Kamis, 21 November 2013

METODE ILMIAH


METODE ILMIAH
     A.  Pendahuluan
Manusia dilahirkan ke muka bumi ini dihadapi oleh berbagai tantangan dan masalah, siapapun orangnya baik itu orang awam maupun para ilmuwan selalu berhadapan dengan masalah, dan mereka dituntut dengan segera untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi itu.
Akal merupakan salah satu keistimewaan yang khusus diberikan Allah SWT kepada manusia untuk berfikir, di sinilah peran akal ketika manusia menghadapai masalah ataupun suatu perkara, maka mereka harus memikirkan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut, setiap orang  mempunyai cara / menempuh jalan  yang berbeda dalam menyelesaikan masalah mereka. 
Sekalipun orang awam dapat menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, cara kerja mereka biasanya tidak sestematis dan lebih sering bernuansa subjektif, berbeda dengan ilmuawan biasanya mereka bekerja secara sistematis dan menggunakan logika.
Dalam melakukan penyelidikan, untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapinya, para ilmuwan mempunyai teknik, pendekatan dan cara yang berbeda, namun diantara perbedaan itu, para ilmuwan itu mempunyai falsafah yang sama, yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu metode ilmiah, pendekatan, cara dan tekhnik yang  mereka tempuh itu yang dinamakan metode.
Yang dimaksud dengan metode ilmiah dalam makalah ini yaitu cara, langkah, tekhnik dan prosedur yang ditempuh, yang digunakan oleh seorang ilmuwan dalam memperoleh pengetahuan  secara sistematis berdasarkan bukti fisis.



B.  Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah terdiri dari dua kata yaitu, metode dan ilmiah. kata metode berasal dari bahasa Yunani “methodos”, yang berarti cara atau jalan.[1]Dalam bahasa inggris kata metode ditulis “method” dan dalam bahasa arab disebut juga dengan “thariqah”. Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata ini berarti cara yang teratur dan berpikir baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya), cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan sesuatu / kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang ditentukan.[2]
Ciri ilmu mempergunakan metode. Metode berarti bahwa penyelidikan berlangsung menurut suatu cara tertentu. Istilah ini mula-mula berati “suatu jalan yang harus ditempuh”.[3] Metode ilmiah merupakan metode saintifik, suatu istilah kolektif yang menunjukkan kepada bermacam-macam proses dan langkah-langkah yang dilalui oleh bermacam-macam sains dalam perkembangannya dan dalam beberapa sains lain[4].
Perumusan dalam The World of Science Encyclopedia, metode ilmiah pada umumnya diartikan “the procedures used by scientists in the systematic pursuit of new knowledge and the reexamination of existing knowledge” (preosedur yang digunakan oleh ilmuan-ilmuan dalam pencarian sistematis terhadap pengetahuan baru dan penijauan kembali pengetahuan yang telah ada.[5]
Dictionary of Behavioral Science juga memberikan defenisi mengenai metode ilmiah ini, yaitu: “The techniques and procedures of naturalistic observation and experimentation used by scintist of deal with fact, data and their interpretation according to certain principles and precepts.” (teknik-teknik dan prosedur-prosedur pengamatan dan percobaan yang menyelidiki alam yang dipergunakan oleh ilmuam-ilmuan untuk mengolah fakta-fakta, data, dan penafsiran sesuai dengan asas-asas dan aturan-aturan tertentu).[6]
Jadi metode merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, bisa juga diartikan dengan suatu proses, prosedur atau cara/ langkah-langkah sistematis yang ditempuh oleh seseorang untuk mengetahui sesuatu.
Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah, bisa juga dikatakan ilmu sebagai suatu proses yang merupakan kegiatan dari manusia, yang mempunyai prosedur (metode ilmiah), yang bersifat sistematis[7]. Dari pengertian ilmu ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang bersifat ilmiah yaitu pengetahuan yang dapat diandalkan (bersifat rasional) dan dapat diuji kebenarannya (bersifat empiris dan rasional).
Metode ilmiah itu adalah prosedur untuk memperoleh pengetahuan, ilmu pengetahuan yang ada dan yang dipakai manusia semuanya itu didapatkan melalui metode ilmiah. suatu pengetahuan baru bisa dikatakan ilmu, apabila cara perolehannya dilakukan melalui kerangka kerja ilmiah, dengan demikian metode ilmiah bisa juga diartikan dengan prosedur yang digunakan ilmuwan dalam pencarian kebenaran dengan cara kerja yang sistematis terhadap pengetahuan baru dan melakukan peninjauan kembali kepada pengetahuan yang telah ada.
Itulah pengertian metode ilmiah yang dikemukakan oleh beberapa para ahli yang jika disimpulkan yaitu  metode ilmiah merupakan berbagai prosedur yang mewujudkan pola-pola dan tata langkah dalam pelaksanaan suatu penelitian ilmiah, yang mana pola dan tata langkah procedural itu dilaksanakan dengan cara-cara operasional dan teknis yang terperinci.
Terdapat suatu anggapan yang luas, bahwa ilmu pada dasarnya adalah metode deduktif-empiris dalam memperoleh pengetahuan. Memang terdapat beberapa alasan untuk mendukung penilaian yang populer ini, karena ilmuwan mengumpulkan fakta-fakta yang tertentu, melakukan pengamatan dan mempergunakan data indrawi.[8]
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa analisis yang mendalam terhadap metode keilmuan akan menyingkapkan kenyataan, bahwa apa yang dilakukan oleh ilmuwan dalam usahanya mencari pengetahuan lebih tepat apabila digambarkan sebagai sesuatu kombinasi antara prosedur empiris dan rasional.[9]
Kaidah keilmuwan selalu mendasarkan pemikirannya pada penalaran yang rasional dan empiris, ilmu selalu melakukan observasi dan melakukan penjelahan baru terhadap masalah yang dihadapi dari pra anggapan, hipotesis dan pengujiannya melalui studi di lapangan, selalu mencari arti terhadap hakekat permasalahan sambil terus melakukan antisipasi yang mungkin akan terjadi.
Metode ilmiah dengan demikian adalah ekspresi tentang cara berfikir yang diharapkan dapat menghasilkan karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, karakteristik yang dimaksud disini bersifat rasional dan teruji sehingga memungkinkan lahirnya pengetahuan yang disusunnya menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan, metode ilmiah disini mencoba menggabungkan cara berfikir deduktif dan induktif dalam membangun tubuh pengetahuan.

