A. PENDAHULUAN
Ajaran agama Islam mendorong umatnya untuk selalu
mendekatkan diri kepada Allah Sang Khalik. Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an
yang memotivasi manusia untuk selalu mendekatkan diri (taqarrub) kepada
Allah. Di samping itu manusia pada dasarnya selalu ingin membersihkan atau
mensucikan diri.
Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi
yang memotivasi manusia untuk mensucikan dirinya. Bahkan tidak sedikit ayat
al-Qur’an dan hadits Nabi yang memerintahkan kepada umat Islam untuk selalu
berzikir. Ayat al-Qur’an atau hadits Nabi
yang memotivasi dan memerintahkan membersihkan diri serta berzikir tersebut
datang dalam bentuk global.
Para ulama Sufi menjadikan ayat dan hadits
membersihkan diri dan zikir yang berbentuk global tersebut menjadi
metode-metode yang praktis. Metode-metode pembersihan diri dan zikir tersebut
diwariskan kepada murid-muridnya
pada akhirnya melembaga menjadi aliran tarikat.
Dalam tradisi keilmuan Islam, tarikat sama
sekali tidak dapat dipisahkan dari tasawuf. Tidak demikian sebaliknya dengan
tasawuf karena tasawuf bisa saja terpisah tanpa ada hubungan langsung dengan
tarikat. Pada perkembangan Islam berikutnya pola hubungna spiritual dalam dunia
tasawuf ini semakin tersebar ke dan dikenal diberbagai bagian dunia Islam,
serta kemudian terlembaga melalui organisasi tarikat[1].
Pada makalah ini penulis akan membahas
pengertian tarekat, asal-usal, ajaran
tarikat dan pengaruh tarikat terhadap dunia Islam.
B. PENGERTIAN
Kata tarikat berasal dari bahasa, yaituطريقة . Secara
etimologi berarti: (1) jalan, cara (al-khaifiyah); (2) metode, sistem (al-uslub);
(3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab); (4) keadaan (al-halah); (5) pohon kurma yang tinggi (an-nakhlah
at-tawilah); (6) tiang tempat berteduh, tongkat payung (‘amud al-mizalah);
(7) yagn mulia, terkemuka dari kaum (syarif al-qaum); (8) goresan atau
garis pada sesuatu (al-khat fi asy-syay)[2].
Dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang
mengandung lafazd tarikat. Begitu juga dalam hadits Nabi, ada beberapa hadits
yang mempergunakan lafazd tarikat. Arti tarikat dalam ayat al-qur’an
berbeda-beda sesuai dengan konteks ayat tersebut, diantara artinya adalah:
1. Datang (timbul). Surat al-thariq
ayat 1
Ïä!$uK¡¡9$#ur
É-Í$©Ü9$#ur
“Demi langit dan yang datang pada malam”
2. Kedudukan (posisi). Surat Thaha ayat 63
(#þqä9$s%
÷bÎ)
Èbºx»yd
ÈbºtÅs»|¡s9
Èb#yÌã
br& Oä.%y`Ìøä
ô`ÏiB Nä3ÅÊör& $yJÏdÌósÅ¡Î0 $t7ydõtur ãNä3ÏGs)ÌsÜÎ/ 4n?÷WßJø9$#
“Mereka berkata: "Sesungguhnya
dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari
negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama”.
3. Jalan. Surat al-Nisa’ ayat 169
wÎ) t,ÌsÛ zO¨Yygy_
tûïÏ$Î#»yz
!$pkÏù #Yt/r& 4 tb%x.ur y7Ï9ºs n?tã «!$#
#ZÅ¡o
ÇÊÏÒÈ
Kecuali jalan
ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. dan yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah.
- surat al-Ahqaf ayat 30
#qä9$s% !$oYtBöqs)»t $¯RÎ) $oY÷èÏJy $·7»tFÅ2 tAÌRé& .`ÏB Ï÷èt/ 4ÓyqãB $]%Ïd|ÁãB $yJÏj9 tû÷üt/ Ïm÷yt üÏöku n<Î) Èd,ysø9$# 4n<Î)ur 9,ÌsÛ 8LìÉ)tGó¡B
“Mereka berkata:
"Hai kaum Kami, Sesungguhnya Kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang
telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi
memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus”.
