesir. Disinilah beliau
membentuk mazhab jadid (mazhab baru), dan sini juga beliau mengarang
kitab-kitabnya yang terkenal hingga sekarang, diantaranya; Arrisalah dan Al-Um.
Penyebarluasan pemikiran bewliau tidak seperti Imam
Hanafi dan Malik. Diawali melalui kitab uhul fiqih dan kitab fiqihnya, pokok
pikira dan prisip dasar Mazhab Syafi’ ini kemudian disebarluakan dan
dikembangkan oleh para muridnya. Tiga orang murid beliau yang terkenal sebagai
pengembang dan penyebarluaskan adalah Yusuf bin Yahya Albuwaiti (w. 231 H/846
M), ulama besar Mesir; Abi Ibrahim Isma’il bin Yahya Almuzani (w. 264 H/878 M),
yang diakui Imam Syafi;I sebagai pendukung kuat mazhabnya; dan Arrabi bin
Sulaiman Almarawi (w. 270 H), yang besar jasanya dalam penyebar luasan kedua
kitab Imam Syafi’I tersebut.
4.
Mazhab Hambali
Imam Ahmad bin Hambal adalah pemikir dari mazhab ini.
Beliau terkenal sebagai ulama fiqih dan Hadits terkemuka pada zamannya. Beliau
adalah seorang imam yang selalu melewati berbagai kota untuk mencari ilmu dan
hadits. Beliau pernah ke Siria, Hijaz, Yman, Kufah dan Bashrah. Beliau terkenal
sebagai seorang imam yang menjauhkan diri dari qiyas dan kuat berpegang kepada
nash kitab dan hadits. Diantara ulama yang mengembangkan mazhab beliau adalah;
a.
Al Atsram Abu Bakar Ahmad ibn Hani
Alkhurasan (w. 273 H), pengarang Assunnah
b.
Ahmad ibn Muhammad ibn Alhajaj
Almarwawi (w. 275 H)
c.
Ibn Ashaq Alharbi (w. 285 H)
d.
Alqasyim Umar ibn Abi Ali Husai
Alkhiraqi (w. 334 H)
e.
Abdul Azis ibn Ja’far (w. 363 H)
Dan ada juga dua orang pengikut beliau yang membaharui
mazhab ini, membela dan mengembangkannya serta membuka mata manusia untuk
memperhatikan ajaran-ajaran Imam Ahmad, khususnya di bidang mu’amalah. Mereka
adalah; Syaikhul Islam Taqiyuddin Ahmad ibn Taimiyah (w. 728 H) pengarang fatwa
yang terkenal dan Al Imam ibn Qayim Aljauziyah, pengarang kitab I’lamul Muwaqin
Aththuruqul Hukmiyyah fi Siyasatisy Syari’ah (w. 751 H). Karena itu, jasa
mereka samangat besar sekali dalam menyebarkan mazhab Hambali. Pada zamannya,
Mazhab Hambali menjadi mazhab resmi kerajaan Arab Saudi.[9]
Dalam ringkasan ‘Abdul Latif Muhammad Al-‘Abr, dalam
kitabnya Al-Ushul al-Fikriyyat Limazhab
ahl Assunnah, bahwa mazhab Ahlu sunnah itu terdiri dari fuqaha, qurra’,
muhadisun, dan mutakallimun dan sudah dimulai sejak zaman sahabat, tabi’in
hingga mazhab yang empat.
[1] Dr.
Huzaemah Tahido Yanggo, pengantar
Perbandingan Mazha, Logos Wacana Ilmu, Ciputat, 1997, hlm. 72
[2] Dedi
Supriadi, M. Ag, Perbandingan Mazhab
dengan Pendekatan Baru, Pustak Setia,Bandung, 2008, hlm 142.
[3] Teungku
M. Hasbi Ash Shiddiqi, Pengantar Ilmu
Fiqih, PT. Pustak Rezki Putra, Semarang, 1997, h 119
[4] Op. cit
[5] Ibid.
[6] Muhammad
Salam Madkur, Al-Ijtihadu fi At-Tasyri
Al-Islami, Dar An- Nahdhatu Al-Arabiyyah, Qairo, 1984, hlm. 73.
[7] Dr.
Huzaemah Tahido Yanggo, Lop. cit, hlm.
75
[8] Ibid
[9] Dedi
Supriadi, M. Ag, Lop. cit, hlm. 131
Tidak ada komentar:
Posting Komentar