C.  Prosedur Berpikir Ilmiah
Pendapat para ahli menyebutkan berbagai macam prosedur berfikir ilmiah ini, ada yang menyebutkan tiga macam dan ada juga yang mengatakan sampai delapan langkah. Buku Pengantar Filsafat Ilmu yang dikarang oleh The Liang Gie mengutip pendapat George Abell tentang perumusan metode ilmiah sebagai suatu prisedur khusus dalam ilmu, hal ini mencakup  tiga langkan, yaitu;
1.      the obsevetion of phenomena or the results of experiment (pengamatan gejala-gejala atau hasil-hasil dari percobaan-percobaan),
2.      the formulation of hypotheses that describe thes phenomena and that are consistent  with the body of knowledge available (perumusan pangkal-pangkal duga yang melukiskan gejala-gejala ini dan yang bersesuaian dengan kumpulan pengetahuan yang ada),
3.      the testing of the hypotheses by nothing whether or not they adequately predict and describe new phenomena or the result of new experiment (pengujian pangkal-pangkal duga ini dengan mencatat apakah mereka secara memadai meramalkan dan melukiskan gejala-gejala baru).[10]

Pada buku yang sama, disebutkan juga pendapat Israel Rose, dia menyimpulkan bahwa metode ilmiah berpangkal pada percobaan dan pengamatan yang membentuk suatu sirklus terdiri dari empat langkah untuk mencari kesimpulan-kesimpulan umum, yaitu:
1.      experiment and/or observation of phenomena (percobaan-percobaan dan/atau pengamatan gejala-gejala),
2.      general conclusion induced from step 1 (kesimpulan-kesimpulan umum yang diperoleh dari langkah 1),
3.      specific conclusion deduced from general conclusion of step 2 (kesimpulan-kesimpulan khusus yang diturunkan dari kesimpulan-kesimpulan umum dari langkah 2),
4.      verification of the conclusion of step 3 (pemeriksaan kesimpulan-kesimpulan umum dari langkah 3)[11]