- surat al-Nisaa’ ayat 168
¨bÎ) tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. (#qßJn=sßur öNs9
Ç`ä3t
ª!$#
tÏÿøóuÏ9
öNßgs9
wur
öNßgtÏökuÏ9
$¸)ÌsÛ
ÇÊÏÑÈ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir
dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka
dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka”,
- Thaha ayat 77
ôs)s9ur !$uZøym÷rr& 4n<Î) #ÓyqãB ÷br& Îó r& Ï$t7ÏèÎ/ ó>ÎôÑ$$sù öNçlm; $Z)ÌsÛ Îû Ìóst7ø9$# $T¡t6t w ß#»srB %Z.uy wur 4Óy´ørB ÇÐÐÈ
“Dan Sesungguhnya telah
Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani
Israil) di malam hari, Maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu,
kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan
tenggelam)".
- surat Thaha ayat 104
ß`øtªU ãNn=÷ær&
$yJÎ/ tbqä9qà)t
øÎ)
ãAqà)t öNßgè=sWøBr&
ºps)ÌsÛ bÎ) óOçFø[Î6©9
wÎ)
$YBöqt ÇÊÉÍÈ
“Kami lebih mengetahui
apa yang mereka katakan, ketika berkata orang yang paling Lurus jalannya di
antara mereka: "Kamu tidak berdiam (di dunia), melainkan hanyalah sehari
saja".
- surat al-Jin ayat 16
Èq©9r&ur (#qßJ»s)tFó$#
n?tã Ïps)Ì©Ü9$#
Nßg»oYøs)óV{
¹ä!$¨B
$]%yxî ÇÊÏÈ
“Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan
itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang
segar (rezki yang banyak)”.
4. Jalan (langit) Surat al-Mukminun ayat 17
ôs)s9ur $oYø)n=yz óOä3s%öqsù
yìö7y
t,ͬ!#tsÛ
$tBur $¨Zä. Ç`tã
È,ù=sø:$#
tû,Î#Ïÿ»xî
ÇÊÐÈ
“Dan Sesungguhnya Kami
telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit); dan Kami
tidaklah lengah terhadap ciptaan (kami)”.
Diantara hadits nabi yang mengandung kalimat tarikat
adalah :
عن أبي الدرداء ، قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه
وسلم يقول : « من سلك طريقا يطلب فيه علما سلك الله به طريقا
إلى
الجنة الخ[3]
“Dari Abi Darda’ Dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda, “Barangsiapa yang menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka
Allah akan memudahkan jalan kesurga untuknya”.(dengan riwayat Abi Darda’)
عن أبي هريرة رضي الله عنه ، قال : قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم : « من سلك طريقا فيه يلتمس علما سهل الله له طريقا إلى الجنة[4]
“Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, “Bersabda Rasulullah
SAW, “Barangsiapa yang menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah
akan memudahkan jalan kesurga untuknya”.(dengan riwayat Abu Hurairah).
Pemaknaan kata tarikat secara bahasa dan makna
menurut beberapa ayat dan hadits tersebut menunjukan bahwa lafazd tarikat
merupakan lafazd yang musytarak, yaitu satu lafazd banyak makna. Berbedanya
makna tarikat tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan definisi tarikat secara
terminologi dikalangan para ahli.
Adapun perbedaan pengertian tarikat secara
terminologi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Syarif ‘Ali Muhammad
al-Jurjani yang dikutip oleh Said Muhammad ‘Aqil bi ‘Ali al-Mahdali tarikat
adalah :
الطريقة هي السيرة المختصة
بالسالكين الى الله من قطع المنازل والتقى فى المقامات [5]
“Thariqah adalah jalan tertentu yang ditempuh oleh salik
untuk menuju kepada Allah dengan menaiki tingkatran-tingkatan atau maqam-maqam”.
2. Mustafa Zahri dalam hal ini
mengatakan tarikat adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesuatu
ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan dikerjakan
oleh sahabat-sahabatnya, tabi'in dan tabi'it tabi'in turun-temurun sampai
kepada guru-guru secara berantai sampai pada masa kita ini. Lebih khusus lagi
tarikat di kalangan sufiyah berarti sistem dalam rangka mengadakan latihan
jiwa, membersihkan diri dari sifat-sifat
tercela, mengisinya dengan sifat-sifat terpuji dan memperbanyak zikir
dengan penuh ikhlas semata - mata untuk mengharapkan bertemu dengan dan bersatu
secara ruhiah dengan Tuhan. Jalan dalam tarikat itu antara lain terus-menerus
berada dalam zikir atau ingat terus kepada Tuhan, dan terus-menerus
menghindarkan diri dari sesuatu yang melupakan Tuhan.[6]
3. Sementara itu Harun Nasution, menyatakan bahwa
tarikat berasal dari kata tariqah yaitu jalan yang harus ditempuh oleh seorang
calon sufi dalam tujuannya berada sedekat mungkin dengan Allah. Thariqh
kemudian mengandung arti organisasi tarikat. Tiap tarikat mempunyai
syekh, upacara ritual, dan bentuk dzikir masing-masing[7]
4.
L.Massignon, salah seorang
peneliti tasawuf di berapa negara muslim, berkesimpulan bahwa istilah tarekat
mempunyai dua pengertian:pertama, tarekat merupakan
pendidikan kerohanian yang sering dilakukan oleh orang-orang yang menempuh
kehidupan tasawuf untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian, yang disebut al-maqamat
dan al- akhwal. Pengertian ini menonjol sekitar abad ke-9 dan
ke-10 Masehi.Kedua, tarekat merupakan
perkumpulan yang didirikan menurut aturan yang telah dibuat oleh seorang syekh
yang menganut suatu aliran tertentu. Dalam perkumpulan itulah seorang syekh
yang menganut suatu tarekat yang dianutnya, lalu mengamalkan aliran aliran
tersebut bersama dengan murid-muridnya, pengertian dan definisi ini menonjol
ketika abad ke-9 Masehi[8].
Dengan demikian secara terminologi
tarikat mempunyai dua pengertian yaitu: pertama jalan atau metode yang ditempuh
oleh orang-orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah. Kedua lembaga atau organisasi yang menghimpun
orang-orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dalm bentuk ritual-ritual
yang sama, syekh yang sama dan zikir-zikir yang sama. Pada perkembangan
selanjutnya tarikat lebih banyak diartikan kepada organisasi atau lembaga
tarikat yang menyatukan kaum sufi dengan syekh, ritual dan zikir-zikir yang
sama.
Tujuan tarikat adalah untuk melatih jiwa,
membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat
yang terpuji dan memperbanyak zikir kepada Allah SWT, dengan penuh ikhlas
semata-mata untuk mengharapkan bertemu dengan dan bersatu secara ruhiyah dengan
Tuhan sebagaimana yang contohkan oleh Rasulluah SAW.
C. ASAL
USUL TARIKAT
Tarikat pertama kali muncul pada abad ketiga dan keempat Hijrah karena tasawuf
muncul pada pertengahan abad ketiga Hijrah[9].
Tarikat berakar dari pengalaman seorang sufi-ahli tasawuf dalam mengajarkan
ilmunya kepada orang lain, pengajaran mana yang kemudian dikembangkan
pengikutnya [10]. Pengalaman-pengalaman
dari tokoh-tokoh sufi tersebut dijadikan sebagai formula (metode) dari murid-muridnya
dalam mengembangkan ilmu tasawuf yang diperoleh dari gurunya. Metode-metode
tersebut menjadi aturan baku dalam sebuah aliran tarikat sehingga masing-masing
aliran tarikat mempunyai metode-metode masing-masing.
Pada abad ketiga dan keempat Hijrah tersebut tarikat tasawuf
telah berkembang pesat di negeri-negeri seperti Arab, Persia, Afghanistan dan
Asia Tengah. Beberapa Sufi terkemuka memiliki banyak sekali murid dan pengikut.
Di antara murid dan pengikut para Sufi terkemuka itu aktif mengikuti pendidikan
formal di lembaga-lembaga pendidikan Sufi (/ribbat/, pesantren). Di antara Sufi
yang memiliki banyak murid di antaranya ialah Junaid al-Baghdadi dan Abu Said
al-Khayr. Dalam mengikuti pendidikan formal itu para murid mendapat bimbingan
dan pelatihan spiritual untuk mencapai peringkat kerohanian (/maqam/) tertentu
dalam ilmu suluk. Di samping itu beberapa di antara mereka mendapat pengajaran
ilmu agama, khususnya fiqih, ilmu kalam, falsafah dan tasawuf. Pada masa itu
ilmu Tasawuf sering pula disamakan dengan ilmu Tarekat dan teori tentang
/maqam/ (peringkat kerohanian) dan /hal/ (jamaknya /ahwal,/ keadaan rohani).[11]
Pengikut masing-masing aliran tarikat menisbahkan aliran
tarikat kepada sufi-sufi terkemuka yang pertama kali mengajarkan tasawuf. Penamaan
aliran-aliran tarikat tersebut diambilkan dari nama-nama sufi tersebut.
Diantara aliran tarikat adalah[12]
NO
|
NAMA TARIKAT
|
PENDIRI
|
BERPUSAT DI
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
|
ADHAMIAH
AHMADIYAH
ALAWIYAH
ALWANIYAH
AMMARIAH
ASYAQIYAH
ASYRAFIAH
BABAIAH
BAHRAMIYAH
BAKRIYAH
BEKTASYI
BISTAMIYAH
GULSYANIAH
HADDAIAH
IDRISIAH
IGHITBASYIAH
JALWATIAH
JAMALIAH
KABRAWIAH
KADIRIAH
KHALWATIAH
MAULAWIAH
MURADIAH
NAKSYABANDIAH
NIYAZIAH
NI’MATALLAHIAH
NURBAKHSYIAH
NURUDDINIAH
RIFAIAH
SADIYAH
SAFAWIAH
SANUSIAH
SAQATIAH
SIDDIQIAH
SINAN UMMIAH
SUHRAWARDIAH
SUNBULIAH
SYAMSIAH
SYATTARIAH
SYAZILIAH
TIJANIAH
UMM SUNANIAH
WAHABIAH
ZAINIAH
|
Ibrahim bin Adham
Mirza Ghulam Ahmad
Abu Abbas Ahmad bin Mustafa al-Alawi
Syekh Alwan
Ammar Bu Senna
Hasanuddin
Asyraf Rumi
Abdul gani
Hajji Bahrami
Abu Bakar Wafai
Bektasyi Veli
Abu Yazid al-Bistami
Ibrahim Gulsyani
Sayyid Abdullah bin Alawi bin Muhammad
al-Haddad
Sayid Ahmad bin Idris bin Muhammad bin Ali
Syamsuddin
Pir Uftadi
Jamaluddin
Najmuddin
Abdul Qadir al-Jailani
Umar al-Khalwati
Jalaluddin al-Rumi
Murad Syami
Muhammad bin Muhamad bin al-Uwaisy al-Bukhari naqsyabandy
Muhammad Niyaz
Syah Wali Ni’matillah
Muhammad Nurbakh
Nuruddin
Sayid Ahmad al-Rifa’i
Sa’dudin Jibawi
Syafiuddin
Sidi Muhammad bin Ali As-Sanusi
Sirri Saqati
Kiai Mukhtar Mukti
Alim Sunan Ummi
Abu an-Najib as-Suhrawardi dan Syihabuddin Abu Hafs Umar bin
Abdullah as-Suhrawardi
Sunbul Yusuf Bulawi
Syamsuddin
Abdullah as-Syattar
Abul Hasan Ali as-Syazilli
Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad at-Tijani
Syekh Umm Sunan
Muhammad bin Abdul Wahhab
Zainuddin
|
Damaskus,Suriah
Qadiah, India
Mostaganem, Aljazair
Jiddah, Arab Saudi
Constantine, Aljazair
Istanbul, Turki
Chin Iznik, Turkis
Adrianopel(Edirne),Turki
Ankara, Turki
Aleppo, Suriah
Kir Sher, Turki
Jabal Bistam, Iran
Kairo, Mesir
Hijaz, Arab Saudi
Asir, Arab Saudi
Magnesia, Yunani
Bursa, Turki
Istanbul, Turki
Khurasan
Baghdad, Irak
Kayseri, Turki
Konya, Anatolia
Istanbul, Turki
Qasri Arifan, Turki
Lemnos, Yunani
Kirman, Iran
Khurasan, Iran
Istanbul, Turki
Baghdad, Irak
Damaskus, Irak
Ardabil, Iran
Tripoli, Libanon
Baghdad, Irak
Jombang, Jawa Timur
Alwal, Turki
Baghdad, Irak
Istanbul, Turki
Madinah, Arab Saudi
India
Mekah, Arab Saudi
Fes, Maroko
Istanbul, Turki
Nejd, Arab Saudi
Kufah, Irak
|
D. AJARAN
TARIKAT
Semua aliran tarikat memiliki tiga
unsur penting didalamnya, yaitu :
1. Syekh (guru)
2. Murid
3. Janji antara syekh dengan murid[13]
(baiat)
Syekh merupakan guru yang membimbing
perjalanan spiritual dari murid-muridnya untuk sampai kepada Allah. Seorang syekh
akan membimbing seorang muridnya dalam melalui tahapan-tahapan sufi atau yang
dikenal dengan maqamat. Adapun maqamat tersebut menurut al-Imam
Abu Nashr al-Saraj al-Thusi adalah al-taubat, al-wara’, al-faqr, al-Shabr,
al-ridha, al-tawakkal dan lain-lain.[14]
Murid adalah orang yang menempuh
perjalanan spiritual menuju Allah. Seorang murid dalam menempuh perjalanan spiritualnya
harus dibimbing oleh seorang syekh. Andaikata seorang murid tidak dibimbing
oleh seorang syekh maka ia akan tersesat
dijalannya dan ia akan menjadi budak dari hawa nafsunya. Ia bagaikan pohon yang
rindang tapi tidak berbuah. Ustazd ‘Ali al-Daqaq mengatakan,” pohon yang tumbuh
sendiri tanpa ditanam akan subur tapi tidak akan berbuah, begitu juga dengan
murid yang menempuh jalan tarikat sendiri maka ia akan menjadi budaak hawa
nafsunya dan ia tidak akan menembus ma’rifat.[15]Seorang
Murid harus mempunyai guru spiritualnya, kalau tidak ada gurunya ia tidak akan
berhasil dan setan akan menjadi gurunya.[16]
Janji antara seorang syekh dengan
muridnya atau yang lebih dikenal dengan bai’at adalah suatau akad
yang mengandung kepatuhan seorang murid kepada gurunya untuk mentaati Allah dan
rasulNya, mengamalkan seluruh ajaran tarikatnya dan berjanji untuk tidak
menyelewengkannya. Janji merupakan langkah yang kedua dalam tarikat karena
tarikat tersebut terdiri dari tiga langkah. Pertama taubat, kedua janji dan ketiga
talqin yaitu ajaran tentang tata cara zikir dan sebagainya.[17]
Murid meyakini bahwa guru (mursyid) adalah wakil dari Nabi, lebih dari
pada itu bai’at diyakini sebagai sebuah perjanjian antara murid sebagai
hamba dengan al-Haq sebagai Tuhannya.[18]
Dalam tarikat dikenal juga istilah
washilah dan rabithah. Kata washilah atau tawashul
berarti penghubung atau menghubungkan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah penghubung
seseorang agar dapat beremu dengan Allah.[19]Pemakaian
istilah washilah ini diyakini berdasarkan kepada peristiwa isra’
mi’raj nabi Muhammad SAW yang didampingi (dihubungkan) oleh malaikat Jibril
untuk bertemu dengan Allah. Walaupun demikian ada juga tarikat yang mengartikan
washilah sebagai mohon restu dari gurunya. Sedangkan kata rabithah
berarti ikatan atau pertalian. Dalam hal ini yang dimaksud dengan rabithah
adalah bersahabat “intim” antara seorang guru dengan muridnya[20].
Seorang murid meniru gurunya dalam perjumpaan dengan Allah.
Selain itu, tarikat harus
berpangkal kepada syari’at karena syari’at adalah jalan utama
sedangkan tarikat adalah anak jalan. Kata turunan ini menunjukkan bahwa menurut anggapan para
sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari
hukum illahi, tempat berpijak bagi setiap muslim. Tak mungkin ada anak
jalan tanpa ada jalan utama tempat berpangkal, pengalaman mistik tak mungkin di
peroleh bila perintah syariat yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahulu
dengan seksama.[21]
E. PENGARUH
TARIKAT TERHADAP DUNIA ISLAM.
Pada saat kota Bagdad dihancurkan
oleh pasukan Tatar tahun 1258M atau 656H Islam diperkirakan akan hancur dan
lenyap dari permukaan bumi, tetapi mampu bertahan. Pada umumnya sejak
kehancuran kota Bagdad para anggota tarikatlah yang berperan dalam penyebaran
Islam. Menurut catatan sejarah Islam mampu meresap kedalam hati sanubari dari
keturunan bangsa penghancur Bagdad tersebut, seperti Zahiruddin Muhammad Babur
pendiri dinasti Mughal India. Ia merupakan keturunan dari Timur Lenk bangsa
Mongol[22].Berdasarakan
catatan sejarah juga bahwa dinasti Syafawi di Iran yang berkuasa pada tahun
1501-1736M berasal dari sebuah aliran tarikat[23].
Dengan demikian pada awal-awal kemunculan tarikat sangat memberi pengaruh yang
positif dalam rangka mempertahankan ajaran Islam dan mengembangkannya.
Pengaruh tarekat mulai mengalami kemunduran, serangan-serangan
terhadap tarekat yang dulunya dipelopori oleh Ibnu Taimiyah (w. 1327 M/ 1728)
terdengar semakin gencar dan kuat pada masa modern. Tokoh-tokoh pembaharu dalam
dua abad terakhir ini pada umumnya memandang bahwa salah satu di antara
sebab-sebab mundur dan lemahnya umat islam adalah pengaruh tarekat yang buruk,
antara lain menumbuhkan sikap taqlid, sikap fatalistis, orientasi yang
berlebihan kepada ibadah dan akhirat, dan tidak mementingkan ilmu pengetahuan.
Menurut analisa penulis pengaruh buruk tarikat
tersebut disebabkan oleh pemahaman yang salah dari para murid tarikat tentang
esensi dari tarikat itu sendiri. Mengikuti ajaran tarikat bukan berarti zuhud
berlebihan terhadap dunia. Seorang konglomerat, pejabat negara, direktur utama
dan sebagainya bisa saja mengikuti ajaran tarikat tanpa harus meninggalkan
semua miliknya. Mengikuti ajaran tarikat jangan diniatkan untuk mencari ilmu
kebal, olah kanuragaan dan sebagainya. Mengikuti tarikat dengan tujuan
mendekatkan diri dan bersatu secara ruhiyah dengan Allah sebagaimana yang
dicontohkan oleh Nabi.
Syekh Abdul Wahid Yahya, seorang filosof
muslim yang juga seorang sufi berpendapat bahwa tasawuf merupakan suatu bagian
yang prinsipil dalan agama Islam. Agama tanpa tasawuf akan pincang, bahkan
menjadi serba pincang dari segi-segi yang tinggi yakni pusat asasinya.[24]
Ajaran tarikat akan sangat membantu orang yang ingin bertasawuf dalam
kehidupannya.
Pada zaman modern sekarang, banyak manusia yang
sudah sampai kepada titik jenuh. Kekayaan, jabatan dan ilmu pengetahuan tidak
dapat memberi kepuasan batin kepada manusia. Ilmu pengetahuan telah gagal dalam
dakwahnya karena para penganutnya menamakannya dengan ilmu materialis
(kebendaan).[25]
Setiap benda-benda berasal dari atom-atom, setiap atom terbelah menjadi
sinar-sinar (percikan-percikan) dan setiap percikan adalah gerakan dalam
al-atsir. Al-Atsir adalah sesuatu yang berwujud tapi tidak berwujud, tidak
terbatas, tidak mempunyai sifat, serta tiada ukuran yang dapat diketahui oleh
para ilmuwan.[26]
Manusia tidak hanya bisa mengandalkan logika untuk mencapai hakikat sesuatu,
tapi manusia butuh kepada rasa dzuq untuk mencapainya. Pencapain tersebut
merupakan kejasama antara perasaan, pikiran dan ilham yang pada akhirnya
dikenal dengan ma’rifat.[27]
Akhir-akhir ini manusia sudah banyak kembali
kepada ajaran agama. Tasawuf dan tarikat sudah mulai dipelajari kembali dalam
dunia pendidikan Islam.
F.
PENUTUP.
1.
Kesimpulan
Tarikat merupakan jalan yang ditempuh dalam rangka
mendekatkan diri kepada Tuhan sesuai dengan tuntunan agama. Kemudian tarikat
banyak diartikan sebagai sebuah lembaga dalam upaya menyatukan diri dengan
al-Haq (Allah), dengan dibimbing oleh seorang guru melalui tahapan-tahapan
tertentu.
Pada awal-awal kemunculannya penganut tarikat
sangat membantu menjaga dan menyebarkan agama Islam. Pada masa berikutnya
tarikat banyak mendapat kritikan dari para tokoh, namun akhir-akhir ini muncul
lagi gairah untuk mempelajari tarikat dikalangan umat muslim.
2.
Saran
Disarankan kepada pemikir dan generasi muda
Islam agar selalu mengaktifkan kegiatan-kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan.
Kajian-kajian mendalam terhadap ajaran agama agar lebih ditingkatkan agar tidak
terjadi kesalahan memahami dan mengamalkan ajaran agama.
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi. Sya’b al-Iman.Juz.4, (Al-Maktab
al-Syamilah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ensiklopedi
Islam, (Jakarta: PT Ikhtisar Baru van Hoeve, 2003)
Dewan Redaksi Ensiklopedi Tematis Dunia Islam.
Jakarta: PT.Ikhtiar Baru Van Hoeve,tt. Jil 2
Fathurrahman, Oman. Tarekat Syattariyah di
Minangkabau. Jakarta: Prenada Media Group.cet.1.2008
Hakim.Al-Mustadrik ‘Ala al-Shahihain.Juz,1,
(Al-Maktab al-Syamilah)
http/ASAL-USUL%20TAREKAT%20SUFI%20DAN%20PERANANNYA%20_%20Bayt%20al-Hikmah%20Institute.htm
http://citrariski.blogspot.com/2011/02/makalah-tarekat-syattariyah.html
http://hendrakomara.wordpress.com/2011/05/08/makalah-tarekat/
http://mashajirismail.wordpress.com/2011/02/02/10/
Khaliq, Abdurrahman Abdul dan Ihsan Ilahi Zhahir. Pemikiran
Sufisme Dibawah Bayang-bayang Fatamorgana. Jakarta:Amanah cet.2,2001
al-Mahdali, Said Muhammad ‘Aqil bin ‘Ali. Dirasah
fi al-Thurq al-Shufiyah.(Kairo: Dar al-Hadits.1993).
Mahmud, Abdul Halim. Tasawuf di Dunia Islam.Bandung:
Pustaka Setia.2002
Nasution, Nasution. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jilid
II, Jakarta: UI
Press
Nata , Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1996)
Siregar , Rivay, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke
Neo-Sufisme, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002)
Yatim, Badri. Sejarah
Peradaban Islam.(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.2006)
Lampiran
: Contoh washilah tarikat Syattariyah
- Nabi Muhammad SAW
- kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib,
- kepada Sayyidina Hasan bin Ali asy-Syahid,
- kepada Imam Zainal Abidin,
- kepada Imam Muhammad Baqir,
- kepada Imam Ja'far Syidiq,
- kepada Abu Yazid al-Busthami,
- kepada Syekh Muhammad Maghrib,
- kepada Syekh Arabi al-Asyiqi,
- kepada Qutb Maulana Rumi ath-Thusi,
- kepada Qutb Abu Hasan al-Hirqani,
- kepada Syekh Hud Qaliyyu Marawan Nahar,
- kepada Syekh Muhammad Asyiq,
- kepada Syekh Muhammad Arif,
- kepada Syekh Abdullah asy-Syattar,
- kepada Syekh Hidayatullah Saramat,
- kepada Syekh al-Haj al-Hudhuri,
- kepada Syekh Muhammad Ghauts,
- kepada Syekh Wajihudin,
- kepada Syekh Sibghatullah bin Ruhullah,
- kepada Syekh Ibnu Mawahib Abdullah Ahmad bin Ali,
- kepada Syekh Muhammad Ibnu Muhammad,
- kepada Syekh Abdul Rauf Singkel,
- kepada Syekh Abdul Muhyi (Safarwadi, Tasikmalaya),
- kepada Kiai Mas Bagus (Kiai Abdullah) di Safarwadi,
- kepada Kiai Mas Bagus Nida' (Kiai Mas Bagus Muhyiddin) di Safarwadi,
- kepada Kiai Muhammad Sulaiman (Bagelan, Jateng),
- kepada Kiai Mas Bagus Nur Iman (Bagelan),
- kepada Kiai Mas Bagus Hasan Kun Nawi (Bagelan)
- kepada Kiai Mas Bagus Ahmadi (Kalangbret, Tulungagung),
- kepada Raden Margono (Kincang, Maospati),
- kepada Kiai Ageng Aliman (Pacitan),
- kepada Kiai Ageng Ahmadiya (Pacitan),
- kepada Kiai Haji Abdurrahman (Tegalreja, Magetan),
- kepada Raden Ngabehi Wigyowinoto Palang Kayo Caruban,
- kepada Nyai Ageng Hardjo Besari,
- kepada Kiai Hasan Ulama (Takeran, Magetan),
- kepada Kiai Imam Mursyid Muttaqin (Takeran),
- kepada Kiai Muhammad Kusnun Malibari (Tanjunganom, Nganjuk) dan
- kepada KH Muhammad Munawar Affandi (Nganjuk).
Sumber: http://citrariski.blogspot.com/2011/02/makalah-tarekat-syattariyah.html
[1] Oman Fathurrahman. Tarekat
Syattariyah di Minangkabau.(Jakarta: Prenada Media Group.cet.1.2008),h.25
[2] Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ikhtisar Baru Van Houve, 2003),
h.66
[5] Said Muhammad ‘Aqil bin
‘Ali al-Mahdali. Dirasah fi al-Thurq al-Shufiyah.(Kairo: Dar
al-Hadits.1993).h.15
[10]A. Rivay
Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002), h.264
[11]http/ASAL-USUL%20TAREKAT%20SUFI%20DAN%20PERANANNYA%20_%20Bayt%20al-Hikmah%20Institute.htm
[12] Abdurrahman Abdul Khaliq
dan Ihsan Ilahi Zhahir. Pemikiran Sufisme Dibawah Bayang-bayang Fatamorgana.(
Jakarta:Amanah cet.2,2001),h.20
[23] Dewan Redaksi Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam.(Jakarta: PT.Ikhtiar Baru Van Hoeve,tt. Jil 2), h.263
Tidak ada komentar:
Posting Komentar