Metode ilmiah yang mencakup lima langkah disebutkan oleh J. Eigelberner sebagai berikut:
1.      analysis of the problem to determine what is wanted, and the devising of working hipotheses to give shape and direction to the recearch study (analisis masalah untuk menetapkan apa yang dicari dan penyusunan pangkal-pangkal duga yang dapat dipakai untuk memberi bentuk dan arah pada telaah penelitian),
2.      collection of the pertinent fact (pengumpulan fakta-fakta yang bersangkutan),
3.      classification and tabulation of the data in order to discover existing similiraties, sequences ang correlation (penggolongan dan pengaturan data agar supaya menemukan kesamaa-kesamaan, urutan-urutan dan hubungan-hubungan yang ada),
4.      the formulation of conclution by means of logical processes of inference ang reasoning (perumusan kesimpulan-kesimpulan dengan memakai proses-proses penyimpulan logis dan penalaran),
5.      testing and verifying the conclutions (pengujian dan pemeriksaan kebenaran kesimpulan-kesimmpulan itu).[12]
 
Sheldon Lachman mengurai metode ilmiah menjadi enam langkah seperti berikut:
1.      the formulation of specifict hypotheses or specifict qustion for investigation (perumusan pangkal-pangkal duga yang khusus atau pernyataan-pernyataan yang khusus untuk penyelidikan),
2.      the design of the data (perancangan penyelidikan itu),
3.      the accumulation of the data (pengumpulan data),
4.      the classification of the data (pengggolongan data),
5.      the development of generalization (pengembangan generalisasigeneralisasi),
6.      the verification of the result, i.e., of the data and generalization (pemeriksaan kebenaran terhadap hasisl-hasil, yaitu terhadap data dan generalisasi-generalisasi).[13]

Dalam bidang manajemen, dua ahlinya Clifford Craft dan David Hertz menyatakan bahwa metode ilmiah terdiri dari tujuh langkah yang berikut:
1.      observation and general survey of the problem area (pengamatan dan survai umum mengenai bidang permasalahan),
2.      definition of the problem (perumusan masalah itu),
3.      fact finding (pencarian fakta),
4.      analysis of the data and contruction of a model (analisis terhadap data dan pembentukan suatu model),
5.      comparison of the model with observed data (perbandingan model itu dengan data yang telah diamati),
6.      repetition of above steps until a satisfactory model is constructed, and (pengulangan langkah-langkah di atas sampai model yang dirumuskan terbentuk, dan)
7.      use of the model to forecast (penggunaan model itu untuk meramalkan).[14]

Sebuah prosedur lain mencakup delapan langkah ialah “step in the scientific method” (langkah-langkah dalam metode ilmuah) sebagai berikut:
Recognize that an indeterminate situation exists. This this a conflicting or obscure situation demanding inquiry.
Two, state the problem in specific terms.
Three, formulate a working hypothesis.
Four, devise a controlled method of investigationby observation........, or by experimentation or both.
Five, gather and record the testimony or “raw data”.
Six, transform these raw data into a statement having meaning and significance.
Seven, arrive at an assertion which appears to be warrranted. If the assertion is correct, predictions may be form it.
Eight, unify the warranted assertion, if it proves to be new  knowledge in science, with the body of knowledge already estabilished.
(Kenali bahwa suatu situasi yang tak menentu ada. Ini merupakan suatu situasi bertentangan atau kabur yang mengharuskan penyelidikan.
Dua, nyatakan masalah itu dalam istilah-istilah spesifik.
Tiga, rumuskan suatu hipotesis kerja.
Empat, rancang suatu metode penyelidikan yang terkendalikan dengan jalan pengamatan......, atau dengan jalan percobaan ataupun dua-duanya.
Lima, kumpulkan dan catat bahan pembuktian atau “data kasar”.
Enam, alihkan data kasar ini menjadi suatu pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan.
Tujuh, tibalah pada sutu penegasan yang tampak dapat dipertanggungjawabkan. Kalau penegasan itu betul, ramalan-ramalan dapat dibuat darinya.
Delapan, satu padukan penegasan yang dapat dipertanggungjawabkan itu, kalau terbukti merupakan pengetahuan baru dalam ilmu, dengan kumpulan pengetahuan yang telah mapan).[15]

Walaupun pendapat para ahli mengenai langkah-langkah metode ilmiah ini beragam, namun ada beberapa langkah yang merupakan pola umum  yang biasa dilakukan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:
a.       Perumusan masalah
Kesadaran akan adanya problema adalah penting sekali, karena hanya demikian suatu pemikiran dan penyelidikan itu mungkin untuk diawali. Dalam hal ini, kemampuan untuk melukiskan problema secara jelas dan benar dalam suatu definisi adalah penting.
Manusia menciptakan masalah dan mengajukan sesuatu yang menurut pikirannya adalah hal yang tepat dijawab. Tanpa adanya suatu masalah byang didefenisikan secara jelas, manusia tak akan mempunyai jalan untuk mengetahui fakta apa yang harus dikumpulkan. Metode keilmuan pada tahap permulaan ini menekankan kepada pernyataan yang jelas dan tepat dari sebuah masalah.[16]

b.      Pengumpulan data
Pengumpulan data yang relevan, yang juga memerlukan kesabaran dan lebih-lebih kemampuan untuk menguji data-data apakah faktual atau tidak. Pada persoalan yang sulit untuk mendapatkan data-data seperti itu memerlukan pemikiran dan penyelidikan yang saksama dan tidak aneh jika memerlukan waktu bertahun-tahun.
Tahap ini merupakan sesuatu yang paling dikenal dalam metode keilmuan. Disebabkan oleh banyaknya kegiatan keilmuan yang diarahkan kepada pengumpulan fakta. Pengamatan yang teliti yang dimungkinkan oleh terdapatnya berbagai alat, yang dibuat menusia dengan penuh akal memberikan dukungan yang dramatis terhadap konsep keilmuan sebagai suatu prosedur  yang pada dasarnya adalah empiris dan induktif. Tumpuan terhadap persepsi indera sedcara langsung atau tidak langsung dan keharusan untuk melakukan pengamatan secara teliti, seakan menyita perhatian kita terhadap segi empiris dari penyelidikan keilmuan tersebut.[17]

c.       Klasifikasi data
Diperlukan kemampuan analisis dan pengelompokan dalam masalah ini. Bagi metode ilmiah, memperbandingkan dan mempertentangkan data yang satu dengan data yang lain untuk diatur dalam urutan yang sesuai dengan kepentingan adalah pokok. Jadi, setiap data harus dianalisis dan diklasifikasikan.
Tahap ini menekankan kepada penyusunan fakta dalam kelompok-kelompok, jenis-jenis dan kelas-kelas. Dalam semua cabang-cabang ilmu usaha untuk mengidentifikasikan, menganalisis, membandingkan dan membedakan fakta-fakta yang relevan tergantung kepada adanya sistem klasifikasi ini disebut taxonomi, dan ilmuan modern terus berusaha untuk menyempurnakan taxonomi khusus bidang keilmuan mereka.[18]

d.      Pembentukan Hipotesis
Langkah ini penting ketika melakukan pemeriksaan masalah. Hipotesis dapat dibentuk setelah diperoleh data-data yang cukup. Dalam membentuk hipotesis, hal yang penting adalah harus bersifat masuk akal. Artinya, suatu deduksi harus dapat dicoba dan berfungsi sebagai petunjuk bagi penyelidikan selanjutnya.
Hipotesis adalah pernyataan sementara tentang hubungan antara benda-benda. Hubungan hipotesis ini diajukan dalam bentuk dugaan kerja atau teori yang merupakan dasar dalam penjelasan kemungkinan hubungan tersebut. Hipotesis diajukan secara khas dengan dasar coba-coba (trial and error).[19]
Dalam konsep mengenai hipotesis yang perannya sangat menentukan dalam metode keilmuan, kita menemukan baik unsur empiris maupun unsur rasional. Di dalam konsep ini, pertama-tama harus terdapat data empiris dalam bentuk fakta yang dapat diamati dan diukur, disamping itu harus terdapat pula konsep yang bersifat kategoris yang memisahkan macam-macam data logis dan kemudian menyusun sedemikian rupa sehingga kemungkinan hubungan-hubungannya dapat dijajagi.[20]
Hipotesis adalah sesuatu keterangan bersifat sementara atau untuk keperluan pengujian yang diduga mungkin benar dan dipergunakan sebagai pangkal untuk penyelidikan lebih lanjut sampai diperoleh kepastian dengan penelitian. [21]
e.       Penarikan deduksi/kesimpulan dari hipotesis
Maksudnya, hipotesis menjadi dasar penarikan deduksi atau kesimpulan mengenai jenis susunan dan hubungan antara hal-hal atau benda-benda tertentu yang sedang diselidiki.
Hipotesis menyusun pernyataan logis yang menjadi dasar untuk penarikan kesimpulan atau deduksi mengenai hubungan antara benda-benda tertentu yang sedang diselidiki. Di samping itu hipotesis dapat menolong kita dalam memberikan ramalan dan penemuan fakta yang baru. Penalaran deduktif, yang sedemikian penting dalam tahap hipotesis ini, ditujukan oleh fakta bahwa kebanyakan apa yang kita kenal sebagai pengetahuan keilmuan adalah lebih bersifat teoritis daripada empiris, dan bahwa ramalan tergantung kepada bentuk logika silogistik.[22]
f.       Verifikasi hipotesis
Pengujian kebenaran dalam ilmu berarti mengetes alternatif-alternatif hipotesis dengan pengamatan kenyataan yang sebenarnya atau lewat percobaan. Dalam hubungan ini maka keputusan terakhir terletak pada fakta. Jika fakta tidak mendukung satu hipotesis maka hipotesis yang lain dipilih dan proses diulangi kembali.[23]

Langkah-langkah di atas merupakan langkah yang sudah terpola untuk melakukan penelitian sehingga bisa dijadikan acuan untuk melakukan suatu penelitian. Hal ini bisa dijadikan sebagai penemuan suatu ilmu baru.


D.  Kesimpulan
Metode ilmiah merupakan ekspresi tentang cara berfikir yang diharapkan dapat menghasilkan karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, karakteristik yang dimaksud disini bersifat rasional dan teruji sehingga memungkinkan lahirnya pengetahuan yang disusunnya menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan, metode ilmiah disini mencoba menggabungkan cara berfikir deduktif dan induktif dalam membangun tubuh pengetahuan. Dengan adanya pola-pola dan langkah-langkah dalam melakukan penelitian sehingga mendapatkan hasil suatu pengetahuan baru.
Beberapa ahli mempunyai beragam pendapat mengenai langkah-langkah atau pola-pola dalam melakukan penelitian ini, yang menguraikan langkah-langkah tersebut mulai dari tiga langkah dan ada yang mneguraikan sampai delapan lagkah. Namun ada beberapa langkah saja yang sudah senantiasa dilakukan dalam penelitian, yang mana langkah ini sudah baku dan menjadi acuan dalam setiap penelitian.
Pola-pola dan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Penentuan atau perumusan masalah
b.      Pengumpulan data
c.       Klasifikasi atau pengelompokan data
d.      Menentukan Hipotesis
e.       Penarikan kesimpulan dari hipotesis
f.       Pengujian hipotesis
  
KEPUSTAKAAN
C. A. Van Peursen, Susunan Ilmu Pengetahuan, diterjemahkan oleh J. Drost, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993)
Farida Hamid, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, (Surabaya: Apollo,) h. 381
Fuad Hasan dan Koentjaningrat, Beberapa Azas Metodologi Ilmiah, (Jakarta: Gramedia, 1977)
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995)
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka) cet. Ke-1
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty, 1997)



[1] Fuad Hasan dan Koentjaningrat, Beberapa Azas Metodologi Ilmiah, (Jakarta: Gramedia, 1977) h.16
[2] Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka) cet. Ke-1 h. 580-581
[3] C. A. Van Peursen, Susunan Ilmu Pengetahuan, diterjemahkan oleh J. Drost, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 16
[4] Farida Hamid, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, (Surabaya: Apollo,) h. 381
[5] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty, 1997) h. 110, dikutip dari The World of Science Enciclopedia, Bejamin B. Wolman, ed., 1973, p. 237
[6] Ibid
[7] Ibid, h. 90
[8] Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995), h. 105
[9] Ibid
[10] The Liang Gie, Op.cit, h. 112
[11] Ibid
[12] Ibid, h. 113
[13] Ibid, h. 114
[14] Ibid, h. 114
[15] Ibid, h. 114-115
[16] Jujun S. Suriasumantri, Op.cit, h. 106
[17] Ibid
[18] Ibid
[19] Ibid, h. 107
[20] Ibid, h. 108
[21] The Liang Gie, Op.cit, h. 116
[22] Ibid
[23] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar